TintaSiyasi.id -- Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra, menjelaskan perjuangan menegakkan Islam adalah jihad melawan hegemoni kekuasaan jahiliah.
"Perjuangan menegakkan Islam adalah jihad melawan hegemoni kekuasaan jahiliah sejak zaman para Nabi dan Rasul," ujarnya dalam tulisannya yang dikutip TintaSiyasi.id, Ahad (2/3/2025).
Ia menjelaskan, kekuasaan jahiliah adalah pemerintahan yang tidak menerapkan Islam dan telah melahirkan kehidupan masyarakat yang diliputi berbagai bentuk kerusakan, kezaliman dan kejahatan. Rasulullah dihadapkan dengan hegemoni kekuasaan jahiliah, yakni hegemoni kekuasaan kaum kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Jahal.
Sebagaimana contoh dalam sejarah, lanjut Sastra, dakwah Islam Nabi Musa dihadapkan dengan hegemoni kekuasaan jahiliah yang dipimpin oleh fir’aun. Begitupun dakwah Nabi Ibrahim yang harus menghadapi hegemoni kekuasaan jahiliah dibawah kepemimpinan Namrud. Meski banyak ujian, namun pada akhirnya dakwah Islam yang dibawa para Nabi dan Rasul berhasil mengalahkan.
"Bahkan Rasulullah berhasil menegakkan daulah Islam di Madinah, untuk menerapkan syariah Islam kaffah karena pertolongan Allah," ujarnya.
Ia mengatakan, bahwa Allah menegaskan hanya ada dua hukum di dunia ini, yakni hukum Allah atau hukm jahiliah sebagaimana firmanNya: Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS Al Maidah : 50).
Sakwah Rasulullah langsung bersentuhan dengan para pembesar Quraisy yang selama ini telah berkuasa dan mendapat banyak pengikut. Mereka menilai bahwa dakwah Rasulullah intoleran, karena menolak segala sesembahan kaum jahiliah yang telah ratusan tahun dilakukan. Dakwah Rasulullah juga dianggap akan memecah belah orang Arab.
Ia membandingkan dengan kondisi saat ini. Di saat kaum muslimin telah memiliki kesadaran akan pentingnya menerapkan Islam kaffah sebagai solusi tuntas atas berbagai masalah negeri yang kian carut marut, maka seketika banyak yang berusaha menghalanginya. Dengan berbagai cara, para penghalang dakwah terus berusaha menghentikan gelombang dakwah Islam kaffah di seluruh penjuru negeri dan bahkan di seluruh dunia.
"Berbagai narasi radikalisme dan terorisme disuarakan oleh para penghalang dakwah Islam kaffah dengan tujuan propaganda, fitnah, dan tentu saja untuk menjalankan proyek Barat sebagai bagian dari perang peradaban. Sebab di tengah peradaban Barat yang makin sekarat, mereka menyadari kebangkitan umat Islam di seluruh dunia. Para kompardor kekufuran seolah kebakaran jenggot saat melihat kibaran ar rayyah dan al liwa, bendera pemersatu umat Islam sedunia bertuliskan kalimat tauhid," paparnya.
Kemudian, ia mengungkapkan, melalui perang pemikiran (ghozwul fikri), mereka memanfaatkan para agen yang tersebar di seluruh dunia untuk melakukan kontra narasi atas perjuangan penerapan Islam dalam institusi negara, dakwah Islam kaffah dan persatuan umat Islam di seluruh dunia dalam satu kepemimpinan seorang khalifah. Tak ada makan siang gratis, tentu para agen Barat itu mendapatkan upah, baik berupa uang maupun beasiswa pendidikan.
Namun demikian, sejak zaman Rasul juga telah hadir para pembangkang dan pengkhianat agama. Ia menjelaskan bahwa mereka adalah kaum kafir dan munafik yang secara terang-terangan menghalangi dakwah dan perjuangan Islam yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat. Dan kini anak cucu abu jahal dan abu lahab terlahir kembali mewarnai jaliliyah modern.
"Maka jangan heran jika sejarah kembali berulang dengan hadirnya kaum kafir yang selalu memusuhi dakwah Islam dan perjuangan menegakkan daulah Islam. Kaum kafir adalah mereka yang membangkang perintah Allah. Hadir pula gerombolan kaum munafik lapar yang membantu kaum kafir dengan imbalan seonggok nasi basi. Mereka rela menjadi penkhianat agama demi mendapatkan harta dan tahta dunia," urainya.
Ia mengutip Qs. Nisa 60 'Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ?. Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya'.
Benarlah bahwa sejarah selalu berulang. Dahulu, di saat para Nabi dan Rasul mendakwahkan Islam, selalu ada para penghalangnya yang sekuat tenaga dan dengan berbagai cara berusaha untuk menghentikan dakwah Islam. Para penghalang dakwah Islam para Nabi adalah dari golongan kafir, musyrik dan munafik. [] Alfia Purwanti