TintaSiyasi.id -- Hari istimewa identik dengan kegembiraan. Namun, kabar duka sedang menyelimuti warga Gaza pada momen Idul Fitri 1446 H kemarin. Viral video di media sosial yang dibagikan oleh Greg J. Stolker, memperlihatkan keganasan aksi pengeboman Zionis Israel di jalur Gaza. Pengeboman tersebut mengakibatkan tubuh anak-anak Palestina yang tak berdosa, tak sempat lari, dan tak ada peringatan langsung terpental hingga 100 meter ke udara. Dikutip dari Reuters (Sabtu, 5 April 2025), Kementrian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 97 orang tewas akibat serangan Israel yang di dalamnya termasuk 20 orang tewas dalam serangan udara sekitar fajar di Gaza Utara yakni Shejaia.
Dalam agresi sebelumnya, Israel menargetkan pengeboman relawan dan jurnalis Gaza. Salah satu jurnalis Al Jazeera yang tewas bernama Hossam Shabat menuliskan pesan terakhirnya kepada dunia. Rekan dari jurnalis Hossam menyampaikan pesan terakhirnya di akun X. "Saat semua ini dimulai, saya baru berusia 21 tahun — seorang mahasiswa dengan impian seperti orang lain. Selama 18 bulan terakhir, saya telah mendedikasikan setiap momen hidup saya untuk rakyat saya. Saya mendokumentasikan kengerian di Gaza utara menit demi menit, bertekad untuk menunjukkan kepada dunia kebenaran yang mereka coba kubur. Saya tidur di trotoar, di sekolah, di tenda — di mana pun saya bisa. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup. Saya menahan lapar selama berbulan-bulan, tetapi saya tidak pernah meninggalkan keluarga saya." (Tempo.co, 26 Maret 2025)
Derita saudara kita di Palestina akhirnya mengundang perhatian dari para ulama dan cendekiawan Muslim dengan memberikan fatwa jihad melawan Zionis Israel. Sekretaris Jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS), Ali Al-Qaradagi, menyerukan kepada semua negara Muslim untuk segera campur tangan secara militer, ekonomi, dan politik untuk menghentikan genosida dan penghancuran Zionis Israel sesuai mandat mereka. Selain itu, kecaman dari Sekjen IUMS adalah dengan diamnya penguasa yang ada di dunia terhadap pengeboman di Gaza merupakan kejahatan besar. Sikap diamnya para penguasa adalah kemaksiatan besar di hadapan Allah. Karena, Allah memerintahkan menolong muslim yang lainnya, seperti dalam Al-Qur'an:
وَإِنِ ٱسْتَنصَرُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ فَعَلَيْكُمُ ٱلنَّصْرُ
"Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan" (Q.S. al-Anfal [8]: 72).
Sungguh, tak ada jalan lain untuk masalah genosida adalah dengan jihad fii sabilillah dan menyatukan kekuatan militer kaum Muslim di seluruh dunia untuk melindungi saudara kita di Palestina. Allah memerintahkan untuk memerangi kaum kafir yang menyerang kaum Muslim. Seperti firman Allah:
فَمَنِ ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَٱعْتَدُوا۟ عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ
Artinya: "Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 194).
Namun, pada faktanya para penguasa Muslim malah diam dan menutup rapat-rapat tembok pembatas yang menjadi jalan distribusi bantuan kepada saudara kita di Palestina. Persoalan Palestina bukan sekadar bantuan kemanusiaan dan retorika empati. Kekuatan persatuan umat dengan akidah Islam dan persatuan pasukan militer Muslim menjadi perisai untuk Palestina.
Penghalang Persatuan
Saat ini penghalang persatuan umat adalah batas negara bernama nasionalisme yang mengubah wajah dunia. Hal ini bermula dari perjanjian Sykes-Picot yakni rahasia antara Inggris dan Perancis pada 1916 M. Dalam perjanjian tersebut Inggris dan Perancis sepakat untuk membagi wilayah pengaruh ekspansi perang tanpa memperhatikan umat di dalamnya. Selama Perang Dunia 1, terbentuk dua kubu yakni kubu Sekutu dan kubu Poros. Saat itu, Daulah Islam yakni Khilafah tergabung dalam kubu Poros yang diprakarsai oleh Jerman, Austria, dan Hungaria. Sementara itu, blok kubu Sekutu terdiri dari Inggris, Prancis, dan Rusia.
Kekalahan kubu Poros, membuat Daulah Khilafah terpojok dan membuka jalan bagi kubu Sekutu untuk memperbesar pengaruhnya hingga wilayah Timur Tengah serta membuat berbagai konspirasi nasionalisme untuk memperlemah Daulah. Perlahan, negeri-negeri Arab terpecah garis wilayah dan memisahkan diri dari Daulah Khilafah. Setelah Perang Dunia 1 berakhir dan Daulah Khilafah berhasil diruntuhkan, kaum muslim terombang-ambing dan tidak memiliki perisai dan pelindung yang mampu menjaga mereka dari penjajahan. Setelah itu tercetuslah Deklarasi Balfour yakni pernyataan dari pemerintah Inggris yang mendukung pendirian rumah Bangsa Yahudi di tanah Palestina yang saat itu masih menjadi wilayah kekuasaan Daulah Khilafah. Kondisi ini makin parah setelah PBB mengeluarkan deklarasi 14 Mei 1948 yang berisi persetujuan pendirian negara Zionis Israel di atas tanah Palestina.
Setelah dilegalisasi dan disaksikan banyak negara dengan diamini sekutu Zionis yaitu Barat dan Amerika Serikat. Sampai detik ini Palestina masih terjajah, sedangkan kaum Muslim lemah dan penguasa Muslim dilemahkan oleh kepentingan politik bernegara. Selain itu, media sosial yang dikuasai musuh Islam menyulitkan dalam menyebarkan kondisi Palestina dan opini Islam karena sangat terbatas. Sudah banyak akun yang mendukung Palestina diblokir dan dihilangkan oleh pemegang kendali media sosial yakni musuh Islam.
Khilafah Solusi Nyata
Ketiadaan khilafah membuat negeri-negeri Muslim terjajah dan terisolasi. Penegakan Khilafah adalah solusi nyata dan pelindung negeri Palestina. Tegaknya khilafah harus diperjuangkan dan diserukan hingga kaum Muslim memiliki kesadaran sebagai kepentingan bernegara. Umat harus memiliki kesadaran politik bahwa nasib Islam dan kaum Muslim tidak akan mulia dengan ikatan kebangsaan. Kemuliaan dan kehormatan Islam di atas kaum Muslim hanya terwujud dalam ikatan akidah Islam dengan bersatunya negeri-negeri Muslim dalam naungan Khilafah. Dengan adanya khilafah, seruan jihad seluruh dunia langsung memerangi Zionis Israel menjadi massif karena dengan jihad jaminan Allah kepada kita ketika mati syahid adalah surga.
Oleh karena itu, untuk membentuk kesadaran politik membutuhkan perjuangan kelompok dakwah ideologis yang konsisten menyampaikan kebenaran Islam, membongkar makar kafir penjajah, dan menyuarakan bahwa solusi hakiki bagi Palestina. Kelompok dakwah ini senantiasa melakukan pembinaan intensif kepada umat untuk membersihkan pemikiran-pemikiran kufur yang menjauhkan umat dari Islam. Mereka bekerja sama dengan umat untuk mewujudkan kembali Daulah Islam (khilafah) sebagaimana yang pernah didirikan oleh Rasulullah ﷺ di Madinah. Rasulullah SAW. juga telah menyampaikan bahwa akan ada di antara mereka yang teguh di atas cita-cita. Beliau bersabda, “Akan senantiasa ada kelompok dari umatku yang tegak di atas kebenaran, mereka menang. Orang-orang yang merendahkan mereka tidak akan memudaratkan mereka hingga datang ketentuan Allah.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dari Anas bin Malik, ra. Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda, “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Sungguh, terwujudnya khilafah yang tegak di atas minhaj an-ubuwwah merupakan keniscayaan sejarah. Selain sudah menjadi janji Allah dan hal ini termasuk salah satu kabar gembira yang disampaikan Rasulullah. Masa itu sudah dekat, mengingat peradaban hari ini sudah nyaris tumbang dari akarnya. []
Oleh: Adinda Putri Iffatuz Zahroh
(Aktivis Dakwah)