Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Agar Mampu Menghadapi Kejahatan Framing Amerika, Diperlukan Dua Hal Ini

Sabtu, 08 Maret 2025 | 17:42 WIB Last Updated 2025-03-08T10:43:41Z
TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menjelaskan dua hal penting yang harus dimiliki umat agar mampu menghadapi kejahatan framing Amerika.

"Supaya mampu menghadapi kejahatan framing Amerika, ada dua yang utama. Yang pertama, harus ada di dalam diri umat itu kesadaran politik yang tumbuh dari akidah Islam," ujarnya di YouTube UIY Official: Dialog Menarik Ust Ismail dengan Kedubes AS, Selasa (25/2/2025)

UIY meyakinkan, ketika umat mempunyai kesadaran politik, yaitu ketika memandang kejadian-kejadian politik tersebut jika disebut dalam bahasa kitab adalah min zawyattin khasah, maka umat tidak akan mudah dikecohkan oleh narasi, framing, argumen apapun yang dibangun oleh mereka.

"Amerika itu dengan kuasa teknologi, kuasa informasi itu kan selalu menciptakan opini dengan framing. Framing itu kadang ditujukan kepada pihak luar, tapi juga kadang ditujukan kepada dirinya gitu. Kepada pihak luar ya dengan mengatakan bahwa Israel itu berhak untuk mempertahankan diri terhadap teroris, Hamas. Jadi, itu kan framing bahwa siapa sebenarnya yang yang merampas atau yang melakukan kejahatan!," paparnya.

UIY melanjutkan, Israel yang merampas tanah Palestina, mengusir penduduknya, tapi kenapa kemudian dikatakan bahwa zionis Israel mempunyai hak untuk mempertahankan diri. Ia menanyakan bukankah yang berhak mempertahankan diri adalah yang mempunyai tanah atau wilayah tersebut yang kemudian terusir.

"Nah, ini kan framing. Termasuk juga dia memframing dirinya sendiri bahwa dia melakukan itu semua  sebagai bagian untuk menjaga keamanan dunia, untuk menjaga stabilitas, untuk melindungi dari teroris. Padahal, kalau kita mengacu kepada definisi teroris, yaitu siapa saja individu atau kelompok bahkan negara yang dalam meraih tujuannya menggunakan kekerasan. HAM internasional itu menyebut negara yang paling sering menggunakan kekerasan tak lain adalah Amerika. Karena itu, mestinya dia disebut sebagai teroris, tetapi kan tidak pernah disebut sebagai teroris, gitu," jelasnya.

Oleh karena itu lanjutnya, ketika umat tidak memiliki kesadaran politik, maka umat dengan mudah dikecohkan oleh argumen-argumen mereka.

Kedua, umat harus melek terhadap fakta itu sendiri, diantara fakta yang paling penting juga fakta sejarah, fakta historis. Apa yang terjadi di Palestina ini hari itu dari segi narasi itu sudah banyak sekali melakukan penyimpangan. Misalnya kata-kata konflik. 

"Kata-kata konflik itu kan seperti seperti ada dua pihak yang sedang bertikai, gitu. Padahal, faktanya itu kan ada satu pihak yang dia mengopikasi wilayah orang lain, mengusir penduduknya kemudian melakukan kezaliman sampai ini hari," paparnya.

UIY membeberkan bahwa semula penduduk asli, yaitu Palestina menguasai 90 persen lebih, sekarang hanya menguasai 15 persen. Artinya kejadian tersebut bukan konflik, tapi sebenarnya adalah penjajahan.

"Nah, kata-kata penjajahan itu, ini hari sudah makin jarang kita sebut, gitu. Bahkan di pernyataan resmi negeri ini, pemerintah negeri ini, itu kata-kata pejajahan juga sudah tidak ada. Dulu masih ada, sekarang sudah tidak ada. Lalu makin banyak orang menyuarakan Two State Solution, solusi dua negara. Ketika, kita mengiyakan solusi dua negara itu, sama saja kita mengiyakan perampokan atau penjajahan satu pihak atas pihak lain, gitu. Jadi, melegetimasi hasil jarahan maling atau perampok, gitu," tegasnya.

Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah kekalahan, sebuah kekeliruan secara faktual. Karena itulah, umat penting untuk mengetahui fakta secara tepat diantaranya juga fakta historis agar umat tidak mudah tersimpangkan oleh narasi-narasi yang sebagiannya sebenarnya muncul dari kekalahan. Seperti two state solution muncul dari kekalahan. Kekalahan diplomatik, kekalahan politik, kekalahan militer segala macam yang hal tersebut sudah salah.

"Dan itu saja tidak akan pernah diberikan oleh penjajah. Lihat two state solution itu sudah di ini, tetapi apakah ini diberikan? Enggak. Jika pun diberikan, apakah betul Palestina itu sebuah negara yang yang normal? Kan enggak juga, wong wilayahnya terbelah. Penduduknya sudah begitu fragmented dari segi kewilayahan. Kemudian di situ bukan negara yang berdaulat penuh. Dalam arti di situ disebutnya hanya sebagai otoritas. Kemudian tidak boleh punya tentara, enggak boleh punya senjata, enggak boleh punya pesawat, apalagi pesawat tempur dan seterusnya, gitu. Itu yang saya kira penting untuk dimiliki oleh umat," pungkasnya.[] Nabila Zidane

Opini

×
Berita Terbaru Update