TintaSiyasi.id -- Merespon kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menaikkan tarif impor besar terhadap negara-negara lain, Direktur Indonesia Justice Monitor Ustaz Agung Wisnuwardana, mengatakan, perang tarif bukan sekadar proteksionisme AS tetapi soal siapa paling kuat.
"Perang tarif ini bukan sekadar proteksionisme ekonomi ala Amerika Serikat tetapi ini soal siapa paling kuat, siapa paling dominan mengendalikan sistem ekonomi dunia," ungkapnya di akun TikTok agung.wisnuwardana, Senin (7/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa poin dari perang tarif ini adalah cara AS memaksa negara lain tunduk secara ekonomi, karena AS pegang kuncinya, yakni US Dollar.
"Semua negara harus simpan devisa dengan US Dollar, bayar utang pakai US Dollar, dagang internasional pakai US Dollar, jadi waktu Trump ngegas naikin tarif import semua negara cuman bisa ngedumel sambil tetap membutuhkan US Dollar, tambah parahnya lagi karena ekonomi dunia lebih fokus pada sektor non rill 90 persen transaksi dunia itu non rill saham, derivatif, crypto spekulatif, pasar uang, jual beli uang bukan barang, jadi setiap ada konflik, tiap ada guncangan yang untung bukan buruh atau petani tetapi para spekulan," paparnya.
Di satu sisi, ada info Cina akan melawan tarif Trump ini, tetapi tetap main di papan catur yang sama yaitu kapitalisme. "Perang dagang makin panas yang terjadi kekacauan tambah parah, inilah perang dagang di zaman modern, kapitalisme saling telan rakyat yang jadi korban, selamat datang di dunia yang disandera US Dollar dan spekulasi," tegasnya.
Tentu saja hal ini berbeda dengan Islam. Ia menyatakan, Islam punya solusi untuk kekacauan perang dagang. Sistem moneter dalam Islam jelas, emas dan perak sebagai uang, rill nilai intrinsiknya, inilah yang sering disebut dinar dan dirham, nilainya tetap, tidak bisa dicetak seenaknya saja, dan anti manipulasi, yang paling penting ini perintah Allah Swt.
"Dalam Islam, transaksi fokus ke sektor rill, perdagangan nyata, pertanian, industri, dan barang jasa rill lainnya, menjauhkan dari sektor non rill, enggak ada riba, spekulasi, tidak ada tipu-tipu derivatif, sistem ini hanya bisa jalan kalau ada khilafah, negara yang komitmen penuh menjalankan syariat Islam termasuk tentu ekonomi dan moneter yang sesuai dengan syariah Islam, tanpa khilafah Islam cuma jadi wacana dengan khilafah Islam jadi solusi global," ungkapnya.
Ia menjelaskan, perang tarif Trump hanya gejala, dominasi US Dollar cuma tanda, kapitalisme itu penyakit utamanya, sedangkan Islam bukan tambal sulam, Islam adalah sistem pengganti yang penuh berkah, yang berasal dari Allah Swt.
Sehingga, saat dunia terbakar perang tarif, dominasi US Dollar, dan spekulasi sektor non rill karena penerapan sistem kapitalisme, maka Islam hadir sebagai rahmat dan penyelamat. [] Alfia Purwanti