Tintasiyasi.ID -- Gustar Umam, Lc., Ketua Aliansi Mahasiswa Muslim Indonesia (AMMI), menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan penjajahan dan genosida di Al-Aqsa dan Palestina dengan mengirimkan pasukan militer dan memutuskan hubungan diplomatik serta ekonomi dengan negara yang mendukung agresi Israel, termasuk Amerika Serikat.
“Di tengah diamnya dunia, kami mahasiswa
Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Muslim Indonesia (AMMI)
menyerukan terhadap pemerintah Indonesia dan negara-negara mayoritas Muslim
untuk segera mengambil langkah nyata, yakni,” serunya di hadapan sekitar 500
massa aksi.
Pertama, mengirimkan pasukan militer dalam rangka
membela Masjid Al-Aqsa dan rakyat Palestina dari penjajahan.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ
تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu
sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik
bagimu. (QS
Al-Baqarah: 216)
Kedua, mereka sebagai mahasiswa Indonesia juga
mendorong pemerintah Indonesia dan negara-negara mayoritas Muslim untuk segera
memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan
negara yang mendukung agresi Israel, termasuk Amerika Serikat.
“Sesungguhnya hubungan tersebut kontradiktif
dengan prinsip politik yang menjunjung tinggi kemerdekaan dan perdamaian dunia,”
tegasnya dalam orasi berbahasa Arab tersebut.
Lanjut membacakan tuntutannya, mereka mahasiswa
Indonesia mengajak seluruh lapisan masyarakat, aktivis, akademisi, dan pemuka
agama untuk turut serta atau mendukung aksi ini. “Karena Palestina adalah
cerminan dari wajah keimanan dan kemanusiaan kita sendiri,” tuturnya
mengingatkan.
Gustar menukil Al-Qur’an surah An-Nisaa ayat 75:
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ
Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan
Allah dan (membela) orang-orang yang lemah.
“Sejak awal 2024 hingga pertengahan April 2025,
lebih dari 51.000 warga Gaza telah terbunuh akibat serangan militer Israel.
Ledakan rudal dan bom menghantam rumah-rumah penduduk, sekolah, fasilitas
kesehatan, hingga kamp-kamp pengungsian. Tidak ada tempat yang aman,”
ungkapnya, Ahad (20/04/2025).
Ia menyebutkan bahwa ribuan nyawa telah
melayang. “Ratusan ribu lainnya hidup dalam ketakutan, tanpa akses terhadap air
bersih, listrik, makanan, maupun rasa aman. Gaza, wilayah kecil di tepi Laut
Tengah itu, kini tak ubahnya puing-puing sejarah yang bersimbah darah,” ujarnya
di depan patung kuda, silang Monas, Jakarta.
Ironisnya, lanjutnya, gencatan senjata yang
berulang kali disuarakan oleh negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat,
tidak pernah benar-benar terjadi. “Justru selama bulan suci Ramadan dan
perayaan Idulfitri, kekerasan meningkat. Di balik retorika "solusi dua
negara", pembantaian tetap berlangsung, bahkan semakin brutal,” sesalnya.
Gustar pun menyitat sebuat hadis yang berbunyi:
من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
Siapa saja yang tidak perhatian terhadap urusan
kaum Muslim, maka tidak termasuk bagian dari mereka.
Gustar mengingatkan bahwa permasalahan
Palestina bukanlah persoalan kemanusiaan biasa, melainkan isu penjajahan
terhadap tanah umat Islam. Solusi jangka pendek seperti diplomatik terbukti
tidak cukup.
“Oleh karena itu umat Islam butuh kepemimpinan
yang satu, yang mampu menyatukan kekuatan militer, politik, dan ekonomi umat,”
lugasnya menyodorkan solusi.
Ia menyebutkan, “Itulah Khilafah Islamiyah,
sistem pemerintahan Islam yang mempersatukan negeri-negeri Muslim di bawah satu
kepemimpinan, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah ﷺ dan para Khulafaur Rasyidin.”
“Hanya khilafah yang mampu menggerakkan
kekuatan militer umat untuk membebaskan Al-Aqsa dan seluruh tanah yang
terjajah, serta melindungi kaum Muslim di mana pun mereka berada,” serunya
meyakinkan.
Kembali Gustar menukil sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Sesungguhnya imam (khalifah) adalah perisai, di
mana orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.
“Dengan khilafah, tentara dari Mesir, Turki,
Pakistan, Indonesia, dan negeri-negeri Muslim lainnya dapat bersatu dalam satu
komando jihad fi sabilillah. Tidak lagi terpecah oleh batas nasionalisme yang
diwariskan oleh penjajah Barat,” tandasnya.[] Rere