TintaSiyasi.id—"Siapa saja yang mencari ilmu karena mengharapkan ridha Allah SWT, maka Allah akan mendatangkan sesuatu yang mencukupinya." Kata Ibrahim an-Nakha'i
Perkataan Ibrahim an-Nakha’i ini menegaskan pentingnya niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu. Ia menyatakan bahwa siapa pun yang belajar dengan tujuan mencari ridha Allah, maka Allah akan mencukupinya—baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Makna dan Hikmah Perkataan Ini
1. Keikhlasan dalam Menuntut Ilmu Membawa Keberkahan
o Ilmu yang dicari untuk Allah akan mendatangkan manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
o Jika seseorang belajar untuk mencari pengakuan atau keuntungan duniawi semata, ilmunya bisa menjadi beban, bukan keberkahan.
2. Allah Akan Mencukupkan Segala Keperluan
o "Dicukupi" di sini bisa berarti:
Dicukupi rezekinya.
Dicukupi kebutuhannya tanpa harus berlebihan.
Dicukupi hatinya dengan ketenangan dan keberkahan ilmu.
3. Ilmu yang Bermanfaat Lebih Bernilai daripada Ilmu yang Hanya Diketahui
o Ilmu yang dicari dengan niat baik akan menuntun seseorang menjadi pribadi yang lebih bijaksana, rendah hati, dan bermanfaat bagi umat.
o Sebaliknya, ilmu yang dipelajari dengan niat yang salah bisa membuat seseorang sombong dan bahkan menjauhkannya dari Allah.
Dalil yang Mendukung Makna Ini
๐ QS. Muhammad: 7
"Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
๐ HR. Tirmidzi
"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
Kesimpulan
Menuntut ilmu adalah ibadah. Jika dilakukan dengan niat yang benar, Allah akan memberikan kecukupan, baik dalam bentuk rezeki, ketenangan, maupun keberkahan hidup.
Ibnu al-Mubarak berkata, " Seseorang tetap menjadi orang berilmu selama dia mencari Ilmu. Jika dia menyangka bahwa dia telah berilmu, maka dia sejatinya bodoh."
Perkataan Ibnu al-Mubarak ini mengandung pelajaran berharga tentang kerendahan hati dalam menuntut ilmu. Ia menegaskan bahwa seseorang akan tetap menjadi orang berilmu selama ia terus belajar. Namun, jika ia merasa sudah cukup dan berhenti mencari ilmu, maka sejatinya ia telah jatuh dalam kebodohan.
Makna dan Hikmah Perkataan Ini
1. Ilmu adalah Perjalanan Seumur Hidup
o Tidak ada batas akhir dalam belajar.
o Semakin seseorang berilmu, semakin ia menyadari betapa banyak hal yang belum ia ketahui.
2. Kesombongan dalam Ilmu adalah Kebodohan
o Merasa sudah cukup dengan ilmu yang dimiliki adalah awal dari kebodohan.
o Orang yang berhenti belajar akan tertinggal dan bisa terjebak dalam kesalahan tanpa menyadarinya.
3. Rendah Hati dalam Ilmu Membawa Keberkahan
o Para ulama besar pun tetap merasa butuh belajar sepanjang hidup mereka.
o Semakin rendah hati seseorang dalam ilmu, semakin Allah tambahkan hikmah kepadanya.
Dalil yang Mendukung Makna Ini
QS. Al-Kahfi: 109
"Katakanlah (Muhammad), seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, pasti habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."
HR. Bukhari
"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga."
Imam Syafi’i pernah berkata:
"Semakin bertambah ilmuku, semakin aku sadar bahwa aku tidak tahu banyak."
Kesimpulan
Ilmu bukan sekadar tentang mengumpulkan pengetahuan, tetapi tentang kesadaran bahwa belajar adalah proses yang tidak pernah selesai. Jika seseorang merasa sudah cukup dan tidak perlu belajar lagi, maka sejatinya ia telah tertipu oleh dirinya sendiri.
Seseorang bertanya kepada Imam Ahmad, " Kapan seorang hamba bisa menemukan istirahat?" Dia menjawab, " Di awal kakinya diletakkan di surga."
Jawaban Imam Ahmad ini mengajarkan bahwa istirahat sejati hanya ada di surga. Selama masih hidup di dunia, manusia akan terus diuji dengan berbagai cobaan, pekerjaan, ibadah, dan perjuangan.
Makna dan Hikmah Perkataan Ini
1. Dunia adalah Tempat Ujian, Bukan Tempat Istirahat
o Manusia diciptakan untuk beribadah dan berjuang di dunia.
o Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk: 2:
"Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang terbaik amalnya."
2. Perjuangan di Dunia Menentukan Kebahagiaan di Akhirat
o Jika seseorang ingin istirahat yang sejati, ia harus bersabar dan berjuang dalam kebaikan.
o Dunia ini hanya sementara, sedangkan surga adalah tempat kebahagiaan yang abadi.
3. Jangan Cepat Merasa Puas atau Berhenti Beramal
o Selama hidup, manusia harus terus belajar, bekerja, beribadah, dan berbuat baik.
o Imam Ahmad sendiri adalah contoh ketekunan—ia tetap menuntut ilmu dan berjuang membela kebenaran hingga akhir hayatnya.
Dalil yang Mendukung Makna Ini
QS. Al-Insyirah: 7-8
"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."
HR. Muslim
"Surga dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu), sedangkan neraka dipenuhi dengan hal-hal yang menyenangkan (bagi hawa nafsu)."
Kesimpulan
Jangan mencari istirahat sejati di dunia, karena dunia bukan tempatnya. Istirahat yang hakiki hanya akan kita temukan saat kaki kita pertama kali menginjak surga. Sampai saat itu tiba, teruslah berusaha, bersabar, dan beribadah dengan penuh keikhlasan.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)