TintaSiyasi.id -- Ketika malam ke-29 Ramadhan kita bersyukur kepada Allah SWT masih diberikan kesempatan beritikaf dengan situasi yang kondusif tentunya. Di sela waktu tersadar melihat berita media sosial yang kerap berseliweran mengenai kondisi saudara-saudara Muslim di Palestina semakin jauh dari kenyamanan dalam menjalankan aktifitas kehidupan khususnya menjalankan ibadah puasa Ramadhan, bahkan di saat malam menjelang Hari Raya Idulfitri berharap takbir berkumandang menandakan hari kemenangan dinantikan tiba.
Namun benarkah kebahagian dan kemenangan itu terlihat di seluruh penjuru dunia? Fakta di depan mata, Palestina dan sekitarnya lebih dari 75 tahun sampai saat ini harus berhadapan penjajah Zionis Israel yang kejam, bar-bar memborbardir habis, ini jelas genosida yang tak berkesudahan bukan perang. Zionis Israel masih terus berusaha mengusir mereka dari tanah kelahirannya. Realitanya kondisi idulfitri di Gaza masih dalam keadaan yang memprihatinkan menyimak berita Antara, 30 Maret 2025 ini tahun ke dua kalinya masih dalam keadaan terjajah.
Dalam benak warga Palestina masih bersyukur di tengah penjajahan ini tepat waktu 06.05 masih dapat menjalankan shalat Idulfitri tepatnya di dekat kuil Kubah Batu Kompleks Masjid Al Aqsa kota tua Yerusalem. Diumumkan oleh Mufti Besar Palestina Syekh Muhammad Husseien dan diliput oleh www.cnbcindonesia.com.
Namun di bagian Palestina lainnya tepatnya di Kamp pengungsian Khan Younis di bagian Selatan Gaza hingga Kamp Jabalia utara Gaza, Israel masih melakukan penyerangan menewaskan sembilan warga Palestina termasuk lima orang anak-anak pada pagi hari Idulfitri, Ahad 30 Maret 2025. Dilansir Al Jazeera pada berita Tempo.com.
Pengungisan berpindah ke daerah di Yordania, di hari ke-5 perpindahan penyaluran logistik ke daerah gurun tandus dengan barak pengungsian yang penuh karena tidak mencukupi suasana menjadi kumuh berada di Kamp Wihdat, letak Kamp Wihdat tidak jauh dari Kota Amman. Kurang lebih 1 jam setengah, jika ditempuh dengan kendaraan roda empat. Wihdat lebih dekat dengan Kota Amman lama kodisi Jalanan berkelok dan menanjak tajam, curam, masuk gang sempit. Debu sering menyeruak hingga membuat pemandangan sedikit kabur. Kondisi ini menyulitkan penyaluran logistik. Diliput oleh Metro TV Misbahol Munir, 30 Maret 2025.
Akar Permasalahan
Sungguh ironis jika melihat kondisi di wilayah Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain, Yaman, Kuwait, Lebanon, Sudan dan negara-negara lain terdapat umat Muslim yang bertepatan sama pada hari Minggu, 30 Maret 2025 melaksanakan perayaan Idulfitri dengan suka cita penuh kegembiraan. Bahkan di Indonesia yang terkenal mayoritas Muslim terbesar di dunia kerap diwarnai dengan serba serbi mulai pakaian baru, jadwal perjalanan liburan/healing, makanan dan minuman bahkan uang baru atau mendapatkan pencapaian perubahan spiritual secara individu semata memaknai bulan Ramadhan bulan tarbiyah. Realita saat ini dengan melihat kondisi Palestina ternyata umat Muslim seluruhnya belum mencapai kebahagian yang hakiki.
Sejatinya umat Muslim diibaratkan satu tubuh, yang seharusnya merasakan kebahagian secara menyeluruh. Inilah realita yang terus terjadi, umat Islam saat ini belum dapat secara sempurna menjalankan seluruh perintah Allah SWT bahkan kerap larangan Allah SWT masih terus dilanggar khususnya di negeri ini.
Hikmah Ramadhan dan kemenangan belum dirasakan secara secara merata. Berbagai penyimpangan, kriminalitas, pergaulan bebas dan korupsi oleh pejabat negara dengan melakukan kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyatnya karena sumber daya alam dikuasai oleh sekelompok penguasa/pihak swasta dan praktik perekonomian ribawi yang jelas haram. Kondisi diperparah karena negara ini bahkan negara-negara lain berpenduduk Muslim masih mengemban sistem demokrasi kapitalisme neoliberalisme dengan asas sekularisme yang memisahkan agama dalam sistem pengaturan hidup manusia mulai dari hukum pemerintahan, pendidikan, sosial, budaya, perekonomian, keamanan dan politik luar negeri. Bahkan negara-negara yang notabene sepertinya memiliki kekuatan nyatanya harus tunduk dan patuh dengan konspirasi perdamaian penjaja kafir Barat yang dikampanyekan oleh PBB. Lantas bagaimanakah umat Islam dapat merasakan hikmah Ramadhan dengan pencapaian hari kemenangan hakiki secara menyeluruh?
Solusi Islam
Kondisi Palestina yang sangat memprihatinkan, umat Islam makin terjepit dan makin sengsara. Seharusnya kondisi buruk ini membuka mata dan hati manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya, bahwa sistem pemerintahan saat ini sungguh sangat tidak layak menjadi acuan dan sumber aturan kehidupan manusia dalam membangun peradaban manusia. Sistem sekulerisme saat ini jelas-jelas membawa kerusakan pada tatanan kehidupan manusia dalam segala bidang.
Sudah saatnya umat melihat realita kerusakan yang terjadi. Keterpurukan penindasan, penjajahan atas umat Islam di berbagai belahan dunia bukan hanya Palestina namun Myanmar, Irak, Ughyyur. Sadarkah bahwa sudah menjadi kewajiban umat kembali kepada aturan Allah SWT. Yaitu sistem Islam, berideologi akidah Islam yang melahirkan aturan yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma sahabat. Al-Qur’an adalah Kalamullah yang jelas-jelas dari Allah SWT, Zat yang menciptakan manusia dan kehidupan ini maka sejatinya Allah SWT yang berhak mengatur kehidupan manusia yaitu dengan syariat Islam yang sudah menjadi keharusan diterapkan dalam sebuah tatanan kehidupan secara individu, masyarakat dan bernegara. Hanya akidah Islam yang dapat mempersatukan umat Islam di penjuru dunia.
Sungguh disayangkan jika Al-Qur’an hanya dibaca, dihafalkan dan ditadaburi tapi tidak diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena di dalam terjemah Al-Qur’an surat Thaha ayat 124 dikatakan bahwa siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an) sungguh baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpun dirinya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Makna kehidupan yang sempit adalah keterpurukan saat ini manakala manusia tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber hukum.
Bahkan Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110 mengatakan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah SWT. Hal ini pernah diterapkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta pengikutnya yang mendakwahkan Islam sampai Islam tersebar hingga 2/3 dunia. Sejarah mencatat bagaimana khalifah pendiri dinasti Ayyubiyah yaitu Shalahudin Al Ayyubi menaklukkan Masjidil Al Aqsa dari kekuasaan tentara Salib 1187 M atau 27 Rajab 583 H hampir 90 tahun dikuasai oleh tentara salib. Inilah penaklukkan yang sesungguhnya dan perjuangan ini harus diteruskan dengan dakwah yang mengharuskan menerapkan syariah Islam dalam sebuah institusi negara yaitu Daulah Khilafah yang menerapkan aturan Islam secara kaffah.
Umat saat ini butuh pemimpin. Pemimpin dalam sistem Islam adalah Raa’in atau pelindung bagi umat. Dengan adanya segala bentuk penjajahan dan keterpurukan di dunia ini, umat harusnya menyadari bahwa Islam adalah satu-satunya solusi yang akan membawa keberkahan bagi alam semesta. Dan sudah menjadi keharusan umat Islam berdakwah bersama-sama memperjuangkan membebaskan Palestina dengan kemenangan hakiki melalui tegaknya khilafah demi keberlangsungan peradaban kehidupan Islam yang diridhai Allah SWT. []
Oleh: Dewi Poncowati
Aktivis Muslimah Peduli Generasi