Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Raja Yordania Bertemu Trump, Aktivis Islam Ideologis Kanada: Hanya untuk Dipermalukan Lebih Jauh

Rabu, 19 Februari 2025 | 15:11 WIB Last Updated 2025-02-19T08:20:46Z

Tintasiyasi.ID -- Raja Yordania King Abdullah II berkunjung ke Washington DC untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump pada Selasa (11/02/2025). Dalam pertemuan tersebut, Trump menyampaikan rencananya yang akan mengambil Gaza dan meminta Yordania untuk bersedia menampung warga yang menurut Trump tidak akan aman bertahan di Gaza.

 

Namun, menurut aktivis Islam ideologis asal Kanada Haitham bin Tsbait, kunjungan tersebut hanya mempermalukan Raja Abdullah II lebih jauh sebagai penguasa negeri Muslim di Yordania.

 

“Abdullah datang ke Washington untuk dipermalukan lebih jauh. Ia pergi ke Washington DC, hanya untuk mengalami penghinaan publik di tangan Trump,” tuturnya kepada TintaSiyasi.ID, Sabtu (15/02/2025)

 

Dengan sifat sombong yang khas katanya, Trump memaksakan kehendaknya kepada Raja Yordania. Dan sekali lagi membuktikan bahwa para pemimpin regional tidak lebih dari sekadar instrumen kepentingan Barat yang takut akan konsekuensinya jika mereka berani menentangnya.

 

“Sebagaimana Allah Swt. menjelaskan, ‘Kamu lihat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, mereka berlomba-lomba mencari perlindungan dengan berkata, Kami khawatir akan ditimpa malapetaka. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan bagimu atau karunia yang lain dengan perintah-Nya, dan mereka menyesal atas apa yang telah mereka sembunyikan dalam hati mereka. Surah Al-Ma'idah Ayat 52,” jelas Haitham.

 

Lanjut ia menyatakan, wajah arogansi  kolonial yang khas jelas telah terlihat dari pernyataan  saat diskusi bersama Raja Yordania Abdullah II dengan menyampaikan rencana akan mengambil Gaza.

 

“Wajah arogansi kolonial yang khas telah terlihat saat Presiden AS Donald Trump membuat pernyataan yang mengerikan dalam diskusinya bersama Raja Yordania Abdullah II. Ia menyatakan, ‘Kami akan mengambil Gaza. Kami tidak perlu membeli. Tidak ada yang perlu dibeli. Kita akan memilikinya. Kami tidak perlu membeli. Tidak ada yang perlu dibeli. Kita akan memilikinya.’,” bebernya.

 

Menurutnya, pernyatan Trump tersebut mengungkap pola pikir imperialis yang kejam dalam memandang tanah kaum Muslim sebagai komoditas yang dapat dirampas sesuka hati.

 

Pengabaian Trump terhadap Gaza, wilayah yang telah mengalami pengeboman, blokade, dan genosida tanpa henti di tangan entitas Zionis, yang sepenuhnya didukung oleh Amerika merupakan pengakuan yang mengerikan atas ambisi kolonialisme.

 

Trump, kata Haitham, sangat yakin akan didukung penuh oleh para penguasa Arab. Sebab para penguasa Muslim adalah pion belaka dalam melayani kepentingan politik AS dan Zionis.

 

Dengan memaksa para penguasa negara-negara Timur Tengah untuk patuh dengan keputusan AS, Trump telah memperkuat mentalitas kolonialismenya yang mengakar di dunia Islam.

 

“Sebelumnya Trump mengatakan, ‘Kita melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya.’ Kata-katanya menggarisbawahi ketundukan Yordania dan Mesir, menjadikan mereka (Yordania dan Mesir) sebagai pion belaka dalam pelayanan strategi AS dan Zionis. Dengan memaksa negara-negara ini untuk patuh, Trump memperkuat mentalitas kolonial yang terus memgakar kuat dan itu mendefinisikan hubungan Amerika dengan dunia Muslim,” aktivis Islam Kanada itu menjelaskan.

 

Raja Abdullah tidak memberikan perlawanan terhadap tuntutan Trump untuk merampas Gaza.  Sebaliknya tutur Haitham, malah ragu-ragu dan mengalihkan tanggung jawab kepada Arab Saudi dan Mesir.

 

“Sekali lagi membuktikan bahwa para pemimpin yang disebut-sebut itu tidak memiliki kehormatan, akal sehat, dan keberanian,” tegasnya.

 

Haitham meyakini bahwa perang di Gaza telah mengguncang tahta yang rapuh para penguasa korup di negeri-negeri Muslim. Dan keterusterangan Trump telah membuat mereka tidak punya tempat untuk bersembunyi dan tidak ada alasan untuk menutupi aib-aib mereka.


“Sekaranglah saatnya untuk menolak penghinaan ini dan mereka yang memaksakannya kepada umat kita yang mulia. Umat Islam harus bangkit, menolak boneka-boneka penjajah ini, dan berjuang untuk menegakkan kembali khilafah, satu-satunya sistem yang benar-benar mampu menjaga negeri-negeri Muslim dari pendudukan, penjajahan, dan kehinaan,” pungkasnya.[] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update