TintaSiyasi.id -- Menanggapi perang tarif yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap sejumlah negara, terutama Cina yang sekarang menghadapi tarif mencapai 245 persen akibat perlawanannya, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai langkah Trump itu sebagai politik chauvinistik.
"Inilah politik chauvinistik. Jadi, model nasionalisme atau chauvinistik yang seperti digembar-gemborkan oleh Trump dalam kampanye pilpres kemarin: Make Amerika great again, Amerika first, dan seterusnya, salah satu perwujudannya adalah proteksionisme," tuturnya dalam Focuss to the Point: Perang Dagang, Watak Rakus Trump, di kanal UIY Official, Ahad (19/4/2025).
Proteksionisme sebagai wujud chauvinisme itu, kata UIY, bisa berupa barrier to entry (hambatan masuk) yang biasanya melalui dua model atau dua cara, yaitu dengan kuota seperti yang dilakukan terhadap tekstil dari Indonesia, dan tarif.
"Dan tampaknya Trump memilih yang kedua, tarif. Jadi, terhadap barang yang masuk ke Amerika atau yang diekspor ke Amerika dikenakan tarif melebihi yang sudah berjalan selama ini. Rata-rata di 32 persen, tetapi kemudian dibalas oleh Cina, 84 persen lalu dibalas lagi oleh Amerika 105 persen atau bahkan 120 persen sampai 125 persen. Inilah yang kemudian disebut sebagai perang dagang," ujarnya.
Maksud perang dagang tersebut, kata UIY, Trump berharap industri dalam negeri atau ekonomi Amerika akan menjadi lebih sehat dan lebih baik, sebagaimana yang diinginkan oleh para petani Amerika yang menginginkan produk mereka terlindungi dari ancaman produk-produk luar yang masuk ke Amerika dalam harga yang lebih rendah.
"Utamanya yang dari Cina. Kita tahu bahwa sejak beberapa dekade terakhir Cina ini telah menjadi satu negara industri yang luar biasa. Luar biasa di dalam inovasinya, luar biasa di dalam kemajuan teknologinya, dan yang sulit dilawan adalah luar biasa dari segi harga," tuturnya.
Ketika barang-barang dari Cina tersebut masuk ke berbagai negara, menurutnya, cepat atau lambat akan memberi dampak buruk terhadap industri manufaktur di negara tersebut. Karena, imbuhnya, bila kualitasnya, bagus inovasi teknologi bagus, kemudian harganya lebih murah, maka konsumen dengan sendirinya dia akan beralih kepada barang-barang itu.
"Itulah yang dirasakan oleh Amerika. Itu sebenarnya juga dirasakan oleh Indonesia. Apa yang harus dilakukan oleh Trump? Yang dilakukan oleh Trump adalah memasang tadi itu, barrier entry dengan menaikkan cukai masuk atau tarif sampai setinggi itu," imbuhnya.
Bumerang
Lebih lanjut UIY mengatakan, langkah Trump tersebut akan menjadi bumerang bagi Amerika. Sebab, meski Amerika produsen manufaktur yang cukup terkemuka, tetapi semua tahu bahwa sebagian atau bahkan mungkin sebagian besar bahan bakunya tetap harus impor gitu. Ketika AS memasang tarif masuk yang demikian tinggi, kata UIY, itu akan membuat harga bahan baku meningkat, sehingga ongkos produksi pun pasti naik dan berdampak harga jual dari produk itu ikut naik yang akan memicu inflasi dan kemudian memicu kenaikan harga barang dan jasa yang lain di Amerika.
"Jadi, sebenarnya ini yang orang sebut sebagai bumerang, bahkan ada yang mengatakan ini bunuh diri ekonomi Amerika dalam jangka panjang," ujarnya.
Sementara itu di sisi lain, menurutnya Cina merasa tidak terganggu pasarnya oleh kenaikan tarif biaya masuk ke Amerika ini karena mereka masih punya pasar yang sangat luas. UIY menilai, Cina tahu bahwa sebesar-besarnya pasar di AS hanya sebesar penduduk AS, sementara di luar AS masih ada miliaran konsumen dari berbagai negara, termasuk Indonesia dengan hampir 300 juta penduduk dan India dengan lebih dari satu miliar penduduk.
"Apalagi ketika dia sudah bergabung dalam BRICS maka dia merasa lebih secure di dalam menjaga potensi pasar bagi barang-barang produk manufaktur mereka," ungkapnya.
Di samping itu, selain menjadi produsen, menurut UIY Cina juga konsumen yang menggiurkan sehingga membuatnya tidak khawatir terhadap perang dagang yang dilancarkan Trump.
"Saya melihat Cina itu sama sekali tidak gentar terhadap perang itu. Karena itulah dia dengan gagah mau masang balik tarif 84 persen dan itu sangat memukul karena kita tahu bahwa barang-barang produksi manufaktur Amerika itu, di antara pasar potensialnya itu Cina. Kita tahu bahwa Cina itu, selain produsen dia juga konsumen. Dengan jumlah penduduk lebih dari 1 miliar, itu menjadi pasar yang sangat menggiurkan bagi siapa pun," ujarnya.
Paradoks
UIY menilai langkah Trump sebagai sebuah paradoks. Sebab, lanjutnya, sebagaimana diketahui, melalui berbagai putaran general agreement on trade and tarif (GATT) yang kemudian melahirkan WTO, telah disepakati sejumlah kesepakatan-kesepakatan, di antaranya liberalisasi perdagangan yang melarang adanya hambatan masuk.
"Nah, ketika Trump itu memberlakukan biaya masuk demikian tinggi, sebenarnya ini melanggar atau bertabrakan dengan kesepakatan yang sudah dilakukan. Karena itu, ini sebenarnya agak aneh kenapa Amerika kemudian melakukan hal itu," kata UIY.
Namun demikian, hal ini menurutnya justru merupakan wajah asli Amerika yang rakus dan mau menang sendiri.
"Ya, wajah asli Amerika itu wajah asli kapitalis yang greedy. Rakus. Rakus itu ketika dia bisa lakukan dengan cara normal, dia akan lakukan. Tetapi ketika tidak bisa dilakukan dengan cara normal, dia akan melakukan dengan cara abnormal. Gitu. Dengan injak kaki, dengan kezaliman, dan sebagainya," imbuhnya.
Kerakusan itulah yang menurutnya sedang dilakukan Trump, yang di satu sisi tidak ingin barang-barang produk manufakturnya terhambat masuk ke berbagai negara sehingga mendengungkan liberalisasi perdagangan, tetapi di sisi lain dia juga tidak ingin barang-barang manufaktur dalam negerinya terganggu oleh barang-barang produk manufaktur dari luar.
"Ini jelas memberikan sinyal yang sangat kuat kepada publik dunia betapa buruknya kapitalisme. Karena itu sebenarnya bagi umat Islam, ini memberikan pelajaran ke sekian kali betapa buruknya sistem sekuler kapitalisme sosialisasi termasuk komunisme yang karenanya tak layak sama sekali umat Islam itu mengadopnya, apalagi kemudian tunduk dan bersekutu dengan sistem itu," pungkasnya.[] Saptaningtyas