Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hari yang Fitri Memperkuat I'tikad Memperjuangkan Kemenangan Sejati

Sabtu, 19 April 2025 | 04:46 WIB Last Updated 2025-04-18T21:46:28Z

Tintasiyasi.id.com -- Berdasarkan pengumuman Mufti Besar Palestina Syaikh Muhammad Hussein, warga Palestina merayakan hari Idul Fitri 1446 H pada 30 Maret 2025. Idul Fitri seharusnya menjadi momen kebahagiaan bagi umat Islam di seluruh dunia. Ini menjadi simbol hari kemenangan atas keberhasilan dalam meningkatkan ketakwaan dan mempererat ukhuwah Islamiyah di bulan Ramadhan.

Ribuan warga Palestina Laksanakan Shalat Idul Fitri di dekat kuil Kubah Batu, kompleks Masjid Al Aqsa, Kota Tua Yerusalem. Dalam menyambut hari yang Fitri Warga Palestina sangat antusias dengan berkumpul dari sebelum waktu shalat Idul Fitri pukul 06.05 waktu setempat, sesuai dengan waktu musim dingin di Masjidil Aqsa (CNBC Indonesia, 30/3/25).

Namun, di suasana yang fitri di saat umat Muslim di berbagai penjuru dunia merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita, warga Palestina harus merayakannya di tengah serangan, keterbatasan, dan kesengsaraan yang tiada henti dari Zionis Israel.

Dalam satu video unggahan oleh Pusat Informasi Palestina, suara tembakan terdengar saat shalat dilaksanakan. Disisi lain, Tentara Israel juga sedang menyerbu beberapa rumah di Hebron, Tepi Barat Gaza dengan menduduki, mendobrak pintu dan menggeledah tempat tinggal (CNN Indonesia, 30/3/25).

Ini menunjukkan bahwa warga Palestina belum benar-benar bisa merayakan Idul Fitri. Serangan itu telah membunuh 9 Orang di Gaza, 5 Anak-anak, serangan Israel ini terjadi serentak di wilayah lain yang juga mencakup wilayah pengungsi Khan Younis di Gaza selatan hingga wilayah pengungsi Jabalia di Gaza utara. Kondisi ini semakin menambah korban lebih dari 900 warga Palestina sejak melanggar gencatan senjata dengan Hamas. Hingga 30 maret 2025, Israel membunuh seorang anak Palestina di Gaza setiap 45 menit sekali, dengan rata-rata 30 anak yang terbunuh setiap hari selama 535 hari terakhir (TEMPO.CO, 30/3/25).

Jika dianalogikan kita memiliki kamar dengan 100 anak: maka Dua dari anak-anak itu telah terbunuh; dua hilang, diduga tewas; tiga terluka, banyak yang kritis; lima menjadi yatim piatu atau terpisah dari orang tua mereka, lima anak lainnya memerlukan pengobatan untuk kekurangan gizi akut dan anak-anak lainnya menanggung bekas luka perang, trauma yang akan memengaruhi kesehatan mental, keselamatan, dan masa depan mereka. Jika dilihat sejak 7 Oktober 2023 hingga 30 maret 2025 sudah 50.200 jiwa tewas di mana sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak-anak (CNN Indonesia, 30/3/25).

Mirisnya gak ada yang bisa menjamin serangan itu berhenti.
Fenomena ini menggugah kesadaran bahwa kebahagiaan dan kemenangan umat Islam masih jauh dari sempurna. Umat masih terpecah belah, lemah, dan menjadi korban dari sistem yang gagal melindungi hak mereka. 

Ketidakadilan dan penjajahan masih terus terjadi di Palestina adalah bukti nyata bahwa dunia saat ini dikendalikan oleh sistem yang abai terhadap kemanusiaan. Kapitalisme sekuler yang mendominasi peradaban modern telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia.

Alih-alih memberikan solusi, sistem ini justru semakin memperburuk penderitaan warga Palestina dan umat Islam secara keseluruhan.
Perubahan yang hakiki tidak bisa dicapai hanya dengan solusi parsial atau jangka pendek. Umat Islam membutuhkan sistem yang mampu melindungi, menjaga, dan menegakkan keadilan bagi seluruh umat manusia. 

Sejarah telah menunjukkan bahwa Islam, ketika diterapkan secara menyeluruh, mampu membangun peradaban gemilang yang menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi semua dan inilah yang harus menjadi landasan perjuangan umat Muslim saat ini.

Harapan Hanya Ada Pada Jihad dan Khilafah

Penderitaan ini masih akan belum selesai jika umat berharap dan mengikut pada solusi yang ditawarkan oleh PBB, Liga Arab, maupun OKI secara internasional. Sampai saat ini belum ada satu pun pemimpin Dunia Islam yang punya itikad menolong secara tuntas Gaza. Problem di Gaza juga tidak akan bisa selesai dengan cara diplomatik apalagi perdamaian.

Solusi untuk menyelesaikan persoalan ini hanyalah jihad dan khilafah. Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat191 yang artinya : "Perangilah mereka oleh kalian di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian".

Jadi haram hukumnya berdamai dengan kaum penjajah dan menerima eksistensi mereka di tanah air kaum Muslim. Serta krisis ini akan tuntas sempurna jika kaum Muslim memiliki perisai untuk melindungi diri, yakni Khilafah Islamiyah.

Adanya sulthan[an] nashira (kekuasaan yang menolong), yaitu kekuasaan yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi dalam bentuk negara, sistem, dan penguasanya yang benar-benar telah menolong dan memenangkan Islam dan kaum muslim akan mampu mewujudkan pembebasan terhadap Palestina. Kekuasaan seperti ini akan mampu menjadi junnah (perisai) yang melindungi umat Islam dari musuh. 

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’alaih).

Aksi Nyata Yang Akan Dilakukan Negara Khilafah

1. Menyatukan negeri-negeri muslim, baik wilayah, rakyat, dan militernya
2. Menjadikan pembebasan Palestina sebagai agenda utama negara
3. Menolak solusi yang ditawarkan lembaga internasional seperti PBB dan negara Barat (AS dan Eropa), yang pada hakikatnya hanya untuk melanggengkan penjajahan terhadap Palestina
4. Memboikot semua produk dan pemikiran yang terafiliasi dengan Israel
5. Mengirimkan pasukan dalam jumlah besar untuk menghancurkan entitas Israel hingga ke akarnya demi kebebasan Palestina
6. Berjihad dalam menghadapi negara lain seperti AS yang terlihat nyata membela Israel
7. Kembali membangun Palestina agar umat Islam di sana bisa hidup layak, yang mencakup insfrastruktur keras, yaitu bangunan, sarana transportasi, telekomunikasi, dan lainnya serta infrastruktur lunak berupa sistem pendidikan, kesehatan, dan lainnya
8. Menempatkan pasukan dalam jumlah yang cukup untuk berjaga-jaga di tanah ribath (perbatasan) Palestina jika sewaktu-waktu ada serangan dari musuh umat Islam

Maka dari itu, kembalikan semangat kita, wahai kaum Muslim! Dimana dahulu kaum Muslim juga pernah berhasil dalam mengusir pasukan Salib dan kembali menyucikan tanah Palestina. Sekarang saatnya kita kembali melaksanakan perjuangan untuk mengusir kaum Yahudi dan menolong saudara seiman disana. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda;
"Siapa saja yang meninggal dunia, sementara dia belum pernah berperang (berjihad) atau meniatkan diri untuk berjihad, maka dia mati di atas satu cabang dari kemunafikan". (HR Muslim).

Jadi agenda besar umat islam hari ini adalah menegakkan kembali Khilafah. Umat Islam harus sadar bahwa Khilafah hanyalah satu-satunya solusi atas penjajahan di Palestina, ini didukung dengan adanya kelompok dakwah di tengah-tengah umat yang terus menyadarkan akan posisinya sebagai umat terbaik. 

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ali Imran: 110 yang artinya:
“Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.“

Kita Bukanlah Awalnya

Rasulullah Saw, sebelumnya telah memberikan teladan terkait metode penegakan Khilafah yang menerapkan Islam kafah. Metode tersebut adalah:

1. Pembinaan / pengkaderan (at-tatsqîf).
2. Interaksi dengan umat (at-tafâ’ul ma’al ummah), yang mencakup pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah).
3. Penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaan (istilâm al-hukmi).

Sirah Rasulullah saw. menunjukkan tiga metode tersebut dalam mendirikan Negara Islam di Madinah. Dengan demikian kita wajib mengikuti metode tersebut dan wajib terikat serta konsisten dengan tiga metode tersebut sebagaimana yang Nabi saw contohkan.

Inilah momennya bagi umat Muslim untuk bangkit dan berperan nyata. Kesadaran harus diubah menjadi aksi, kepedulian harus diwujudkan dalam gerakan nyata. Umat harus mendidik dirinya dengan ilmu yang benar, membangun jaringan solidaritas yang kuat, serta berkontribusi dalam gerakan yang bertujuan untuk membebaskan umat dari belenggu ketidakadilan. Perjuangan ini bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap Muslim yang peduli terhadap masa depan umat dan dunia.[]

Oleh: Rika Vebrian
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update