TintaSiyasi.id -- Derita kaum Muslim di Gaza tak kunjung usai, bahkan makin brutal dan di luar batas kemanusiaan. Berbagai pemberitaan sudah sangat menggambarkan kondisi yang sangat kritis dan mengkhawatirkan. Baru-baru ini, dari situs Aljaazera.com (21/4/2025), WFP, Salah satu program dari PBB, telah memperingatkan krisis kemanusiaan yang semakin buruk di jalur Gaza. Disebutkan bahwa setidaknya ada dua juta orang yang saat ini hidup tanpa sumber pendapatan apapun, dan bergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan pangan utama mereka. Bahkan digambarkan tentang kondisi warga Palestina yang mulai memakan daging kura-kura, untuk memenuhi kebutuhan protein mereka, imbas pengepungan dan genosida yang dilakukan Israel. (CNN Indonesia, 19/4/2025)
Mirisnya lagi, para penguasa Muslim masih konsisten dengan sikap pasifnya dan mencukupkan diri dengan kecaman tanpa aksi nyata. Disebutkan pertahun 2020 sebanyak enam negara Arab tercatat telah melakukan hubungan normalisasi dengan Israel, yakni Mesir (1979), Yordania (1994), Uni Emirat Arab (2020), Sudan (2020), Bahrain (2020), dan Maroko (2020). (kompas.com, 18/11/2023)
Bahkan, ketika dalam pertemuan puncak gabungan Islam-Arab di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada 16 Oktober 2023, sejumlah negara meminta negara-negara Arab penghasil minyak untuk menerapkan embargo ke Israel sebagai sanksi untuk Israel, ternyata semua negara Arab penghasil minyak yang telah menormalisasi hubungannya dengan Israel menolak usulan tersebut. (kompas.com, 28/11/2023)
Padahal, umatnya sudah melakukan berbagai pergerakan, bahkan sudah ada seruan jihad sebagai solusi, namun tetaplah tiada berdaya selama pemimpinnya tidak gayung bersambut.
Akar masalah Palestina adalah adanya penjajahan. Satu-satunya solusi dari penjajahan hanyalah dengan diusir. Zionis telah melakukan beragam kejahatan fatal, mulai dari merampok, merampas hingga menjajah Palestina yang statusnya adalah tanah kharajiah (tanah yang dimiliki kaum Muslim, diperoleh dari jalan jihad). Tidak pantas jika antara yang dijajah dan penjajah hidup berdampingan.
Oleh karena itu, seharusnya menyelesaikan masalah Palestina adalah bahwa para penguasa Muslim di Arab dan dunia Islam mengirimkan tentaranya untuk berjihad bersama para mujahidin Palestina untuk mengusir kaum Yahudi penjajah, bukan malah berdiam diri dan berpangku tangan. Mengapa?
Jihad fisabilillah merupakan perintah Allah SWT ketika ada negeri Islam yang diserang, diduduki, dan dizalimi. Hal ini berlaku bagi seluruh kaum Muslim, ketika upaya mengusir penjajah dan upaya memeranginya belum tuntas dilakukan oleh satu negeri Islam seperti Palestina. Para penguasa negeri Islam bertanggung jawab untuk memenuhi seruan ini, menggerakkan militer negeri mereka.
Faktanya, ini bukan semata entitas penjajah Yahudi, namun yang dihadapi umat Islam adalah negara-negara Barat seperti Inggris yang membidani kelahirannya, Amerika dan sekutu Eropanya yang menjaga sebagai harga mati. Maka, yang dihadapi adalah kekuatan politik global yang juga siap mengerahkan militer mereka. Maka tidak bisa hanya diserahkan tanggung jawabnya kepada Hamas yang nyata telah membuktikan keberanian mereka, namun harus ada mobilisasi militer dari negeri-negeri Islam.
Saatnya Umat Bersatu!
Apa yang terjadi di Palestina semakin menyadarkan kita bahwa umat ini harus bersatu, memiliki pelindung dan pemimpin yang satu. Tercerai berainya umat akibat adanya sekat-sekat imajiner negara buatan penjajah telah melemahkan umat.
Selama masih terikat pada nasionalisme warisan penjajah, umat tidak akan pernah benar-benar bersatu, dan jihad pun tidak akan dapat digerakkan. Karena itu, umat Islam harus mencampakkan nasionalisme, menyadari bahwa penjajahan hanya bisa dihentikan dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global, yaitu khilafah (perisai).
Karena itu, butuh seorang Khalifah untuk memimpin kaum Muslim sedunia. Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ"
"Imam (Khalifah) adalah perisai, dibelakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung." (HR. Bukhari dan Muslim)
Khilafah adalah kepemimpinan global kaum Muslim untuk menerapkan Syariah Islam dan mengemban dakwah ke seluruh dunia, hingga menyatukan seluruh umat Islam dengan landasan aqidah Islam. Khalifah akan memobilisasi tentara-tentara mengalahkan penjajah zionis dan negara-negara kafir yang menjadi penyokong mereka. Tentara Muslim di bawah komando khalifah akan menghancurkan kekuatan kufur dengan mudah dengan izin Allah SWT.
Dengan demikian, umat wajib menyeru semua muslim di dunia dengan seruan yang sama. Umat harus terus mengingatkan akan persatuan umat dan kewajiban menolong Palestina dengan melaksanakan jihad dan menegakkan khilafah.
Gerak umat ini tentu harus ada yang memimpin agar terarah. Pemimpin dakwah itu adalah jamaah dakwah ideologis yang menyerukan jihad dan tegaknya khilafah. Para pengemban dakwah harus terus berjuang dengan mengerahkan seluruh daya dan upayanya agar persatuan umat terwujud dan berjuang bersama menegakkan khilafah. Dengan ini, segala persoalan umat termasuk Palestina segera terselesaikan dan kehidupan Islam dapat dilangsungkan kembali. Wallahu a'lam. []
Oleh: Linda Maulidia, S.Si
(Aktivis Muslimah)