TintaSiyasi.id -- Kabar terbaru rakyat Palestina berhasil untuk berhari raya akan tetapi selama Ramadhan terlebih setelah adanya perjanjian gencatan senjata ketegangan demi ketegangan terus saja tak ada hentinya.
Dilansir dari SerambiNews.com (13/3/2025), ketegangan akibat pasukan zionis menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem semakinmeningkat selama bulan ramadan. Bahkan dua toa atau pengeras suara di masjid yang digunakan untuk mengumandangkan azan selama bulan ramadhanyang ada pada ruang salat Qibli dicopot oleh pasukan angkatan bersenjata IDF, hal ini dimuat dalam Roya News. Bahkan menurut laporan yang dikutip olehPalestina Media Centre pada Selasa (11/3/2025), pasukan zionis juga memperketat pembatasan bagi warga Palestina yang ingin beribadah di Masjid Al-Aqsa sekalipun momen Ramadhan tengah berlangsung.
Nampaknya serangan mulai bergulir baik dari sisi darat maupun udara. Bahkan dilansirdari CNBC Indonesia (19/3/2025), gelombang serangan udara mulai digencarkan dan sebagai pertanda
akhir dari gencatan senjata di Gaza sekaligus menandai eskalasi besar dalamkonflik Israel-Palestina.
Serangan demi serangan nyatanya terus berlanjut hingga Israel mencapai tujuan perangnya yaitu menghancurkan hamas dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan. Seperti banyak pakar yang sudah memprediksi bahwa gencatan senjata bukanlah akhir dari segalanya, seperti yang diketahui bahwa aturan permainan telah berubah.
Fase awal gencatan senjata yang dimulai bulan Januari telah pembebaskan 25 sandera Israel yang masih hidup dan
pemulangan jenazah delapan sandera lainnya oleh kelompok militan Gaza, dengan imbalan pembebasan sekitar 1.900 tahanan Palestina dari penjara Israel. Dalam fase selanjutnya, tiba saatnya untuk penarikan penuh pasukan Israel dari Gazasekaligus pembebasan seluruh sandera, dan penghentian perang secara permanen. Namun, nyatanya karena dukungan AS, Israel justru mendorong pertukaran sandera dengan lebih banyak pembebasan tahanan Palestina serta jeda pertempuran selama 30-60
hari, sesuai dengan proposal Witkoff.
Tak hanya itu di bulan Maret, Zionis kembali melakukan pemblokiran pengiriman bantuan ke Gaza dan memutus pasokan listrik yang tersisa guna
menekan Hamas bahkan serangan terhadap Palestina terjadi terus menerus dan makin brutal apalagi setelah Idulfitri.
Bagaimana pengeboman demi pengeboman kembali disaksikan. Beragam anggota tubuh kocar-kacir ke angkasa, semburan darah, debu, kepulan asap dan api menjadi satu. Alhasil, hanya tangkapan kamera yang mampu dengan tegar mengabadikan momen mengerikan ini. Mengabarkan pada dunia bahwa mereka yang syahid sangat dirindukan surga dan dipelihatkan pada dunia betapa berani dan dengan gagahnya mereka terbang di atas langit Palestina menandakan tugas akhir mereka telah usai dengan sebaik-baiknya. Membuat malu banyak mata dunia yang masih hanya melihat uang sebagai permata harapan dan fokus masa depan bukan seberani mereka yang
terang-terangan menginginkan surga.
Ternyata benar jika sebagai Muslim suatu hari nanti jumlahnya banyak tapi nyatanya tidak berdaya, bagaikan buih
di lautan.
Sungguh miris, apalagi sebagai generasi yang terus menggandeng teknologi sangat naif jika tidak mengetahui pemberitahuan dari saudara-saudari yang dibombardir habis-habisan, pasti jauh dilubuk hati tentu sangat ingin melakukan pertolongan baik itu bantuan obat-obatan, santunan, makanan maupun tentara militer untuk menyuarakan pembelaan terhadap kebenaran. Tapi terkadang memang perhatian masyarakat sepertinya makin hari kian berkurang karena tertutup beragam persoalan-persoalan diri di dalam negeri yang hingga kini tak dapat diatasi. Seperti sulitnya memperoleh gas elpiji, mahalnya bahan pokok, sedihnya tidak bisa melanjutkan pendidikan, mahalnya biaya kesehatan, minimnya kepedulian, sulitnya mencari pekerjaan di tengah kehidupan yang mengharuskan transaksi dengan banyak nilai dan uang, gaya hidup hedonisme menjadi tekanan. Kapitalisme nyatanya sudah sangat menyita fokus keimanan.
Pasalnya kapitalisme selalu berfikir keberhasilan individual, yang pencapaian demi pencapaiannya harus dilakukan
dengan menumbalkan hukum segala cara demi meraup keuntungan yaitu uang sebagai pemujaan selain Tuhan.
Oleh karena itu, selama kapitalisme masih kokoh berdiri di negeri-negeri kaum Muslim, selama itu pula kesempitan-kesempitan hidup akan dirasa, baik Indonesia maupun Palestina. Kehidupan di dalamnya pun tidak akan benar-benar merdeka. Karena kapitalisme akan terus menganggap tidak pentingnya persatuan umat dan lebih mementingkan perolehan uang guna memperkaya diri dengan kemewahan dunia yang sifatnya sementara.
Lalai jika ada tugas negara yang tidak dilaksanakan membuat kehidupan kian berat dari hari ke hari. Jika terus berkutat dengan sistem kapitalisme ini yang ada hanyalah keterpurukan, jika tidak bukankah ujung penantiannya untuk menjadi korban-korban selanjutnya dari negeri-negeri adidaya bukan?
Maka, perlu untuk terus membangun kesadaran kita bersama akan solusi hakiki mengenai persoalanb Palestina yaitu tegaknya kepemimpinan yang dapat menyatukan negeri-negeri Islam.
Teruntuk Palestina, kepemimpinan Islam
akan membebaskan dari penjajahan. Khilafah akan mengirimkan pasukan untuk berjihad melawan pasukan Zionis. Sedang di sisi lainnya, bagi kaum Muslim di Indonesia, juga di negeri-negeri Muslim, tegaknya khilafah akan menjadikan semua manusia diurus dengan syariat Islam, aturan terbaik dari Allah SWT sehingga kehidupan dapat sejahtera dan penuh dengan keberkahan.
Tegaknya kepemimpinan Islam adalah kewajiban setiap Muslim. Dalil-dalil jelas menunjukkan kewajiban tersebut, di antaranya tertuang dalam ijma’ sahabat:
Imam Nawawi berkata:
“Para ulama telah bersepakat bahwa wajib bagi kaum Muslimin untuk
mengangkat seorang khalifah, dan kewajiban ini berdasarkan syara’, bukan oleh akal."(Syarh al-Nawawi ‘alâ Muslim, XII/205)
Ibnu Hajar AlHaitami berkata:
“Ketahuilah juga bahwa para sahabat, semoga Allah meridhai mereka semua,
telah bersepakat bahwa mengangkat seorang imam (pemimpin) setelah berakhirnya masa kenabian adalah kewajiban. Bahkan mereka menganggapnya sebagai kewajiban paling penting, sampai-sampai mereka lebih menyibukkan diri dengan hal itu sebelum memakamkan Rasulullah SAW”. (al-Shawâiq al-Muhriqah, 25)
Dalam lafadz Al-Qur’an juga ditegaskan Allah SWT dalam QS al-Nisa`[4]: 59 yang artinya “Wahai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamriv(pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir “
Jika diperhatikan kata ulil amri dalam Al-Qur'an ini bersanding dengan Allah dan rasul-Nya supaya ditaati oleh orang-orang beriman. Artinya, tidak lain yang dimaksud adalah pemimpin yang harus ditaati adalah pemimpin yang menaati Allah, sesuai apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam memimpin masyarakatnya, menerapkan
syariat-syariatnya Allah dan itu hanya ada dalam kepemimpinan Islam saja. Sehingga memang kepemimpinan Islam ini harus ada keberadaanya sebagai solusi paling
mahir untuk Palestina dan juga beragam persoalan negeri-negeri Muslim lainnya. Maka untuk sampai pada perwujudannya dibutuhkan perjuangan dengan kesungguhan, dibutuhkan adanya jamaah dakwah Islam ideologis supaya dapat mengarahkan perjuangan masyarakat agar dapat meneladani jalan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan kehidupan seluruh dunia bisa aman, damai dan sejahtera.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Wilda Nusva Lilasari S.M.
Aktivis Muslimah