TintaSiyasi.id -- Pimpinan Majelis Inspiring Qur’an Ustaz Eri Taufiq, menjelaskan bukti sejarah, Islam menjaga kemajemukan dan kebhinekaan. "Pertama, piagam Madinah. Konstitusi yang menjamin keberagaman, isi utamanya adalah non Muslim diberikan kebebasan menjalankan agamanya tanpa paksaan, lalu setiap kelompok masyarakat memiliki hak dan kewajibannya yang diakui oleh negara Islam," ungkapnya di kanal YouTube Mercusuar Ummat, Bedah Khilafah - Cara Khilafah Merawat Kebhinekaan, Sabtu (15/3/2025).
Ia menjelaskan, Piagam Madinah adalah perjanjian yang paling modern, untuk mengatur keberagaman. Hari ini orang gagal mengatur keberagaman karena aturannya tidak layak untuk dijadikan sebagai aturan yang mengatur keberagaman. "Bukti penghormatan terhadap keberagaman Rasulullah tidak memaksa orang Yahudi di Madinah untuk masuk Islam, mereka tetap boleh menjalankan ajaran agamanya dan memiliki hak-hak dalam komunitasnya, kalau orang bilang itu dream come true, sebuah mimpi bahwa kita berhasil mengatur kemajemukan," ungkapnya.
Luar biasanya Islam berkuasa selama hampir 1300 tahun dengan wilayah yang demikian luas dan semuanya menerapkan hukum yang sama yaitu syariat Islam, dipimpin oleh seorang khalifah, bagaimana orang bisa ragu bahwa sistem Islam itu tidak menjaga kemajemukan, Islam telah menyatukan orang-orang berkulit putih, berkulit hitam, orang-orang dengan beragam bahasa dengan beragam kepercayaan, sudah pernah disatukan dan semua mereka merasa nyaman tinggal di dalam lindungan Islam.
"Dalil dari Piagam Madinah ini dicatat Rasulullah orang Yahudi dari bani Auf adalah satu umat bersama kaum muslimin, bagi orang Yahudi agama mereka dan bagi kaum muslim agama mereka begitu pula bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri. Sehingga bukan asing ketika kita membacakan ayat lakum dinukum waliyadin bagi kamu agama kamu bagi kami agama kami, kalau menurut saya sesuatu yang dirindukan oleh orang hari ini ketika muncul konflik etnis di mana-mana, ketika muncul konflik antara agama di mana-mana, dibutuhkan satu sistem yang bisa memastikan kebhinekaan itu terjaga tanpa harus jadi ada penyeragaman, dan khilafah dengan syariat Islamnya berhasil melakukan itu," kisahnya.
Kedua, perjanjian Aelia jaminan Umar bin Khattab kepada non muslim di Yerusalem.
"Pada masa Umar Bin Khattab wilayah kekuasaan kaum muslimin sudah sangat besar sampai ke Yerusalem, pada tahun 635 masehi memberikan jaminan perlindungan kepada penduduk Kristen melalui perjanjian Aelia yang isinya itu adalah non muslim diberikan keamanan bagi jiwa, harta, dan tempat ibadah mereka, tidak ada pemaksaan masuk Islam, gereja-gereja dan tempat ibadah Kristen dan tidak akan dihancurkan," jelasnya.
Ia mengatakan, teks Perjanjian Aelia adalah jaminan keamanan yang diberikan oleh Khalifah Umar Pemimpin kaum muslimin kepada penduduk Aelia Yerusalem, keamanan atas diri, harta, gereja-gereja dan salib-salib mereka, mereka tidak akan dipaksa untuk masuk Islam dan tidak akan dianiaya. "Sejarah panjang menunjukkan bahwa tegaknya khilafah 1300 tahun lamanya dengan luas wilayah yang begitu membentang dari timur ke barat, menunjukkan bahwa kebesarannya ya Islam telah berhasil menjaga kemajemukan tanpa harus ada penyeragaman," tambahnya.
Ketiga, kepemimpinan Shalahuddin Al Ayubi dalam Perang Salib. "Perang salib berkecamuk, terus terjadi sekembali dari Perang Salib pada tahun 1187, ia (Shalahuddin) tidak membalas dendam atas kekejaman pasukan salib sebelumnya, tindakan Salahuddin ini menunjukkan penghormatan terhadap keberagaman, tidak membantai atau menindas penduduk Kristen Yerusalem, membiarkan umat Kristen tetap tinggal di tempat suci mereka lalu kemudian menjamin keamanan gereja-gereja dan tempat suci mereka, ini menunjukkan bahwa Islam sekali lagi menghargai keberagaman itu kebhinekaan," kisahnya.
Ia membandingkan dengan kondisi saat ini, pembantaian atas nama etnis, agama terus terjadi, kaum muslimin di manapun mereka dalam ancaman pembantaian. "Kasus Bosnia yang dulunya bertetangga tetapi begitu Rusia selesai menguasai Bosnia, lalu kemudian muncul konflik etnis membunuh begitu banyak kaum muslimin di sana, tanpa ada jaminan sama sekali, juga di Rohingnya, Uighur, juga di berbagai tempat hari ini, darah kaum muslimin tertumpah begitu mudahnya, padahal Islam tidak pernah merugikan mereka, tidak pernah kaum muslimin mengawali peperangan itu, atau tidak pernah ceritanya kalau kaum muslimnya minoritas lalu kita melakukan pembunuhan etnis nggak pernah terjadi sama sekali dalam sejarah Islam yang panjang," terangnya.
"Berbeda dengan apa yang terjadi hari ini, kondisi Salahuddin ini kemudian diberikan kesaksian sejarahwan Kristen Steven Runciman mengatakan bahwa Salahuddin masuk Yerusalem sebagai penguasa yang beradab, penuh belas kasih dan berperi kemanusiaan, berbeda dengan tentara salib sebelumnya yang membantai penduduk tanpa pandang bulu," tambahnya.
Keempat, perlindungan terhadap Hindu dan Budha di India dibawah Kesultanan Mughal. "Harusnya menjadi koreksi buat penguasa India hari ini, ketika mereka dengan sangat mudah menumpahkan darah kaum muslimin, membiarkan konflik etnis itu terjadi, dan kaum muslimin hidup dalam tekanan hari ini, di bawah pemerintahan kesultanan Mughal 1526 sampai 1857 Masehi umat Hindu dan Budha di India diberikan kebebasan beragama, menghapus pajak jiziah bagi non muslim ini pun dilakukan," cecarnya.
Bisa bayangkan, ia menambahkan, pada masa kepemimpinan Islam, tidak membantai atau menindas umat Kristen Yerusalem, lalu mempekerjakan orang Hindu dalam pemerintahan, kemudian juga menghormati tradisi dan ritual keagamaan Hindu dan Buddha.
"Kalau kita bicara tentang kondisi ini, fakta sejarah menunjukkan bahwa hingga kini kuil-kuil Hindu dan Budha di India tetap berdiri meskipun India pernah berada di bawah kekuasaan muslim selama berabad-abad, kalau kita bicara tentang kekuasaan kaum muslimin dan bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa toh tempat-tempat ibadah mereka tidak pernah dihancurkan sama sekali, karena kebhinekaan itu begitu dihargai dalam Islam," ungkapnya.
Kelima, Khilafah Utsmaniah Harmoni multikultural di Eropa Asia dan Afrika. Khilafah Utsmani berdiri 1299 sampai 1924 masehi adalah contoh nyata keberagaman yang dikelola dengan baik dalam sistem Islam, tindakan Usmaniah yang menjamin keberagaman di antaranya melindungi komunitas Yahudi yang dianiaya di Eropa, kemudian Sultan Bayezid II menerima pengungsi yang diusir dari Spanyol pada tahun 1492. Mengizinkan kristen Ortodok menjalankan ibadah mereka dengan bebas, menerapkan sistem 'Millet' di mana mereka hidup bersama dan dapat mengatur urusan agamanya sendiri.
"Ini seperti mimpi yang ada dalam sejarah, lalu orang kemudian merasa enggak mungkin dong, padahal kenyataan yang terjadi, Usmani itu belum terlalu lama dia baru 100 tahun yang lalu runtuhnya, masih banyak peninggalan-peninggalan, kalau kita jalan ke Turki, kita melihat bagaimana peninggalan khilafah itu menunjukkan bahwa khilafah sangat memberlakukan perlindungan terhadap kemajemukan, tetapi bukan kemaksiatan, hingga kini komunitas Yahudi di Istanbul masih hidup damai dan gereja-gereja Ortodok tetap berfungsi sejak zaman khilafah utsmaniyah," pungkasnya.[] Alfia Purwanti