TintaSiyasi.id-- Prinsip Pertama. Jika kamu tidak dapat memberi manfaat kepada orang lain, maka janganlah kamu menimpakan mudarat padanya.
Betul sekali! Prinsip ini sangat sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan keseimbangan antara memberi manfaat dan menghindari mudarat dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam Islam, ada kaidah fikih yang berbunyi:
"La dharara wa la dhirara."
(Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.)
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dianggap sebagai prinsip penting dalam Islam. Artinya, jika kita tidak bisa memberikan manfaat kepada orang lain, setidaknya jangan sampai kita menjadi penyebab kesulitan atau penderitaan bagi mereka.
Makna dan Implementasi dalam Kehidupan
1. Jika Tidak Bisa Membantu, Jangan Menyusahkan
o Jika kita tidak bisa menolong seseorang secara langsung, setidaknya jangan membuat mereka semakin kesulitan.
o Contoh: Jika tidak bisa memberi pinjaman kepada orang yang butuh, jangan malah mempersulitnya dengan menyebarkan aib atau menagihnya dengan kasar.
2. Hindari Perbuatan yang Merugikan Orang Lain
o Jangan menyebarkan fitnah atau gosip.
o Jangan mengambil hak orang lain atau berbuat curang dalam bisnis.
o Jangan membuat aturan atau keputusan yang menyulitkan banyak orang.
3. Menjadi Pribadi yang Netral Jika Tidak Bisa Berkontribusi
o Dalam pergaulan, jika kita tidak bisa memberikan solusi, setidaknya jangan menambah masalah.
o Jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam.
Kesimpulan
Islam mengajarkan keseimbangan antara berbuat baik dan menghindari keburukan.
Jika tidak mampu memberi manfaat, jangan sampai kita justru menjadi penyebab keburukan bagi orang lain.
Dengan menerapkan prinsip ini, kehidupan akan menjadi lebih harmonis dan penuh keberkahan.
Semoga kita selalu menjadi orang yang bermanfaat dan dijauhkan dari perbuatan yang merugikan sesama.
Prinsip Kedua. Jika kamu tidak dapat menyenangkan orang lain, maka janganlah kamu membuatnya susah.
Ini adalah prinsip hidup yang sangat baik dan sesuai dengan ajaran Islam serta nilai-nilai moral universal. Dalam Islam, ada hadis Rasulullah ﷺ yang berbunyi:
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari & Muslim)
Artinya, jika kita tidak bisa menyenangkan atau membantu orang lain, setidaknya kita tidak membuat mereka susah.
Makna dan Penerapan dalam Kehidupan
1. Jika Tidak Bisa Membantu, Jangan Menyusahkan
• Jika kita tidak bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, jangan malah menambah penderitaannya.
• Contoh: Jika seseorang sedang mengalami kesulitan, jangan memperparah keadaannya dengan kritik yang menyakitkan atau komentar negatif.
2. Hindari Perkataan yang Menyakiti
• Kata-kata memiliki dampak besar. Jika tidak bisa berkata sesuatu yang baik, lebih baik diam.
• Contoh: Jangan mencela atau mempermalukan seseorang hanya karena kesalahannya.
3. Jangan Menjadi Penyebab Kesulitan Orang Lain
• Jangan merugikan orang lain dengan tindakan egois.
• Contoh: Jika tidak bisa membantu tetangga, setidaknya jangan mengganggunya dengan suara bising atau sikap tidak peduli.
4. Sederhana dalam Pergaulan
• Jika tidak bisa membuat seseorang bahagia, setidaknya bersikap netral dan tidak menambah bebannya.
• Contoh: Jangan menyebarkan gosip atau ikut-ikutan menyulitkan seseorang dalam masalahnya.
Kesimpulan
Islam mengajarkan keseimbangan antara berbuat baik dan menghindari keburukan.
Jika kita tidak bisa membantu seseorang, setidaknya jangan menjadi penyebab kesulitannya.
Dengan menerapkan prinsip ini, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih damai dan harmonis.
Semoga kita selalu bisa menjadi pribadi yang memberikan kebaikan atau minimal tidak menyakiti orang lain.
Prinsip Ketiga. Jika kamu tidak dapat memuji orang lain, maka janganlah kamu menghinanya.
Prinsip ini sangat mencerminkan etika dalam berinteraksi yang diajarkan dalam Islam dan juga merupakan nilai universal yang dapat diterima dalam masyarakat mana pun. Dalam Islam, perilaku saling menghormati dan menjaga harga diri orang lain sangat ditekankan. Ada beberapa ajaran yang sejalan dengan prinsip ini:
1. Tidak Menghina Sesama
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 11:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mencemooh kaum yang lain; bisa jadi mereka (yang dicemooh) lebih baik dari mereka (yang mencemooh)."
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Jika kita tidak bisa memberi pujian atau apresiasi, jangan menghinanya, karena bisa jadi orang yang kita hina lebih
baik atau memiliki kebaikan yang tidak kita ketahui.
2. Menghindari Perkataan yang Menyakitkan
Nabi Muhammad ﷺ juga mengajarkan kita untuk berbicara dengan baik. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik dalam perkataannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika tidak bisa memberikan pujian atau perkataan yang membangun, lebih baik diam atau berbicara dengan sopan, daripada mengeluarkan kata-kata yang bisa menyakiti hati orang lain.
3. Memiliki Akhlak yang Baik
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya kita mungkin tidak setuju atau tidak suka dengan tindakan atau perilaku seseorang, tetapi Islam mengajarkan untuk selalu menjaga akhlaq yang baik. Salah satu cara untuk menjaga akhlak adalah dengan menghindari menghina orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Prinsip "Tidak Ada Keuntungan dalam Menghina"
Menghina seseorang tidak memberikan manfaat bagi kita. Sebaliknya, bisa menambah permusuhan dan memperburuk hubungan. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
"Tidak boleh seseorang merendahkan atau menghina saudaranya, karena setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya." (HR. Muslim)
Kesimpulan
Jika kita tidak bisa memberi pujian atau apresiasi, setidaknya jangan mengeluarkan kata-kata yang menghinanya.
Setiap individu berhak untuk dihormati, dan kita tidak tahu apa yang ada dalam hati dan perjuangan orang lain.
Menghindari hinaan akan menciptakan suasana yang lebih damai dan mempererat hubungan.
Dengan menjaga lidah dan sikap kita terhadap orang lain, kita menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan penuh dengan rasa saling menghormati.
Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)