TintaSiyasi.id -- Rizqi Awal dari Indonesia Justice Monitor mengecam Deddy Corbuzier karena menyentil siswa yang komplain sajian program MBG (Makan Bergizi Gratis), ia mengingatkan program itu juga diambil dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
“Ingat program makanan gratis itu juga mengambil APBN yang salah satunya dari pajak pertambahan nilai yang diberikan kepada semua rakyat Indonesia ketika memberikan barang-barang tertentu. Maka rakyat juga berhak untuk mengomentari sesuatu yang sebenarnya tidak layak diterima oleh anak-anaknya,” ujarnya dalam Kabar Petang di kanal YouTube Khilafah News, Ahad (26/1/2025).
Rizqi menegaskan bahwa kritik terhadap program tersebut justru sebenarnya adalah hak pelajar sekolah selaku objek utama kebijakan. Ketika MBG diberikan kepada pelajar, merekalah yang menilai apakah nilai gizi itu betul-betul sampai kepada niat untuk memberikan kesehatan dan kenyamanan kepada mereka.
“Ketika para siswa membuat konten komentar pedas terkait dengan penyajian makanan, wajar kalau seandainya makanan yang disajikan itu basi atau makanan yang disajikan itu tidak layak,” tegasnya.
Menurut Rizqi beragam komplain yang muncul tersebut justru menjadi semacam kritik kepada penguasa agar tidak sembarangan membuat program atau mewujudkan janji-janji programnya yang sebenarnya belum tentu layak digunakan atau diberikan khususnya kepada siswa.
“Program MBG ini kan salah satu program utama dari janji kampanye Prabowo-Gibran, satu sisi memang harus ditunaikan. Tetapi di sisi yang lain ketika yang menjadi objeknya adalah siswa, maka mereka bukan sekadar dipaksa untuk menerima makanan itu. Tetapi apakah memang layak dan pantas dimakan,” imbuhnya.
Rizqi menambahkan bahwa tindakan pengecaman Deddy Corbuzier tersebut bahkan bisa dikategorikan sebagai bentuk kejahatan kepada siswa. Sebab menurutnya Deddy melarang siswa menyuarakan hak mereka sebagai objek kebijakan pemerintah yang sebenarnya dimodali dengan pajak mereka.
“Menurut saya bukan sekadar ancaman tetapi ini bentuk kejahatan yang itu memaksa apa pelajar untuk diam tidak menyuarakan keadilan,” pungkasnya.[] Nurichsan