TintaSiyasi.id -- Tidak ada Idulfitri bagi umat Islam saat genosida terjadi di Gaza. Tidak ada Idulfitri saat kita berada di tempat yang aman dan Gaza di tempat yang tidak aman. Saat kita menggemakan takbir merayakan Idulfitri dengan bahagia, saat itu juga saudara kita ditakbirkan (oleh salat jenazah), meninggal dalam keadaan terzalimi dan ditelantarkan. Ingatlah di pagi hari Idulfitri, kita membangunkan anak-anak kita dalam kondisi bahagia dan aman, sedangkan mereka dibangunkan oleh bom dalam keadaan panik dan ketakutan.
Inilah penggalan khutbah Idulfitri di Gaza yang menggetarkan jiwa sekaligus menyayat hati bagi orang beriman. Bagaimana tidak? Puluhan tahun mereka berkorban nyawa demi menjaga tanah kaum Muslimin dari penjajahan Zionis laknatullah. Tepatnya sejak tahun 1948, ketika Zionis melakukan operasi militer demi membersihkan etnis Palestina dan memperluas perbatasan negara.
Hingga sekarang, Zionis masih mengangkangi bumi para nabi tersebut. Biadab! Bahkan, Zionis menyerang Palestina di tengah perayaan Idulfitri 2025. Suasana hari raya nan bahagia berubah menjadi duka mendalam bagi warga Gaza. Ahad (30/3/2025) dini hari, serangan udara Israel menyasar tenda dan rumah warga, menewaskan setidaknya 64 orang termasuk anak-anak. Israel pun kembali menghentikan pengiriman bantuan, membuat warga Palestina kian sulit mendapatkan kebutuhan dasar.
Menurut jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, masyarakat Palestina seharusnya bisa menikmati makanan istimewa saat Idulfitri, tetapi untuk mendapatkan satu kali makan saja mereka kesulitan. Jelas bahwa serangan brutal Israel telah memperpanjang penderitaan rakyat Palestina yang telah lama hidup dalam konflik dan blokade. Dunia internasional kembali menyoroti eskalasi kekerasan yang dilakukan Israel. Tapi, mengapa dunia, bahkan sebagian kaum Muslimin, terus diam menyaksikan penderitaan mereka?
Penguasa Muslim dan Sebagian Umat Islam Bungkam
Pesimis. Inilah yang dirasakan oleh warga Palestina. Lebih dari dua pertiga rakyat Palestina tidak percaya bahwa negara-negara Arab dan Islam berbuat banyak untuk melindungi mereka dari serangan brutal Israel. Ini merupakan hasil survei The Palestinian Centre for Public Opinion (PCPO) pada 5–15 Maret 2025, yang melibatkan 1.500 warga Palestina yang tinggal di Gaza dan Tepi Barat tentang perkembangan terkini. Hasilnya menunjukkan kekecewaan yang meluas atas respons dunia Arab terhadap penghancuran Gaza oleh Israel (sindonews.com, 21/3/2025).
Ragu terhadap pembelaan umat Islam, para jurnalis Gaza kalau menulis kabar terbaru sekarang banyak mengawalinya dengan kalimat “kabar tidak penting bagi umat yang tidak peduli.” Seorang jurnalis Gaza pun mengungkapkan, “Tampaknya alasan batu dan pohon berbicara di akhir zaman adalah karena mereka tak lagi mampu menahan diri atas diam dan khianatnya umat ini.”
Ya Rabb, ini tak lagi sindiran, tapi tamparan keras bagi kita yang selama ini berprinsip bahwa umat Islam adalah ibarat satu tubuh. Bila salah satu bagian sakit, maka bagian tubuh lainnya juga ikut sakit. Namun, realitasnya?
Dukungan dunia Islam terhadap Palestina saat ini kian melemah. Aksi bela Palestina semakin jarang digelar. Boikot produk kian menghilang gaungnya. Di Indonesia, opini tentang Palestina tenggelam oleh hingar-bingar berbagai kasus lainnya: selingkuh pejabat, suramnya ekonomi kelas menengah ke bawah, dan seterusnya.
Terlebih, sikap abai penguasa negeri Islam terhadap Gaza kian membuat miris. Negara tetangga sekaligus yang terbesar di kawasan Jazirah, yakni Arab Saudi, diketahui tengah membangun 15 stadion megah untuk persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, tanpa sedikit pun peduli dengan tumpahnya darah saudara sesama Muslim di Gaza. Demikian halnya Mesir.
Meski berbatasan langsung dengan Gaza, Mesir enggan membuka pintu perbatasannya, apalagi memberikan bantuan logistik. Negara-negara Arab lainnya malah menormalisasi hubungan dengan Israel tanpa secuil pun kasih sayang bagi Gaza. Sedangkan nun jauh di sana, ada Turki yang hanya bisa mengecam dengan berbusa-busa.
Sebagian penguasa Arab dan Muslim memang mengirim bantuan kemanusiaan. Namun, diduga itu semua hanya pencitraan, terutama di hadapan rakyat yang sudah mulai jengah dan tampak marah. Mereka sangat kecewa terhadap para penguasanya yang tidak pernah mengambil opsi militer. Tidak mau mengirim pasukan untuk menggempur kaum Zionis Yahudi. Mereka semua pengecut. Padahal, jelas bahwa kaum Zionis amat lemah. Mereka tampak kuat karena sikap pengecut para penguasa Arab dan Muslim yang memilih berdiam diri.
Semestinya para penguasa negeri Muslim bisa berbuat lebih banyak dari sekadar mengecam dan mengutuk kebrutalan Israel. Selain pengiriman militer sebagai langkah strategis, langkah lain yang bisa diambil adalah menelurkan kebijakan pemboikotan terhadap produk Israel beserta negara pendukungnya. Namun, langkah-langkah itu tidak pernah diambil. Ini adalah bukti nyata pengkhianatan para penguasa di negeri-negeri Muslim.
Tidak hanya itu, cinta kekuasaan juga menghalangi para penguasa negeri Muslim untuk bersatu atas nama akidah Islam demi melawan kebrutalan Zionis. Lalu, untuk apa para penguasa Arab dan Muslim itu berkuasa, bila tidak untuk menolong agama Allah tegak di dunia? Untuk apa pula mereka saling berebut kekuasaan?
Toh, pada akhirnya kekuasaan mereka tidak berguna untuk melindungi umat Islam. Pun tidak bermanfaat untuk menegakkan syariat Islam secara kaffah. Apalagi untuk mengemban risalah Islam ke berbagai penjuru dunia dengan dakwah dan jihad fi sabilillah.
Muslimah Bebaskan Palestina
Sudah seharusnya seluruh umat Islam—termasuk kaum Muslimah—di seluruh dunia memberikan perhatian terhadap Tanah Palestina yang penuh berkah ini. Mereka wajib mengembalikannya ke pangkuan kaum Muslim. Umat mesti bersatu untuk merebut kembali Tanah Palestina dari penjajah Yahudi laknatullah.
Solusi tuntas masalah ini tidak cukup dengan mengirimkan donasi, doa, atau boikot produk sponsor Israel. Solusinya adalah mewujudkan persatuan hakiki yang akan menghilangkan batas-batas wilayah negeri satu dengan negeri lain. Umat Islam harus bersatu di bawah satu kepemimpinan, satu bendera “Laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasulullaah”, dan satu komando. Itulah khilafah Islam yang mengikuti manhaj kenabian.
Dalam konteks kaum Muslimah, ada beberapa peran yang bisa dilakukan sebagai berikut:
Pertama, mengopinikan pemahaman yang benar tentang Palestina. Kita mengetahui bahwa Tanah Palestina memiliki banyak keistimewaan. Tanah ini adalah tempat lahir dan hidupnya para nabi. Di sini pula terdapat tempat suci kaum Muslim, kiblat pertama bagi umat Islam, sekaligus tempat Rasulullah saw. memenuhi perintah Allah saat Isra Mikraj, yaitu Masjidil Aqsa.
Kita juga harus menyampaikan fakta yang benar tentang Palestina. Bukan sekadar konflik perebutan wilayah, Palestina adalah tanah kaum Muslim yang dirampas (dijajah) oleh Zionis Yahudi. Bukan sekadar persoalan kemanusiaan, Palestina juga persoalan agama. Fakta-fakta ini sengaja ditutup-tutupi oleh musuh-musuh Islam agar kaum Muslim abai terhadap petaka ini. Dengan menyampaikan fakta benar, mata kaum Muslim akan terbuka dan bersemangat untuk merebutnya kembali. Andaikan tiap Muslim menggunakan akun media sosialnya untuk mengunggah kabar akurat tentang Palestina, hal ini akan mempercepat pembentukan opini publik positif demi membela mereka.
Kedua, ikut mendakwahkan Islam kaffah. Kiprah Muslimah dalam lapangan dakwah sangat penting karena banyak dari kaum perempuan yang belum paham Islam. Mereka punya tanggung jawab sama dengan laki-laki melakukan perubahan di tengah umat dengan menegakkan Islam kaffah.
Caranya, membina umat dengan Islam. Pemikiran dan hukum Islam sebagai acuan untuk menyikapi fakta dengan benar. Dengan pembinaan ini, akan terbentuk pemahaman Islam yang benar di tengah umat. Ini akan berpengaruh pada perilaku dan mendorong mereka agar siap bergerak menyampaikan dakwah Islam, siap diatur oleh hukum Islam, dan berupaya agar aturan Allah dan Rasul-Nya tegak di muka bumi ini.
Ketiga, bergabung dalam kelompok dakwah yang berjuang menegakkan kembali khilafah. Karena solusi penjajahan di Palestina adalah khilafah dan jihad, maka kita harus berjuang menegakkannya. Ini tidak bisa dilakukan sendirian. Rasulullah saw. mencontohkan dengan membentuk kutlah (jamaah). Selain itu, Allah Swt. memang mewajibkan umat Islam untuk berada dalam jamaah.
Keempat, mempersiapkan anak-anak menjadi pembela Islam. Sungguh, pembelaan terhadap Islam dan kaum Muslim merupakan sunatullah yang harus dilakukan umat Islam.
Apalagi ketika ajaran Islam dihinakan dan sebagian umat Islam ditindas serta dijajah sebagaimana yang terjadi di Palestina. Membela agama dan umat Islam adalah kewajiban setiap Muslim.
Orang tua, apalagi seorang ibu, wajib membina dan menyiapkan anak-anaknya menjadi pembela Islam terpercaya, selalu berada dalam garis terdepan barisan dakwah Islam kaffah. Di tangan merekalah tergenggam masa depan umat Islam.
Mereka akan menjadi penerus estafet perjuangan, penguat, pelindung, dan pembela dakwah Islam. Merekalah penerus Shalahuddin al-Ayyubi, Sang Pembebas Baitulmaqdis dari cengkeraman tentara salib.
Mengutip perkataan Syekh Hasan al-Dadaw (ulama dan cendekiawan Muslim asal Mauritania),
“Seorang Muslim diuji di dunia ini melalui apa yang menimpa saudara-saudaranya. Apakah ia akan menepati kesetiaannya kepada Allah dan menunaikan hak persaudaraannya kepada mereka ataukah tidak. Apa yang sedang dialami oleh penduduk Gaza saat ini bukanlah untuk mereka saja, tetapi ujian bagi setiap mukmin dan mukminah. Maka, berhasillah dalam ujian ini dan penuhilah janji kalian kepada Allah sebelum waktu habis.”
Bila saudara-saudara kita di Palestina teguh dan sabar menghadapi desingan peluru dan lontaran bom yang kapan saja bisa merenggut nyawa mereka, mengapa kita tak sabar untuk melantunkan doa, menggerakkan jemari demi mengunggah dukungan dan menyuarakan opini benar tentang Palestina, memboikot produk kawan Israel, serta memperjuangkan tegaknya khilafah sebagai solusi tuntas penjajahan atas mereka? Lantas, apa yang akan mulut, tangan, dan kaki ini sampaikan di hadapan-Nya kelak? []
Oleh: Puspita Satyawati
Analis Politik dan Media
---
Daftar Pustaka
Zionis Makin Brutal, Penghalang Persatuan Harus Dihempaskan, muslimahnews.net, 3 April 2025
Hanya dengan Khilafah dan Jihad, Palestina Dapat Dibebaskan, muslimahnews.net, 21 Oktober 2023
Kontribusi Muslimah dalam Memerdekakan Palestina, muslimahnews.net, 15 Juni 2024
---
Silakan like, comment, dan share seluas-luasnya dengan mencantumkan sumber Muslimah Inspiratif.
Follow kami di:
Facebook: fb.com/MuslimahInspiratifDIY
IG: instagram.com/MuslimahInspiratif.diy
Dari Jogja Menginspirasi Dunia