TintaSiyasi.id -- Pakar Hubungan Internasional Ustaz Budi Mulyana, S.I.P., M.Si., mengatakan bahwa proteksionisme yang dilakukan Donal Trump dengan menerapkan tarif sepihak menjadi hal menohok terhadap regulasi-regulasi yang sudah disusun oleh WTO.
"Proteksionisme yang dilakukan oleh Donald Trump dengan menerapkan tarif secara sepihak ini, juga dalam konteks tadi organisasi multilateral ini menjadi hal yang menohok terhadap regulasi-regulasi yang sedang atau yang sudah disusun oleh World Trade Organization (WTO)," ungkapnya di acara Perang Dagang Trump, Kenapa?, di kanal YouTube UIY Official, Ahad (13/4/2025).
Kemudian, ia menambahkan, spirit kapitalisme global adalah membuka kran perdagangan internasional dengan tidak ada hambatan-hambatan yang sifatnya tarif, tetapi dengan adanya proteksi penerapan tarif oleh Donald Trump seolah bertolak belakang dengan prinsip yang diusung oleh WTO.
"Ini yang menjadi sorotan apakah ini menjadi hal yang mencirikan hiprokritisme dari kapitalisme global bahwa liberalisme diberlakukan demi kepentingan nasional dan negara tertentu, tetapi kalau misalkan itu dianggap mengancam kepentingannya maka ya mereka juga akan mengedepankan proteksi terhadap negaranya," tambahnya.
Adanya kebijakan kenaikan tarif impor memunculkan berbagai reaksi. Pertama, konfrontasi langsung seperti yang dilakukan oleh Cina, Kanada, dan India.
Kedua, berusaha melakukan negosiasi, diplomasi yang sifatnya kooperatif seperti yang dilakukan oleh Indonesia, Jepang, dan Singapura. "Tetapi ada juga yang kemudian mereka nanti dilihat dari relasi dagang antara negara yang bersangkutan dengan Amerika Serikat kalau tidak terlalu signifikan mungkin juga apa yang dilakukan oleh Donald Trump ini kan juga tidak terlalu berpengaruh, kalau memang hubungan dagang juga tidak signifikan seperti itu," tambahnya.
Serta, ia menambahkan, adanya kenaikan tarif ini merupakan upaya test the water Trump, yang mencoba mengecek negara-negara loyalis Amerika itu siapa aja.
"Jadi ini merupakan bagian dari test the water-nya Amerika atau Donald Trump untuk menguji mana negara-negara yang memang akan selalu bersama Amerika atau kemudian yang jelas-jelas dia menjadi musuh dalam konteks ekonomi internasional," pungkasnya. [] Alfia Purwanti