TintaSiyasi.id -- Kaum Muslim khususnya di negeri ini setiap 17 Ramadhan senantiasa memperingati Nuzulul Qur'an. Memperingati Nuzulul Qur'an adalah peristiwa turunnya Al-Qur'an di bulan Ramadhan yang mulia. Peristiwa ini menjadi titik awal sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Hal inilah yang menyebabkan setiap datangnya bulan Ramadhan diadakannya peringatan Nuzulul Qur'an dengan penuh penghormatan oleh berbagai pihak.
Namun, mirisnya di tengah kemeriahan memperingati Nuzulul Qur'an ini umat Islam masih hidup di bawah aturan yang tidak bersumber dari Al-Qur'an, melainkan dari akal manusia. Salah satunya negara ini yang terkenal mayoritas penduduknya adalah Muslim yang saat ini diatur oleh sistem demokrasi kapitalisme. Aturan yang diterapkan mulai dari sistem politik, pendidikan, sosial, sanksi yang disandarkan pada asas sekularisme yang mengabaikan peran agama dalam kehidupan.
Karena sistem demokrasi kapitalisme telah menjadikan akal manusia sebagai sumber hukum, padahal manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Sehingga, akan melahirkan berbagai masalah. Dalam sistem ini, prinsip tentang kedaulatan berada ditangan rakyat untuk menentukan hukum. Maka, tidak akan lepas dari pengaruh hawa nafsu dan kepentingan pribadi, bukan dari kebenaran hakiki yang diajarkan dalam Al-Qur'an.
Berbagai permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat ini disebabkan terjadinya ketimpangan dalam penerapan hukum dan keadilan yang tidak berlandaskan pada wahyu Allah SWT. Sebagaimana yang kita saksikan saat ini, kaum Muslim hidup di bawah hegemoni sistem sekularisme.
Sehingga kita lihat saat ini walaupun berkali-kali memperingati Nuzulul Qur'an, tapi tetap saja umat Islam masih dalam keadaan terhina dan musuh-musuh Allah masih saja membantai kaum Muslim Palestina, Rohingya, Uighur dan Muslim yang menjadi warga negara di negeri minoritas dan menjajah negeri-negeri Muslim lainnya termasuk Indonesia.
Dan di Indonesia sendiri para penguasanya senantiasa mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat. Mulai dari menaikkan berbagai macam dan tarif pajak, privatisasi SDA dan layanan publik hingga penguasa subsidi pada sektor vital.
Umat Islam seharusnya merenungi firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 185. Yang menjelaskan tentang bulan Ramadan sebagai bulan yang didalamnya Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Bukan hanya sekedar menjelaskan tentang kewajiban puasa serta keringanan bagi yang sakit atau dalam perjalanan.
Dalam surah An-nahl ayat 89 yang artinya:
"(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghadirkan seorang saksi (rasul) kepada setiap umat dari (kalangan) mereka sendir. Dan Kami mendatangkan engkau (nabi Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang Muslim". (TQS. An-Nahl ayat 89)
Dari kedua ayat Al-Qur'an di atas bahwa umat Islam diwajibkan harus menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dan menjadikan Al-Qur'an sebagai hukum yang mengatur segala aspek kehidupan, serta sebagai sumber penyelesaian masalah yang dialami umat. Tentu hal ini menunjukkan penerapan syari'at Islam secara menyeluruh di berbagai bidang kehidupan manusia.
Penerapan syariat Islam secara komprehensif tidak akan terwujud dengan sempurna tanpa adanya kekuasaan atau pemerintahan Islam yang sah. Inilah yang dimaksud dengan khilafah yaitu sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan pada petunjuk nabi Muhammad Saw untuk menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi.
Maka Al-Qur'an seharusnya sudah menjadi landasan hidup setiap individu, masyarakat bahkan harus menjadi landasan bernegara. Namun, mirisnya yang kita lihat saat ini individu yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan menyeru untuk penerapan aturan Islam kaffah melalui sistem khilafah justru dianggap radikal dan ekstrem.
Karena itu, seharusnya umat Islam memahami bahwa kitab suci Al-Qur'an tidak hanya sekedar bacaan, melainkan petunjuk hidup manusia dan jika kita ingin peradaban yang mulia maka Al-Qur'an harus dijadikan sebagai asas kehidupan umat. Islam harus tahu bahwa memperjuangkan dan menjadikan Al-Qur'an sebagai dasar yang mengatur kehidupan manusia merupakan konsekuensi keimanan dan buah dari puasa Ramadan yang dilaksanakan.
Karena itu, dalam memperjuangkan Al-Qur'an sudah menjadi konsekuensi dari keimanan yang tulus dan seharusnya Al-Qur'an tidak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Muslim. Dalam perjuangan ini kita tentu butuh kelompok dakwah yang ideologis.
Sungguh, dengan adanya kelompok dakwah yang ideologis merekalah yang akan membangun kesadaran umat akan pentingnya menerapkan Al-Qur'an dalam kehidupan secara nyata. Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Marlina Wati
Muslimah Peduli Umat