Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Adab di Atas Ilmu Tutunan Belajar Mengajar yang Barokah

Sabtu, 08 Maret 2025 | 20:08 WIB Last Updated 2025-03-08T13:08:39Z
TintaSiyasi.id-- Ungkapan "Adab di atas Ilmu" menekankan bahwa adab atau akhlak yang baik lebih utama daripada sekadar memiliki ilmu. 

Dalam konteks belajar-mengajar, ini berarti bahwa keberkahan dalam proses pendidikan tidak hanya bergantung pada banyaknya ilmu yang diperoleh, tetapi juga pada bagaimana ilmu itu diamalkan dengan adab yang baik.

Tuntunan Belajar-Mengajar yang Barokah

Agar proses belajar-mengajar mendapatkan keberkahan, beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan adalah:

1. Niat yang Ikhlas
o Belajar dan mengajar harus dilandasi niat untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar mengejar duniawi.

2. Menghormati Guru
o Seorang murid harus menghormati gurunya, tidak hanya dalam ucapan tetapi juga dalam sikap dan tindakan.

3. Merendahkan Hati dalam Mencari Ilmu
o Ilmu yang bermanfaat didapat dengan hati yang tawadhu’ (rendah hati), bukan dengan kesombongan.

4. Mengamalkan Ilmu
o Ilmu yang tidak diamalkan bisa menjadi beban di akhirat. Keberkahan datang ketika ilmu digunakan untuk kebaikan.

5. Saling Mendoakan
o Guru mendoakan muridnya agar menjadi orang yang berilmu dan berakhlak baik, dan murid mendoakan gurunya agar ilmunya bermanfaat.

6. Menjaga Adab dalam Menuntut Ilmu
o Bersikap sopan dalam berbicara, bertanya dengan santun, dan tidak memotong pembicaraan guru.

7. Menghindari Kesombongan Ilmu
o Semakin banyak ilmu, semakin harus merasa rendah hati, karena ilmu sejati adalah yang membawa seseorang lebih dekat kepada Allah.

Dengan menjalankan tuntunan ini, insyaAllah ilmu yang diperoleh akan menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain. 

" Barangsiapa menuntut ilmu tidak karena mengharap ridha Allah, maka kelak di hari kiamat, ia tidak mencium aroma surga." ( HR. Abu Dawud )

Hadis di atas dari HR. Abu Dawud ini mengandung peringatan serius tentang niat dalam menuntut ilmu. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa ilmu harus dicari dengan niat yang ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah, bukan karena alasan duniawi semata, seperti mencari popularitas, pujian, jabatan, atau kekayaan.

Makna dan Hikmah Hadis

1. Pentingnya Niat yang Ikhlas
o Ilmu dalam Islam adalah cahaya yang harus digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk kesombongan atau kepentingan pribadi.
o Jika ilmu dicari untuk tujuan duniawi semata, ia kehilangan keberkahannya dan bahkan bisa menjadi alasan seseorang jauh dari Allah.

2. Bahaya Ilmu Tanpa Keikhlasan
o Ilmu yang dipelajari tanpa niat karena Allah bisa membuat seseorang sombong dan menyesatkan.
o Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa di hari kiamat, orang yang berilmu tapi tidak ikhlas akan menjadi golongan pertama yang dimasukkan ke neraka (HR. Muslim).

3. Tanda Ilmu yang Berkah
o Ilmu yang dicari dengan niat ikhlas akan melahirkan ketakwaan dan akhlak yang baik.
o Orang yang benar-benar berilmu akan merasa semakin rendah hati dan tidak sombong dengan ilmunya.

4. Keutamaan Ilmu yang Ikhlas
o Ilmu yang diniatkan untuk Allah akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, bahkan setelah seseorang meninggal dunia (HR. Muslim).
o Ilmu yang berkah akan mendatangkan manfaat bagi banyak orang dan membuat hati tenang serta bahagia.

Hadis ini mengingatkan kita agar menjaga niat dalam menuntut ilmu. Jika ilmu dicari untuk kebanggaan atau kepentingan duniawi, maka tidak ada keberkahan di dalamnya. Sebaliknya, ilmu yang dicari untuk Allah akan membawa seseorang lebih dekat kepada-Nya dan menjadi wasilah menuju surga.

Semoga kita termasuk orang-orang yang menuntut ilmu dengan niat yang benar dan mendapatkan keberkahannya. Aamiin. 

Etika Guru dalam Mengajar Menurut Imam Nawawi

Imam Nawawi (631–676 H), seorang ulama besar dalam Mazhab Syafi'i, menjelaskan berbagai adab dan etika yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ilmunya berkah dan bermanfaat. Dalam kitabnya Al-Majmu’ dan Al-Tibyan fi Adab Hamalat al-Qur’an, beliau menekankan bahwa seorang guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga mendidik dengan akhlak dan keteladanan.

Berikut adalah etika guru dalam mengajar menurut Imam Nawawi:

1. Ikhlas dalam Mengajar
• Guru harus mengajar hanya karena Allah dan bukan untuk mencari harta, popularitas, atau pujian.
• Mengajarkan ilmu sebagai ibadah, bukan sekadar pekerjaan.

2. Mengamalkan Ilmu yang Diajarkan
• Guru harus menjadi teladan dengan mengamalkan ilmunya sebelum mengajarkannya.
• Ilmu tanpa amal dapat menjadi hujah (argumen) yang memberatkan guru di akhirat.

3. Menghormati Ilmu dan Murid
• Tidak boleh menganggap remeh ilmu atau menyampaikannya dengan asal-asalan.
• Menghormati murid, karena mereka adalah amanah yang harus dibimbing dengan baik.

4. Mengajar dengan Sabar dan Kasih Sayang
• Guru harus sabar dalam membimbing murid, terutama yang lambat memahami pelajaran.
• Tidak boleh marah atau merendahkan murid ketika mereka bertanya.

5. Bersikap Rendah Hati dan Tidak Sombong
• Ilmu harus menjadikan seseorang semakin tawadhu' (rendah hati).
• Tidak merasa lebih tinggi dari murid atau meremehkan pertanyaan mereka.

6. Menyesuaikan Cara Mengajar dengan Tingkatan Murid
• Menggunakan metode yang sesuai dengan kemampuan murid agar mereka mudah memahami pelajaran.
• Tidak membebani murid dengan hal-hal yang sulit dipahami sebelum mereka siap.

7. Mendoakan Kebaikan untuk Murid
• Guru sebaiknya selalu mendoakan muridnya agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan menjadi orang yang shalih.
• Tidak boleh mendoakan keburukan bagi murid meskipun mereka sulit diajar.

8. Menghindari Perdebatan yang Tidak Bermanfaat
• Tidak boleh memperpanjang perdebatan atau berusaha menang sendiri dalam diskusi.
• Fokus pada penyampaian ilmu dengan jelas, bukan sekadar menunjukkan kehebatan diri.

9. Tidak Menggunakan Ilmu untuk Kepentingan Duniawi
• Tidak menjual ilmu demi kepentingan pribadi, seperti mencari kedudukan, kekayaan, atau pengaruh sosial.
• Menjaga keikhlasan dan tidak tergoda dengan imbalan materi.

10. Mengajarkan Ilmu dengan Amanah
• Menyampaikan ilmu secara benar dan tidak menyembunyikan kebenaran.
• Tidak boleh mengajarkan ilmu yang menyesatkan atau memutarbalikkan fakta demi kepentingan tertentu.

Kesimpulan

Imam Nawawi menekankan bahwa guru bukan hanya seorang pengajar, tetapi juga seorang pendidik yang harus memiliki akhlak yang mulia. Keberkahan ilmu datang dari niat yang ikhlas, keteladanan, dan sikap rendah hati dalam mengajar.
Semoga kita semua bisa meneladani adab-adab ini, baik sebagai guru maupun murid. Aamiin.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spirtual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo )

Opini

×
Berita Terbaru Update