TintaSiyasi.id -- Perang dagang Trump menurut Kepala Pusat Makro Ekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) DR. Rizal Taufiqurrahman berpengaruh terhadap kinerja pasar global.
"Kalau kita bicara kebijakan Trump ini akan memberikan dampak terhadap kinerja ekonomi di pasar global ya tentu akan berpengaruh," jelasnya di kanal YouTube UIY Official Channel bertajuk Perang Dagang Trump, Kenapa? Ahad, (13/4/25).
Menurutnya, termasuk juga kinerja ekonomi di negara-negara yang kena representasi . Tentu yang akan dirugikan yang terjadi kenaikan Indonesia. Tadinya oleh Amerika diberikan barrier entry-nya itu hampir kira-kira 10 persen, tiba-tiba kan naik signifikan 32 persen. Maka barang-barang yang dari Indonesia ke sana kan harganya jadi mahal. Pada saat masuk di Amerika dan pada akhirnya barangnya tidak menjadi kompetitif.
"Kira-kira kalau kemudian pertanyaannya siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan? Tentu Amerika. Kalau kita bicara neraca perdagangan ya kita akan bicara berkaitan dengan devisa. Apalagi berhubungan dengan pasar uang maka ini sangat strategis bagi Amerika untuk mendapatkan tidak hanya dari sisi bargain dia," imbuhnya.
Ia menilai, untuk memberikan tarif ke berbagai negara, tetapi juga dia ingin meningkatkan daya saing dan pengaruh ya komoditas perdagangan di dunia atas Amerika ini. Karena Amerika itu sekarang posisinya dia membangun supply chain, global supply chain yang itu menguntungkan mereka.
"Mereka itu sekarang tidak lagi seperti halnya di negara-negara berkembang atau seperti di China misalnya yang pekerjanya nyolder, kalau industri elektronik katakan gitu. Amerika tidak begitu lagi, itu sebagai bagaimana mengembangkan teknologi inovasi gitu. dan semuanya pabrik-pabriknya ada di mayoritas di luar Amerika," ungkapnya.
Ia menambahkan, bahwa dunia hari ini tidak sedang mengalami krisis ekonomi biasa. Karena kalau kita bicara kebijakan Trump ini kan salah satu kebijakan yang mempengaruhi apa gejala ekonomi global. Seperti perang dagang pada saat ini, disrupsi teknologi, kemudian lonjakan ketimpangan yang telah membentuk ulang arah globalisasi.
"Ya ini ada gejala yang merupakan salah satu ya terjadinya tanda kutip, perubahan konsensus lama sebenarnya. Dalam dunia yang saat ini sedang mengalami ketidakseimbangan gitu ya jadi gagasan lama pasar bebas atau liberalisasi atau deregulasi, itu sudah tidak memadai lagi dan tidak mempan lagi. Dan tentu kondisi ini justru Trump mencoba mencari instrumen baru. Karena Amerika selalu mencari instrumen untuk bisa mendorong negara kapitalisnya ini tetap eksis dan punya pengaruh terhadap ekonomi hegemoni global," paparnya.
Menurutnya, kalau bicara kebijakan Trump ini kan kembali lagi kalau basisnya fakta ekonomi, Trump itu terhentak ketika melihat fakta neraca perdagangannya itu defisit. Yang cukup signifikan, dari Indonesia itu termasuk yang memberikan kontribusi defisit itu hampir 18 miliar US dollar. Yang paling besar itu justru China habis 300 miliar US Dollar. Kemudian diikuti oleh Meksiko 157 miliar US Dollar, Vietnam 109 miliar, ditambah juga pertumbuhan ekonomi Amerika juga sedang kondisi turun. Dan diprediksikan turun dari kondisi defisit perdagangannya alih-alih demikian.
Ia mengatakan, kalau dilihat dari sisi pertumbuhan inflasi dan juga pertumbuhan upahnya justru inflasi itu sekarang itu dalam posisi di bawah pertumbuhan wage. Dan inflasinya juga apa yang mengalami kenaikan. Sebenarnya kondisi yang dalam konteks daya beli cukup memadai. Hanya saja yang mesti kita lihat. Trump ingin mendorong ekonominya dengan cara membalikkan defisit setidaknya seimbang gitu.
"Nah dia coba me-restart kebijakan tarifnya itu, atau perdagangan barrier to entry ke Amerikanya melalui kebijakan ini. Dan memang sebelumnya Indonesia sudah menerapkan tarif untuk barang-barang komoditas dari Amerika itu yang dikenakan ke Amerika katakanlah Indonesia itu 64 persen. Dan ini resip lokal kan, ini balasan gitu dari Amerika terhadap negara-negara di dunia yang selama ini melakukan hubungan dagang. Sehingga jawabannya dari Trump itu setengahnya 50 persen dari tarif yang dikenakan ke Amerika 32 persen," pungkasnya. []
Munamah