Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Siapkan Bekal Menuju Akhirat

Sabtu, 12 April 2025 | 18:53 WIB Last Updated 2025-04-12T11:53:36Z
TintaSiyasi.id -- Siapa yang mempersiapkan bekal di dunia untuk perjalanan menuju akhirat, niscaya kelak dia menjadi kekasih Allah.

Kalimat yang  disampaikan di atas adalah nasihat yang sangat dalam maknanya dan mengandung hikmah yang besar. Intinya, siapa pun yang mempersiapkan diri di dunia ini, baik dengan amal shaleh, ilmu, keikhlasan, dan takwa untuk kehidupan akhirat, maka dia akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah, bahkan bisa menjadi kekasih-Nya.

Dalam Islam, konsep wali Allah (kekasih Allah) sering dikaitkan dengan orang-orang yang memiliki iman yang kokoh dan selalu bertakwa. Seperti dalam firman Allah:

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
 
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (QS. Yunus: 62-63).

Bekal yang dimaksud tentu bukan bekal materi, melainkan amal ibadah, akhlak yang baik, ilmu yang bermanfaat, dan pengabdian kepada Allah.

Refleksi Spiritual

Berikut adalah refleksi spiritual yang bisa kamu renungkan atau jadikan sebagai pengingat diri:

Refleksi Spiritual Bekal Menuju Kekasih-Nya

Di dunia ini, kita semua adalah musafir, pengembara yang sedang menempuh perjalanan panjang menuju kampung akhirat. Setiap langkah yang kita ambil, setiap pilihan yang kita buat adalah bagian dari persiapan bekal untuk kehidupan yang abadi. Bukan harta, bukan jabatan, bukan pujian manusia yang akan menemani kita kelak. Namun, yang akan menjadi teman setia di alam kubur dan pemberat timbangan di hari hisab adalah amal shaleh, keikhlasan, zikir yang lirih di malam sunyi, air mata taubat, dan sedekah yang disembunyikan.

Siapa yang menyiapkan bekal sejak di dunia dengan hati yang tunduk, lisan yang bersih, dan tangan yang ringan untuk memberi, niscaya Allah akan menerimanya sebagai kekasih. Bukan karena banyaknya amal, tetapi karena keikhlasan dan cinta yang tulus kepada-Nya.

Menjadi kekasih Allah bukanlah kemewahan dunia, tetapi puncak dari perjalanan ruhani saat hati hanya bergantung pada-Nya, dan jiwa rindu untuk kembali kepada Sang Pemilik. Maka, tanyakanlah pada diri sendiri.

Sudahkah aku menyiapkan bekalku? Sudahkah aku berjalan menuju-Nya, bukan menjauh dari-Nya?

Monolog: Bekal Menuju Kekasih-Nya

Aku hidup di dunia ini...
katanya hanya sementara
Namun, mengapa aku begitu sibuk mengejar yang fana?
Mengapa hatiku sering lupa bahwa langkahku ini sedang menuju akhir?

Hari-hari berlalu, usia menua,
dan aku masih saja mengumpulkan bekal yang tidak akan ikut masuk kubur.
Padahal aku tahu…
yang akan menyambutku nanti bukan rumah besar, bukan gelar, bukan angka di rekening.

Namun, amal. Hanya amal.
Aku bertanya pada diriku sendiri,
apa yang sudah aku siapkan untuk pulang?
Adakah malam-malamku penuh doa dan tangis?
Adakah siangku diisi memberi, bukan sekadar memiliki?

Allah…

aku ingin menjadi kekasih-Mu.
Bukan karena aku layak,
tetapi karena aku rindu.

Karena aku lelah mencintai dunia yang tak pernah benar-benar mencintaiku kembali.

Aku tahu, jalan menuju-Mu bukan mudah
Namun, aku ingin melangkah.

Meski lambat, meski sering jatuh,
aku ingin tetap berjalan.

Ajari aku, ya Rabb…
untuk memilih bekal yang Engkau cintai.
Karena aku tahu,
siapa yang menyiapkan bekalnya sejak di dunia,
Engkau akan sambut sebagai kekasih-Mu di akhirat.
12 Syawal 1446H

Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update