TintaSiyasi.id -- Menanggapi kondisi generasi muda saat ini yang disebut dengan istilah generasi strawberry yang dikenal lembek, pembebek, mudah kena mental dan lain sebagainya, Aktivis Muslimah Ustazah Ratu Erma Rahmayanti mengatakan bahwa fakta seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi.
“Ini fakta yang sebetulnya tidak boleh terjadi,” ujarnya dalam Muslimah Ramadan di kanal YouTube Supremacy, Senin (17/3/2025).
Ia menjelaskan yang demikian itu adalah karena Allah telah berfirman di dalam surah An-Nisa ayat 9, ”Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Maka meninggalkan generasi yang lemah, baik lemah secara ilmu, iman, adab, ekonomi dan lainnya itu sebenarnya tidak boleh terjadi. Karena mereka adalah generasi penerus di masa yang akan datang. Kondisi saat ini sama seperti apa yang digambarkan dalam sebuah syair, ketika generasi penerusnya baik, sekalipun satu kaum itu sudah tidak ada, tetapi kehormatannya tidak akan hilang karena masih ada generasi penerusnya. Sementara, ada satu kaum, kaum itu hidup tapi seperti mayat-mayat berjalan ketika meninggalkan generasi yang lemah atau tidak baik.
Ia juga membeberkan bahwa bangsa manapun dari dulu sampai sekarang pasti akan selalu menjadikan pemuda sebagai pusat perhatian karena kesiapannya dan potensinya yang banyak, antusiasmenya, keberaniannya, pengorbanannya serta idealismenya. Sudah selayaknya umat Islam punya orientasi dan visi dalam mendidik putra putri mereka yaitu menjadikan pemimpin orang-orang yang bertakwa.
Mendidik Generasi
Ia menerangkan bagaimana membentuk generasi yang memiliki karakteristik generasi pemimpin. Pertama, wajib dipahami dan disadari bahwa setiap orang bisa menjadi baik ketika ia conect (terbubung) dengan Allah. Kalau sudah taat, percaya, yakin, otomatis apa yang Allah perintahkan pada anak ini, itu pasti akan dijalankan, karena keterikatan.
"Maka tidak cukup hanya mengajarkan rukun iman, sholat yang benar, tapi dalam kehidupan sehari-hari, Ketika terjadi permasalahan harus dikaitkan dengan Allah.” ujarnya.
Kedua, mengisi pemikirannya dengan hukum-hukum Islam. Mereka harus dididik pemikirannya supaya peka terhadap persoalan, sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan seperti masalah ekonomi, pemerintahan dan lain-lain.
Ketiga, menumbuhkan kecintaan anak-anak lebih dominan kepada jannah daripada kecintaan kepada kehidupan dunia. Hal itu supaya mereka tidak mengedepankan material-material godaan duniawi daripada kehidupan akhirat.
"Semua proses itu harus dimulai dari keluarga. Keluarga harus mengerti apa yang menjadi kewajibannya, bagaimana caranya berkomunikasi. Maka orang dewasa harus berbicara yang baik supaya para pemuda tergerak dan memahami. Keluarga yang sudah memiliki pemahaman yang benar harus berkomitmen dulu mengerjakan apa yang menjadi porsinya. Kaji secara detail apa sih peran orang tua,lakukan itu” ujarnya.
”Kemudian sebarkan ke tengah masyarakat, bahwa anak-anak itu kalau berbuat salah harus diluruskan“ paparnya.
"Kita tidak bisa ideal dalam aturan kebijakan dan hal keburukan yang tidak bisa ditolak oleh sistem saat ini , karena itu, kita harus mendakwahkan aturan Islam ini kepada masyarakat secara luas. Kemudian mendakwahkan penerapan syariat Allah termasuk cara mendidik generasi kepada masyarakat dan juga pemimpin,” pungkasnya.[] Ni’matul Afiah