Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Urgensi Khilafah untuk Keselamatan Anak-anak Gaza

Kamis, 24 April 2025 | 16:12 WIB Last Updated 2025-04-24T09:12:23Z

Tintasiyasi.id.com -- Miris. Kebiadaban Zionis kini benar-benar di luar nalar manusia. Mereka kembali melakukan pengepungan di Gaza pasca berakhirnya gencatan senjata fase pertama pada 1 Maret 2025 bahkan serangan tersebut jauh lebih brutal dan intens dari sebelumnya.

Melansir dari catatan sindonews.com (5/4/2025) akibat genosida yang dilakukan Israel, 39.000 anak di Gaza kehilangan salah satu bahkan kedua orang tua mereka. Menurut Data Biro Statistik Pusat Palestina, saat ini Gaza sedang mengalami krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern.

Dari laporan biro tersebut, tercatat 39.384 anak di Gaza telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua setelah 534 hari serangan Israel di Jalur Gaza. Di antara mereka, sekitar 17.000 anak telah ditinggalkan kedua orang tua, menghadapi hidup tanpa dukungan atau perawatan. Pernyataan ini dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina, yang diperingati 5 April 2025. (sindonews.com, 5/4/2025).

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sejak 7 Oktober 2023, sebanyak 50.523 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Tak hanya itu, pasukan Israel pun menahan lebih dari 1.055 anak, sebagian besar di Tepi Barat dan 350 orang lebih masih ditahan di fasilitas penjara Israel (Katakini.com, 4/4/2025)

Apa Salah Anak-anak Palestina? 

Sistem busuk kapitalisme yang diterapkan di dunia hari ini telah menunjukkan pengkhianatan nyata terhadap nasib anak-anak Palestina yang tak berdosa. Sistem ini telah merenggut kebahagiaan mereka. 

Anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain, tetapi hal mendasar seperti makanan dan minuman saja tidak mereka dapatkan hingga mereka terpaksa memakan rumput dan tanah dan meminum air kotor. 

Begitu juga hak atas pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan perlindungan atas kekerasan, hingga hak hidup pun mereka tidak mendapat jaminan. Setiap hari mereka melihat kematian orang-orang yang disayanginya. Tak hanya fisik mereka yang berdarah, tetapi jiwa mereka pun terluka.

Dunia menyaksikan, para pemimpin di negeri-negeri muslim juga menyaksikan, kita semua menyaksikan tragedi yang menyayat hati dan mengerikan itu. Tetapi, Aynal Muslimun?? (dimana umat Islam??) Dimana para pemimpin umat Islam?

Kita semua mengetahui AS sebagai negara adidaya hari ini justru abai terhadap kondisi tersebut. Padahal, AS selayaknya menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas terbunuhnya ratusan ribu nyawa warga Palestina, termasuk anak-anak. Karena, AS adalah pembuat skenario genosida yang terjadi di bumi Syam sekaligus menjadi aktor utama yang memberikan dukungan dalam bentuk dana maupun persenjataan kepada entitas Yahudi. 

Tak hanya itu, pemimpin negeri-negeri muslim gencar menyerukan solusi dua negara kepada “perampok” Tanah Palestina yang telah nyata tidak memberikan sedikit pun keadilan kepada warga Palestina. Terlebih solusi dua negara tersebut lahir dari pemikiran Barat, pencetus ideologi kapitalisme. 

Dari sekian peristiwa pilu yang menimpa Palestina mestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa diharapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua kebijakan yang dilahirkannya. Karena, lembaga internasional hanya sebagai alat AS dan antek-anteknya untuk menguasai dunia melalui jalur diplomasi.

Maka, lembaga tersebut sama sekali tidak dirancang untuk menolong kaum muslim Palestina, tetapi untuk mengukuhkan pengaruh AS di dunia, khususnya Timur Tengah demi memperoleh keuntungan materi belaka.

Di sisi lain, para pemimpin negeri-negeri muslim yang notabenenya memiliki tentara-tentara yang andal, tetapi pada faktanya hanya diam dan mencukupkan dengan kecaman dan menyerukan penghentian genosida entitas Yahudi di negeri Palestina. Lantas, sampai kapan penderitaan berakhir?

Penderitaan tampaknya masih dan akan terus menyelimuti anak-anak Gaza selama penjajah Zionis Yahudi laknatullah masih dibiarkan eksis dan bercokol di bumi Palestina. Kehidupan anak-anak Palestina akan selalu terancam bukan hanya dengan rudal dan bom, tetapi mereka juga terancam kelaparan, kedinginan, hingga kematian. Mereka tidak pernah merasakan keamanan, kesejahteraan, dan kebahagiaan. 

Begitu pula PBB maupun organisasi negeri-negeri Islam seperti OKI dan Liga Arab tidak ada upaya serius untuk menghentikan langkah Zionis.

Butuh Perisai Hakiki

Islam memandang anak adalah calon generasi peradaban yang akan mewarisi Islam di masa yang akan datang. Maka, anak-anak harus selalu dijaga akan keselamatan, kesejahteraan, juga hak-hak lainnya.

Islam telah menuntun pemenuhan hak-hak anak tersebut dan mewajibkan hadirnya negara sebagai pengurus rakyat (raa'in) dan pelindung umat (junnah). Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR Bukhari).

Maka, berdasarkan hadis tersebut, negara wajib menjaga jiwa atau hak hidup setiap manusia, termasuk anak-anak. Dalam Islam, negara diwajibkan menjamin pemenuhan hak anak yang hakiki, mulai dari hak hidup dan berkembang, hak nafkah, keamanan, pendidikan, penjagaan nasab, dan lainnya kepada seluruh anak tanpa terkecuali. 

Sesungguhnya, masa depan Palestina tidaklah di tangan Barat, tidak juga di tangan para penguasa boneka di negeri-negeri muslim yang sudah terbukti membiarkan Palestina bersimbah darah dan tidak ada upaya serius untuk membebaskannya.

Oleh karena itu, harapan kemenangan Palestina hanya ada pada kepemimpinan politik Islam atau khilafah yang betul-betul berfungsi sebagai raa’in dan junnah terhadap umat Islam, termasuk di Palestina.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw;
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”(HR. Bukhari). 

Juga sabda beliau,”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Muttafaqun’alayh).

Oleh: Mutiara Aini
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update