Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Trump Rencana Ambil Alih Gaza, UIY: The Last Battle

Selasa, 18 Februari 2025 | 21:31 WIB Last Updated 2025-02-18T14:31:51Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ingin mengambil alih Gaza dan mengusir warga Gaza dari Palestina, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai langkah tersebut sebagai the last battle (pertempuran terakhir) bagi Zionis Yahudi untuk betul-betul menguasai seluruh wilayah Palestina.

"Saya kira ini memang menjadi semacam the last battle (pertempuran terakhir) untuk mencapai apa yang mereka yang sudah lama cita-citakan, yaitu penguasaan penuh terhadap wilayah Palestina," tuturnya di saluran YouTube UIY Official: Trump Gila, Ahad (16/2/2025).

Sebelumnya diketahui, usai menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada 9 Februari 2025, Trump menyatakan komitmennya untuk mengambil alih Gaza. Dia ingin mengubahnya menjadi kawasan real estate development for the future (proyek properti di masa depan) yang disebut “Riviera Timur Tengah". Dalam proyek ambisius ini, Trump berencana melakukan penghapusan hak kembali bagi warga Palestina yang saat ini berada di pengungsian, sama artinya ia hendak mengusir 2,4 juta penduduk Palestina ke Mesir dan Yordania.

Menilik langkah tersebut, UIY menilai, orang Yahudi Amerika, termasuk Trump telah belajar banyak dari semua episode penjajahannya atas Palestina. Khususnya genosida yang dilakukan oleh Israel sepanjang setahun belakangan yang telah berhasil memaksa penduduk Gaza dari utara mengalir ke selatan, sampai ke wilayah Rafah.

"Nah, mungkin di dalam imajinasi Trump, 'kenapa tidak diteruskan? Tinggal memerintah Mesir untuk membuka pintu Rafah, ngalirlah itu orang itu ke arah Mesir.' Jadi, dalam imajinasi Trump, itu langkah yang tidak terlalu sulit untuk mengusir atau nggusah (bahasa Jawa) warga Gaza itu dari wilayah itu, mengalir ke wilayah Mesir karena memang kan mereka juga sudah sampai ke wilayah Rafah," tuturnya.

Selain itu, imbuhnya, Trump sangat yakin pemerintah Mesir akan sependapat dengan rencananya dan ia juga yakin Raja Yordania juga akan menerima idenya untuk membuka pintu perbatasan Yordania lalu menampung warga Palestina dari Tepi Barat. 

"Jadi, dua negara itu yang memang sangat mungkin menjadi tampungan warga Palestina," ungkap UIY.

Trump dan Netanyahu bisa sangat optimis akan berhasil mengusir warga Palestina, kata UIY, karena terbukti genosida yang mereka lakukan selama setahun terakhir, tidak ada satu pihak pun yang bisa menghalanginya. 

"Tidak ada satu pun. Tidak penguasa di wilayah Arab, tidak Rusia, tidak Cina, tidak apalagi sekadar PBB, itu tidak ada yang bisa menghalangi. Nah, kalau apa yang mereka lakukan selama setahun ini tidak ada yang bisa menghalangi, lalu kenapa tidak diteruskan? Jadi, itu saya kira imajinasi yang ada pada pikiran Trump dan Netanyahu," kata UIY.

Karena itulah, menurut UIY, rencana Trump ini adalah the last battle untuk menguasai wilayah Palestina seutuhnya. Sebab, sebagaimana diketahui, penguasaan warga Palestina atas wilayahnya terus mengecil, yang saat ini tersisa tidak sampai 15 persen dari luas wilayah saat Deklarasi Balfour. 

"Kalau dulu di tahun 1916-1917 saat Deklarasi Balfour, itu warga Yahudi hanya menguasai kurang lebih 6 persen wilayah Palestina. Nah, ini hari terbalik. Warga Palestina itu tinggal menguasai kurang lebih sekitar 15 persen wilayah Palestina. Jadi, ini kira-kira the last battle atau boleh juga disebut sebagai pukulan terakhir untuk membersihkan wilayah tinggal 15 persen itu dari warga Palestina," tegasnya.

Last Moment 

Namun demikian, kata UIY, last battle tersebut sekaligus menjadi last moment, yakni momen penentu masa depan Palestina. "Menurut saya, ini akan menjadi taruhan yang sangat penting, sangat berharga, momen yang akan menjadi penentu. The last moment. Momen penentu. Penentu masa depan Palestina," ujarnya.

Ia menerangkan, jika selama ini sekian banyak umat Islam di sekeliling wilayah Palestina seolah-olah diam, termasuk penguasa wilayah sekitar Palestina yang juga relatif masih bisa ditundukkan oleh Amerika dan Israel, niscaya mereka akan melakukan perlawanan jika Trump dan Netanyahu benar-benar melakukan rencana keterlaluannya itu.

"Kalau orang Jawa itu punya pepatah atau ungkapan 'Ngono yo ngono, neng ojo ngono. Gitu ya gitu tetapi jangan gitu. Nah, jangan gitunya apa? Ya, jangan gitu, jangan ngusir warga Palestina. Tetapi ketika mereka betul-betul mereka mengusir warga Palestina, saya kira urusannya bisa lain. Saya kira mereka tidak akan pernah bisa menerima keterlaluannya itu, kekurangajaran itu," ujarnya.

Hal itu karena menurutnya, sesungguhnya gelombang kemarahan dan perlawanan masyarakat sudah berada di puncaknya dan hanya menunggu pemicu untuk meledak. Kenekatan Trump mengusir warga Palestina dari Gaza ini menurutnya akan menjadi pemicu titik balik perlawanan.

"Kalau terjadi, sudah, itu akan menjadi sebuah gelombang perlawanan yang saya menduga justru akan menjadi titik balik dari apa yang terjadi selama ini. Kalau Israel selama ini itu masih bisa dijaga, setelah ini mungkin selesai," tegasnya.

Perang Bubat

Ia menilai, situasi ini akan menjadi laksana Perang Bubat (perang habis-habisan) yang hanya punya dua pilihan, terbunuh atau membunuh. Sebab, langkah Trump mengusir warga Palestina itu akan menjadi one step (satu langkah) menguasai wilayah Sinai, Mesir. Hal ini juga berarti satu langkah lagi menuju Sungai Nil, sebagai batas kekuasaan Israel Raya di bagian selatan sebagaimana yang mereka cita-citakan. Dengan begitu, kata UIY, hanya tersisa langkah menguasai bagian utara, yakni Suriah dan Libanon.

"Jadi, kau yang mati atau aku yang mati, itu Perang Bubat namanya. Perang habis-habisan. Kenapa? Karena jika itu dibiarkan, maka cita-cita apa yang disebut sebagai Israel Raya yang membentang dari Sungai Eufrat di bagian utara sampai Sungai Nil di bagian selatan, itu akan betul-betul terwujud," ungkap UIY. 

Bukan hanya memicu reaksi yang sangat keras dari penduduk di sekitar Palestina, langkah gila Trump itu menurut UIY juga akan memunculkan reaksi sangat keras dari dalam negeri Trump sendiri. Karena di saat yang sama, diketahui Trump bukan hanya menginginkan Gaza, tetapi juga ingin mengambil alih Panama, Greenland, dan Teluk Meksiko, di samping dia sudah mengusir puluhan ribu imigran keluar dari Amerika yang hal ini pun tidak disukai warga AS sendiri.

"Banyak lagi yang lainnya yang itu tidak semuanya itu disukai oleh warga Amerika itu sendiri. Mengapa? Karena itu juga berisiko terhadap mereka. Risiko apa? Risiko keamanan, risiko macam-macam gitu. Jadi mereka akan jadi warga negara dari sebuah negara yang paling dibenci oleh masyarakat dunia. Itu kan tidak nyaman," terangnya.

Karena itu, kata UIY, langkah tersebut pasti akan menuai gejolak. Bahkan, lanjutnya, bagian dari kekuatan politik Amerika, yaitu Partai Demokrat juga sudah menyiapkan ancang-ancang untuk melakukan impeachment terhadap Trump. 

"Nah kalau itu terjadi, Saya kira ini akan menjadi menjadi titik balik yang juga berat bagi Trump. Karena, berarti dia juga menghadapi tantangan dari dalam negeri," pungkasnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update