Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Aliansi Buruh: Buruh Bukan Prioritas Negara

Kamis, 06 Maret 2025 | 13:35 WIB Last Updated 2025-03-06T06:36:24Z

Tintasiyasi.ID -- Menilik kebijakan ketenagakerjaan dalam sistem kapiltalis, Ketua Aliansi Buruh Indonesia Nanang Setiawan mengatakan bahwa pandangan sistem kapitalis terhadap buruh adalah tidak menjadi prioritas bagi negara untuk dilindung, maupun disejahterakan.

 

“Memang beban perusahaan terbesar itu ada di gaji buruh. Dalam pandangan sistem kapitalis buruh itu tidak menjadi prioritas bagi negara untuk dilindungi, maupun disejahterakan,” ujarnya, Selasa (03/03/2025).

 

Ia menyatakan, hari ini penghasilan buruh yang rata-rata  ada yang UMK tetapi banyak juga yang di bawah UMK. “Itu masih harus dipotong dengan BPJS, JHT, transportasi, biaya makan, dan biaya sekolah,” katanya dalam kanal YouTube Khilafah News dengan tajuk Pusing! Gaji Nggak Naik, PHK Malah Makin Nambah.

 

“Nah, kalau dalam sistem kapitalis yang terjadi sesuai dengan nama kapitalisme itu, nomor satu cuan, cuan buat siapa? Cuan buat para oligarki, penguasa, supporter, dan  pendukungnya. Pendukungnya dalam arti oligarki itu sendiri,” tambahnya.

 

Jadi menurutnya, bisa dilihat betapa terpuruknya nasib para pekerja di masa sekarang ini atau di era sistem kapitalis yang diterapkan di seluruh dunia termasuk, termasuk negeri ini. “Harapannya pemerintah bersikap protektif pada para buruh,” katanya berharap.

 

“Memang dalam sistem kapitalis hari ini di Indonesia dengan begitu kuatnya dalam cengkeraman oligarki, termasuk kekuatan asing yakni Cina yang banyak menyingkirkan buruh dalam negeri.  Mereka tidak mendapatkan porsi yang layak, tidak mendapatkan jaminan yang layak sebagai seorang kerja. Tetapi justru yang mendapatkan jaminan itu adalah buruh asing dalam hal ini adalah tenaga kerja dari Cina,” paparnya.

 

Ia menyebut bahwa hal itu adalah problem sistemis. Negara tidak bisa fokus pada ketenagakerjaan, tetapi mengabaikan ekonomi. “Jangan sampai ketenagakerjaannya ini diperhatikan tetapi ekonominya masih dijajah oleh neomperialisme dan neoapitalisme yang digawangi oleh Amerika Serikat dan antek-anteknya, termasuk Cina. Cina itu anteknya Amerika Serikat untuk urusan ekonomi, jadi pemerintah harus tegas,” lugas Nanang

 

Solusi Paripurna

 

Nanang menjelaskan, solusi paripurna itu hanya dalam sistem Islam. “Sistem ketenagakerjaan dalam Islam untuk menyediakan lapangan pekerjaan, negara harus melakukan industrialisasi di segala bidang. Kalau dalam bahasa Orde Baru itu melakukan nasionalisasi semua Perusahaan,” ujarnya. 

 

“Contoh di Freeport itu harus diambil alih dan dikelola oleh pemerintah sendiri, bukan cukup berbangga dengan memegang saham sebanyak 51 persen dari PT Freeport, tetapi semuanya harus diambil alih,” imbuhnya.

 

Dari hasil kekayaan alam itu akan bisa digunakan kemakmuran rakyat, imbuhnya, industrialisasi itu merupakan penopang ekonomi negara. “Mulai dari industri sabun mandi, pasta gigi, minyak rambut, pesawat terbang, elektronik, seperti smartphone. Itu semuanya harus dibikin di dalam negeri,” tegasnya.

 

“Nah, dengan demikian akan menyerap banyak tenaga kerja dan tentu saja karena itu adalah perusahaan milik negara, maka negara bertanggung jawab 100 persen untuk kelanjutan pekerjaan mereka. Di sinilah terjadi jaminan kelangsungan seorang buruh untuk mendapatkan pekerjaan,” pungkasnya.[] Sri Nova Sagita


Opini

×
Berita Terbaru Update