TintaSiyasi.id -- Ribuan mahasiswa menggelar unjuk rasa dengan tajuk “Indonesia Gelap” di area Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin, 17 Februari 2025. Jenderal Lapangan Aksi Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Bagas Wisnu, mengatakan bahwa aksi demonstrasi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai semakin menjauh dari prinsip keadilan sosial, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.
Dalam aksi tersebut, massa menyampaikan sejumlah tuntutan kepada pemerintah. Isi tuntutan tersebut mencakup isu pendidikan hingga perombakan Kabinet Merah Putih. Mereka menyoroti berbagai permasalahan yang mengancam hak-hak masyarakat, mulai dari pendidikan, agraria, hingga kebijakan ekonomi dan politik yang timpang (Tempo.co, 18 Februari 2025).
Selain itu, muncul juga peringatan darurat. Hasil analisis lembaga pemantau media sosial, Drone Emprit, menemukan gambar Garuda hitam yang terlacak di platform X sejak 3 Februari 2025 malam, setelah pemberlakuan pembatasan distribusi elpiji 3 kilogram ke pengecer. Tagar #PeringatanDarurat ini muncul menyusul tagar #IndonesiaGelap. Menurut temuan Drone Emprit, kedua tagar ini mengusung narasi serupa dan kerap muncul bersamaan. Narasi ini juga dikatakan berasal dari akun-akun organik. Gambar Garuda hitam pertama kali dicuitkan pada Senin (3/2/2025) pukul 22.36 WIB oleh akun X @BudiBukanIntel sebagai jawaban atas pertanyaan @out_of_thecourt tentang peringatan darurat (Tirto.id, 18 Februari 2025).
Sebab Indonesia Gelap
Aksi Indonesia Gelap yang digelar mahasiswa memuat tiga belas tuntutan kepada pemerintah, di antaranya: menciptakan pendidikan gratis dan membatalkan pemangkasan anggaran pendidikan, mencabut proyek strategis nasional, menolak revisi UU Minerba, menghapuskan multifungsi ABRI, menolak RUU masyarakat adat, mencabut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, mengevaluasi total program MBG, merealisasikan anggaran tunjangan kinerja dosen, mendesak Presiden Prabowo untuk mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti UU perampasan aset, menolak revisi UU TNI, Polri, dan Kejaksaan, merombak Kabinet Merah Putih, serta menolak revisi peraturan DPR tentang tata tertib dan mendorong reformasi Republik Indonesia (Tempo.co, 18 Februari 2025).
Namun, bisa jadi akan ada lebih banyak lagi tuntutan di kemudian hari. Sebab, kegelapan yang dirasakan Indonesia bukan tanpa sebab. Gelap berarti seluruh persoalan tak kunjung berkurang, malah justru bertambah. Jika hanya sekadar menyuarakan tuntutan tanpa solusi, persoalan ini tidak akan terselesaikan hingga ke akarnya. Sekilas, tuntutan tersebut memang tampak perlu dan mendesak. Namun, jika kembali pada sistem demokrasi yang saat ini diterapkan, persoalan negara justru hanya akan ditambal tanpa penyelesaian menyeluruh.
Akar dari berbagai problem di negeri ini terletak pada penerapan sistem demokrasi. Demokrasi merupakan sumber dari semua permasalahan yang ada. Sistem ini lahir dari pemikiran manusia dan justru menjauhkan peran agama dalam kehidupan bernegara. Agama tidak dilibatkan dalam pengambilan kebijakan politik. Maka, tak heran jika berbagai kebijakan yang dihasilkan menimbulkan kedzaliman di berbagai aspek kehidupan.
Kebijakan yang diambil pun sering kali tidak berpihak kepada rakyat. Sumber daya alam banyak dikelola oleh pihak asing, sementara lapangan pekerjaan semakin minim. Gelombang PHK terus bertambah, harga kebutuhan pokok melambung tinggi, dan kebijakan yang diambil pun cenderung tidak pro-rakyat. Dengan realitas seperti ini, bukankah kembali kepada demokrasi hanya akan semakin menjerumuskan Indonesia ke dalam kegelapan yang lebih dalam?
Karena itu, Indonesia yang tengah diliputi kegelapan membutuhkan penerangan. Aksi mahasiswa ini menjadi tanda bahwa mahasiswa dan masyarakat harus semakin melek politik dan kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus mampu menawarkan solusi yang benar dan menyeluruh — bukan solusi tambal sulam yang kembali pada demokrasi. Solusi tersebut harus datang dari sistem yang memanusiakan manusia, yaitu Islam.
Terangi dengan Islam
Islam datang ke tengah-tengah umat manusia tidak lain untuk mengeluarkan manusia dari perbuatan jahiliyah (kebodohan). Dari sisi akidah, Allah SWT berfirman:
"Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindung mereka adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah: 257)
Selain itu, Islam juga menjadi penyelamat jiwa dari kegelapan:
"Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (QS Al-Ma'idah: 16)
Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan melalui ibadah spiritual, tetapi juga merupakan sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan individu, masyarakat, maupun negara. Islam adalah sistem yang sempurna dan mampu menyelesaikan problematika manusia secara menyeluruh.
Dalam konteks Indonesia Gelap, solusi yang dibutuhkan adalah sistem yang mampu mengeluarkan Indonesia dari kegelapan menuju cahaya. Kegelapan di sini berarti kondisi yang buruk, sementara cahaya adalah jalan menuju kebaikan. Islam tidak hanya menyelamatkan manusia dari gelapnya keimanan, tetapi juga melepaskan manusia dari sistem yang buruk dan penuh kedzaliman.
Islam mengajarkan manusia untuk memperbaiki diri (muhasabah) agar terlepas dari segala keburukan, termasuk kegelapan iman. Islam juga melarang segala bentuk kedzaliman dan mewajibkan manusia untuk melakukan perubahan. Salah satu bentuk perubahan itu adalah menjalankan amar makruf nahi munkar, yakni menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dalam konteks negara, Islam mewajibkan muhasabah lil hukkam, yaitu mengoreksi penguasa ketika mereka berbuat dzalim kepada rakyatnya. Tujuan dari amar makruf nahi munkar adalah agar semua pihak kembali taat kepada hukum Allah SWT.
Oleh karena itu, peran para pemuda dan mahasiswa sangat penting sebagai agen perubahan. Mereka memiliki kewajiban untuk menyuarakan kebenaran dan mengemban risalah Islam dengan mengoreksi kebijakan penguasa yang dzalim serta menawarkan solusi Islam sebagai jalan keluar. Solusi itu adalah penerapan sistem Islam yang akan membawa masyarakat menuju masa depan yang gemilang, jauh dari kegelapan dan kehancuran.
Sebaliknya, jika tidak ada agen perubahan dan kelompok dakwah ideologis yang berani menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka negeri ini akan semakin terperosok dalam kedzaliman dan mengundang azab berupa bencana. Islam menekankan pentingnya amar makruf nahi munkar agar masyarakat senantiasa berada dalam kebenaran dan ketaatan pada hukum Allah SWT.
Demokrasi, yang tidak melibatkan peran agama dalam penyelesaian persoalan kehidupan, terbukti menimbulkan kekacauan dan kedzaliman. Demokrasi adalah sistem kufur yang tidak boleh diikuti oleh kaum muslim, apalagi dijadikan hukum untuk mengatur manusia. Sebab, sistem ini tidak berasal dari Islam dan bertentangan dengan fitrah manusia. Oleh karena itu, demokrasi harus ditinggalkan, bukan dipertahankan.
Saatnya Indonesia kembali pada fitrah manusia, yaitu berhukum pada hukum Allah SWT. Dengan kembali kepada sistem Islam, Indonesia akan keluar dari kegelapan menuju terang benderang. Dengan penerapan aturan Islam, Indonesia tidak akan lagi terjerumus dalam kegelapan.
Wallahu a'lam bishshawab
Oleh: Punky Purboyowati, S. S
Pegiat Komunitas Pena