Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jika Anak-Anak Gaza Kelak Menuntut Kita di Hadapan Allah, Bagaimana Kita Mampu Menjawab?

Sabtu, 19 April 2025 | 04:20 WIB Last Updated 2025-04-18T21:20:23Z

Tintasiyasi.id.com -- Bulan Syawal yang begitu hangat di tengah-tengah banyak keluarga muslim di berbagai belahan dunia, namun tidak demikian dengan banyak keluarga di Palestina. 

Apa yang dialami kaum muslimin di Palestina hari-hari ini sangat menyayat hati siapapun yang melihatnya. Mereka terus dibombardir oleh zionis Israel. Puluhan ribu korban jiwa berjatuhan sekaligus menjadikan tidak kurang dari 39.000 anak Gaza menjadi yatim (liputan6.com, 6/4/2025). Sejak dimulainya kembali perang, setidaknya tercatat 100 anak meninggal (erakini.id, 5/4/2025).  

Lebih ironis lagi, seluruh fakta memilukan ini terjadi di tengah gembar gembor narasi HAM dan segala omong kosong aturan internasional. Aturan-aturan yang dinarasikan dengan gagah itu nyatanya tak satupun mampu bersuara lantang ketika perampasan hak-hak terjadi kepada kaum muslimin, khususnya di Palestina. 

Bahkan teriakan-teriakan manusia baik yang mengecam genosida yang terdengar dari berbagai negeri tak sedikitpun menggerakkan pada pemimpin dunia untuk memerintahkan militernya memukul mundur para penjajah dari tanah Palestina.
 
Mungkin sedikit lelah dan putus asa, teriakan semangat untuk membela Palestina mulai berkurang secara signifikan. Bagaimana mungkin para penguasa terang-terangan menutup kuping dan mata mereka atas kedhaliman di Palestina bahkan setelah suara masyarakat di jagad maya telah sedemikian keras? 

Bagaimana mungkin hati para penguasa itu begitu keras. Apakah mereka bukan manusia? Para penguasa itu begitu ompong dan tak berdaya dengan belenggu sistem buruk kapitalisme. 

Memang benar, sistem kapitalisme yang lahir dari hasil pemikiran manusia yang penuh dengan kepentingan ini begitu rusak dan merusak. Dengan asas imperialisme untuk menyebarkan ideologinya, sistem ini benar-benar terbukti telah mendehumanisasi manusia dengan berbagai cara. 

Selain mereka membunuh manusia-manusia tidak berdosa di bumi Palestina dengan sangat kejam, mereka juga sebenarnya sedang merusak para tentaranya sendiri. Tidak sedikit laporan tentang gangguan mental yang dialami tantara Israel akibat perang (news.detik.com, 26/3/2025). 

Seluruh fakta yang sedang kita saksikan hari ini seharusnya membuka mata kita lebar-lebar dan cukup untuk membuat kita memikirkan ulang tentang konsep dan aturan kehidupan. Apakah kita benar-benar akan terus hidup dengan aturan yang kejam ini? 

Sebenarnya kita dibodohi oleh orang-orang jahat yang dengan sengaja ingin menguasai dunia untuk kepentingannya sendiri. Coba kita pikirkan, siapa pihak yang diuntungkan dengan perang ini? Apakah masyarakat mayoritas atau hanya beberapa gelintir konglomerat yang ingin menguasai sesuatu dan terlihat hebat? 

Berbagai ide semacam HAM dan kebebasan lainnya yang terus didengungkan dengan kesan yang baik seakan benar-benar menghormati hak asasi setiap manusia. Padahal pada faktanya, ide-ide itu selalu memiliki standar ganda. Para kapitalis menjadikan ide-ide itu untuk menghancurkan siapapun yang menghalanginya untuk berkuasa dan secara otomatis juga menghancurkan siapapun yang mengadopsi ide-ide itu sadar ataupun tidak. 

Percayalah, sistem buruk ini harus segera diganti dengan sistem yang adil yang berasal dari Dzat Yang mencintai kita, Allah SWT. Dengan sistem Islam yang diturunkan Allah, kita bisa melihat kembali pada sejarah betapa Shalahuddin al Ayyubi menakhlukkan tanah Syam dengan tidak merusak masyarakat di dalamnya. Muslim dan non-muslim hidup tidak saling menyakiti. Bahkan, dengan kebaikan sistem Islam, kafir dzimmy, non-muslim yang hidup di bawah kekuasaan Islam diharamkan darah dan kehormatannya. Manusia mulia, Rasulullah Muhammad saw bersabda “Barang siapa menyakiti kafir dzimmi (non-muslim yang tidak memerang umat Islam), maka sungguh dia telah menyakitiku. Barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah” (HR Thabrani).  

Kita harus terus membangun dan mempertahankan kesadaran diri kita bahwa hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah. Sistem yang Allah telah tetapkan harus segera ditegakkan kembali untuk mengembalikan tatanan dunia sesuai dengan yang seharusnya. 

Demikian juga dengan permasalahan Palestina, bahwa genosida ini hanya akan mungkin dihentikan dengan kekuatan politik dan militer. Harus ada kepemimpinan kaum muslimin yang menyatukan secara politik dan menggerakkan militer mereka. Sebagaimana Rasulullah telah ajarkan, nama kepemimpinan itu adalah Khilafah. 

Rasulullah bersabda;
”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’Alayh dll)

Hanya dengan tegaknya Khilafah, penjajahan manusia atas manusia lain mampu dihapuskan. Negara Khilafah dengan militernya yang kuat akan menjaga kaum muslimin dalam keamanan. Kebaikan sistem Islam yang diterapkan dalam bingkai Khilafah terbukti telah menjadikan rakyatnya hidup dalam kebaikan dan rasa aman baik bagi warga muslim maupun non-muslim. 

Sekalipun fitnah para pengemban ide kapitalisme terus berhembus tentang Islam namun Islam pasti akan menang dan tegak sebagaimana Allah telah menjanjikan dalam Al Qur’an. Orang-orang kafir yang jahat itu tidak akan pernah bisa menghalanginya sekuat apapun mereka.

Memahami urgensi Khilafah, setiap muslim berkwajiban untuk memperjuangkan tegaknya kembali sistem ini di bumi Allah. Kemenangan Islam telah Allah jamin, akan tetapi perjuangan kita lah yang Allah akan minta pertanggungjawaban.

Tidak adanya genosida saja kita wajib untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah, lantas bagaimana kita akan menghadap Allah kelak jika anak-anak Gaza menuntut kita karena kita hanya diam melihat mereka terdhalimi. Betapa malunya kita bertemu dengan kekasih kita, Allah dan Rasul-Nya. Wallaahu A'lam bishshawwab.

Oleh: Fatmawati 
(Aktivis Dakwah)

Opini

×
Berita Terbaru Update