TintaSiyasi.id-- Itu adalah prinsip komunikasi yang sangat bijaksana. Berbicara kepada seseorang sesuai dengan kadar akalnya berarti kita harus menyesuaikan cara penyampaian agar bisa dipahami dengan baik oleh lawan bicara.
Beberapa makna dari prinsip ini:
1. Menyesuaikan Bahasa dan Gaya Bicara
➝ Misalnya, berbicara dengan anak kecil menggunakan bahasa yang sederhana, sedangkan dengan orang dewasa bisa lebih kompleks.
2. Menghindari Pembicaraan yang Terlalu Berat bagi yang Belum Memahaminya
➝ Jangan memaksakan pembahasan yang terlalu sulit kepada orang yang belum siap menerimanya.
3. Menjelaskan Sesuatu dengan Cara yang Mudah Dimengerti
➝ Gunakan contoh yang relevan agar lawan bicara lebih mudah memahami apa yang kita maksud.
4. Tidak Merendahkan atau Menyombongkan Diri dalam Berbicara
➝ Orang rendah hati akan berbicara dengan tutur kata yang baik dan tidak meremehkan pemahaman orang lain.
5. Membaca Situasi dan Kondisi
➝ Tahu kapan harus berbicara dengan serius, bercanda, atau menahan diri untuk tidak berbicara jika tidak diperlukan.
Prinsip ini membantu kita menjadi komunikator yang lebih baik dan menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain.
Bagaimana Komunikasi Persuasif itu?
Komunikasi persuasif adalah cara berkomunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan orang lain agar mereka menerima, mempercayai, atau melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita harapkan.
Ciri-Ciri Komunikasi Persuasif
1. Memiliki Tujuan yang Jelas
➝ Bertujuan untuk mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pendapat dan tindakan seseorang.
2. Menggunakan Bahasa yang Meyakinkan
➝ Kata-kata yang dipilih harus logis, menarik, dan tidak memaksa.
3. Menyesuaikan dengan Audiens
➝ Cara penyampaian harus sesuai dengan latar belakang, tingkat pengetahuan, dan emosi pendengar.
4. Memanfaatkan Bukti dan Fakta
➝ Agar lebih kredibel, komunikator sering menggunakan data, contoh, atau testimoni.
5. Membangun Emosi dan Kepercayaan
➝ Komunikasi yang efektif tidak hanya logis, tetapi juga menyentuh emosi audiens agar lebih mudah diterima.
Teknik Komunikasi Persuasif
1. Ethos (Kredibilitas) → Menunjukkan bahwa kita kompeten dan dapat dipercaya.
Contoh: "Saya telah meneliti hal ini selama bertahun-tahun, dan inilah fakta yang saya temukan..."
2. Pathos (Emosi) → Menggunakan perasaan untuk membangun koneksi.
Contoh: "Bayangkan jika kita bisa membantu lebih banyak anak mendapatkan pendidikan yang layak..."
3. Logos (Logika dan Fakta) → Menggunakan data atau alasan yang kuat.
Contoh: "Menurut penelitian, 80% orang yang melakukan kebiasaan ini mengalami peningkatan produktivitas..."
4. Repetisi (Pengulangan) → Mengulang pesan utama agar lebih mudah diingat.
Contoh: "Kita butuh perubahan. Perubahan yang nyata. Perubahan yang membawa kebaikan."
5. Social Proof (Bukti Sosial) → Menunjukkan bahwa orang lain telah melakukan atau percaya pada sesuatu.
Contoh: "Banyak perusahaan besar sudah menerapkan strategi ini dan meraih sukses besar!"
Contoh Komunikasi Persuasif dalam Kehidupan Sehari-hari
• Iklan: "Gunakan produk ini, terbukti ampuh mengatasi masalah kulit dalam 7 hari!"
• Motivasi: "Jangan takut gagal! Setiap kesuksesan besar diawali dengan kegagalan."
• Pidato Pemimpin: "Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang."
• Negosiasi: "Jika kita bekerja sama, kita bisa mencapai hasil yang lebih baik untuk semua pihak."
Kesimpulan
Komunikasi persuasif adalah keterampilan penting dalam banyak aspek kehidupan, dari bisnis, pendidikan, hingga hubungan sosial. Dengan memahami teknik dan cara yang tepat, kita bisa lebih efektif dalam membujuk dan mempengaruhi orang lain dengan cara yang positif.
Ambillah Hikmah, tidak penting bagimu dari mana sumbernya.
Ini adalah prinsip yang sangat bijak! Maknanya adalah bahwa kebijaksanaan atau pelajaran berharga bisa datang dari mana saja, tidak terbatas pada sumber tertentu.
Makna dari Prinsip Ini:
1. Terbuka terhadap Ilmu dan Kebaikan
Jangan menolak kebenaran hanya karena datang dari orang yang berbeda pandangan, status, atau latar belakang.
2. Belajar dari Siapa Saja
Hikmah bisa datang dari guru, teman, anak kecil, bahkan dari orang yang kita anggap tidak lebih pintar dari kita.
3. Menyaring yang Baik, Meninggalkan yang Buruk
Tidak semua hal yang kita dengar atau baca itu baik, tapi jika ada hikmah di dalamnya, ambillah dan manfaatkan.
4. Jangan Meremehkan Sumber Ilmu
Bisa jadi sesuatu yang sederhana atau berasal dari orang yang tidak terkenal justru mengandung pelajaran yang berharga.
5. Kebijaksanaan Bersifat Universal
Kebaikan, kebenaran, dan ilmu tidak mengenal batas agama, budaya, atau status sosial.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:
• Belajar kesabaran dari seseorang yang pernah mengalami banyak cobaan.
• Mengambil pelajaran dari kesalahan orang lain agar tidak mengulanginya.
• Mendengarkan nasihat baik, meskipun datang dari orang yang lebih muda.
• Menemukan inspirasi dari buku, film, atau pengalaman orang lain.
Kesimpulan:
Jangan menutup diri terhadap ilmu dan hikmah hanya karena melihat siapa yang menyampaikannya. Jika itu sesuatu yang baik, ambillah dan jadikan sebagai bekal dalam hidup.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)