Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Evakuasi Rakyat Gaza ke Indonesia Berarti Menyerahkan Gaza pada Penjajah

Selasa, 22 April 2025 | 21:42 WIB Last Updated 2025-04-22T14:42:30Z

TintaSiyasi.id -- Penjajahan terhadap Gaza Palestina hingga hari ini belum berakhir. Bahkan solusi apapun yang sudah dijalankan belum bisa menjadi solusi hakiki. Belum lama ini, Presiden Prabowo menyatakan bahwa Indonesia siap menerima ribuan warga Gaza, Palestina yang menjadi korban kekejaman militer Israel. Prabowo akan mengirim pesawat untuk menjemput mereka. (Beritasatu.com, 9/4/2025)

Pernyataan ini justru menimbulkan kontra produktif dengan seruan jihad yang juga belum lama ini disuarakan oleh banyak pihak bahkan para ulama internasional yang telah menyadari bahwa tidak ada solusi hakiki selain jihad. Melihat berbagai upaya yang dilakukan sejauh ini nyatanya tidak menghentikan penjajahan dan genosida yang terjadi pada warga Palestina.

Jika evakuasi rakyat Gaza dijadikan solusi, tentu saja ini bukan solusi bahkan semakin menjauhkan dari solusi hakiki. Sejatinya, Zionis-lah yang melakukan pendudukan bahkan perampasan wilayah Palestina. Maka, seharusnya zionis yang harus diusir dari tanah Palestina dan bukan warga Gaza yang dievakuasi. Jika warga Gaza yang dievakuasi, maka sama saja dengan menyerahkan wilayah Palestina pada penjajah zionis.

Di sisi lain, evakuasi tersebut bisa jadi merupakan bentuk tekanan AS terhadap Indonesia atas kebijakan baru AS yakni menaikkan tarif impor. Keberhasilan upaya Indonesia dalam melakukan negosiasi atas kebijakan tersebut bisa jadi akan digunakan sebagai alat untuk menekan Indonesia agar melakukan evakuasi warga Gaza. Inilah buah simalakama bagi negeri yang tergantung pada negara lain. Padahal Indonesia adalah negeri yang kaya dan memiliki potensi penduduk yang besar seharusnya Indonesia bisa menjadi negara yang kuat, bisa berdiri sendiri, menentukan arah politik nya sendiri tanpa bergantung pada kebijakan AS. Namun, negeri ini telah mengadopsi ideologi kapitalisme yang bersumber dari AS.

Pemimpin negeri Muslim seharusnya menyambut seruan jihad. Namun hari ini, sebab nasionalisme dan prinsip yang tersekat-sekat sehingga setiap negara tidak boleh ikut campur urusan negara lain sehingga ini lah yang menjadi penghalang menyambut seruan jihad. Sikap yang ditunjukkan oleh para pemimpin negeri Muslim hari ini adalah bentuk pengkhianatan sebagai sesama saudara Muslim. Negeri Muslim seharusnya menjadi negara adidaya yang memimpin dunia sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh para sahabat beliau yaitu sistem khilafah. Khilafah sebagai negara adidaya akan menerapkan syariat Islam sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap Muslim di mana pun tanpa tersekat nasionalisme. Sayangnya hari ini khilafah belum bisa diwujudkan sehingga nasib umat Islam pun makin sengsara. 

Untuk itu, umat harus terus didorong agar menolak evakuasi warga Palestina karena itu sama dengan menyerahkan wilayah Palestina milik kaum Muslim, sebagai tanah kharajiyah. Juga menyeru penguasa untuk mengirimkan tentara agar berjihad demi membela saudaranya Muslim Palestina. Pada saat yang sama, umat juga harus semakin kuat berjuang untuk menegakkah khilafah. Karena hanya jihad dan tegaknya khilafah akan menjadi solusi hakiki membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah. 

Panggilan jihad hanya akan dijawab oleh para tentara yang takut kepada Rabb-nya, ini hanya akan bisa terwujud dalam pasukan tentara jihaz dalam naungan khilafah. Untuk mewujudkan jihad dan khilafah tentu membutuhkan kepemimpinan partai Islam ideologis agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar sehingga memberikan pengaruh besar dalam mendorong penguasa negeri Muslim untuk mengirimkan tentara untuk berjihad dan tegaknya khilafah. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sri Muliani
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update