Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Penghargaan Sejati Harus Hanya Tertuju kepada Allah

Rabu, 05 Februari 2025 | 05:56 WIB Last Updated 2025-02-04T22:56:53Z

TintaSiyasi.id-- Niat harapan Anda jangan sampai melampaui selain Allah. Allah Yang Maha Pemurah itu tidak bisa dilampaui oleh harapan-harapan. Kata-kata ini mencerminkan ajaran hikmah spiritual yang mendalam, khususnya dalam perspektif tasawuf. Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam sering menekankan bahwa pengharapan sejati harus hanya tertuju kepada Allah, karena Dia-lah satu-satunya sumber segala kebaikan, rahmat, dan pertolongan.

Makna dan Hikmah

1. Jangan berharap kepada selain Allah → Mengandalkan makhluk sering kali membawa kekecewaan, sementara bergantung kepada Allah akan membawa ketenangan dan kepastian.

2. Allah Maha Pemurah dan Tidak Terbatas dalam Memberi → Segala yang kita inginkan ada dalam genggaman-Nya, dan Dia memberikan sesuai dengan hikmah dan kasih sayang-Nya.

3. Tauhid dalam Harapan → Niat dan harapan yang benar adalah yang selalu mengarah kepada Allah, bukan kepada dunia atau makhluk.

Intinya: Jangan biarkan hati lebih berharap kepada sesuatu selain Allah. Sebab, hanya Allah yang bisa memenuhi harapan dengan sempurna dan tanpa batas. 

Ketika Anda menggantungkan harapan-harapan akan rezeki, maka menghadaplah kepada Yang Maha Memiliki langit dan bumi yaitu Allah.

Pernyataan ini mengajarkan prinsip tauhid dalam rezeki dan ketergantungan hanya kepada Allah. Dalam Islam, rezeki bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi mencakup segala bentuk kebaikan yang diberikan oleh Allah, seperti kesehatan, ilmu, ketenangan, dan keberkahan.

Makna dan Hikmah:

1. Allah adalah Pemilik Segala Sesuatu → Langit dan bumi serta segala isinya adalah milik-Nya. Maka, jika kita mencari rezeki, hendaknya kita meminta kepada Pemiliknya, bukan sekadar mengandalkan usaha sendiri atau manusia lain.

2. Berusaha dengan Tawakal → Islam tidak mengajarkan kepasrahan tanpa usaha. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk berusaha dengan maksimal, tetapi tetap sadar bahwa hasil akhirnya ada di tangan Allah.

3. Rezeki Sudah Ditetapkan → Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan rezekinya telah dijamin oleh Allah..." (QS. Hud: 6)
Ini mengajarkan bahwa rezeki kita sudah tertulis, dan tugas kita adalah berusaha serta berdoa dengan yakin.

4. Hindari Ketergantungan pada Makhluk → Menggantungkan harapan kepada manusia atau keadaan duniawi sering kali menimbulkan kekecewaan, sementara berharap kepada Allah selalu membawa ketenangan dan keberkahan.

Kesimpulan: Jika kita menginginkan rezeki, hadaplah Allah dengan doa, usaha, dan tawakal. Sebab, hanya Dia yang memiliki dan membagikan rezeki dengan keadilan dan kasih sayang-Nya.

Ketika Anda menggantungkan harapan-harapan akan kedamaian, kebahagiaan, dan keamanan, maka menghadaplah kepada Allah SWT.

Pernyataan ini menegaskan bahwa kedamaian, kebahagiaan, dan keamanan sejati hanya bisa diperoleh dengan kembali kepada Allah SWT. Banyak orang mencari kebahagiaan dalam harta, jabatan, atau hubungan sosial, tetapi pada akhirnya, semua itu bersifat sementara. Hanya Allah yang bisa memberikan ketenangan sejati yang tidak tergoyahkan oleh keadaan dunia.
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ  
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “ ( QS. An-Nahl (16) : 97 )

Sobat. Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Makna dan Hikmah:

1. Kedamaian Sejati Berasal dari Allah
o Allah berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra'd: 28)
o Hati yang gelisah akan tenang jika bersandar kepada Allah melalui dzikir, doa, dan keyakinan akan takdir-Nya.

2. Kebahagiaan Hakiki Bukan dari Dunia
o Dunia bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan yang datang dari Allah bersifat abadi dan tidak bergantung pada keadaan luar.
o Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin! Sesungguhnya segala urusannya adalah baik baginya..." (HR. Muslim)
o Kebahagiaan dalam Islam bukan hanya saat mendapat nikmat, tetapi juga ketika menghadapi ujian dengan sabar dan tawakal.

3. Keamanan dan Perlindungan dari Allah
o Ketika merasa takut atau gelisah, tempat terbaik untuk berlindung adalah kepada Allah, bukan kepada makhluk atau sistem duniawi.
o Allah berfirman:
“Cukuplah Allah sebagai Pelindung dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.” (QS. Al-Imran: 173)

Kesimpulan:

Jika ingin kedamaian, kebahagiaan, dan keamanan sejati, jangan hanya berharap pada dunia atau manusia, tetapi hadaplah kepada Allah dengan doa, dzikir, ibadah, dan keimanan yang kokoh. 

Ketika Anda menggantungkan harapan-harapan akan perlindungan dan penjagaan dari orang dzalim ataupun musuh, maka menghadaplah kepada Allah SWT.

Pernyataan ini mengajarkan prinsip penting dalam ketergantungan hanya kepada Allah, terutama ketika kita menghadapi ancaman dari orang-orang zalim atau musuh. Dalam Islam, perlindungan dan penjagaan yang sejati datang dari Allah SWT, yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Makna dan Hikmah:

1. Perlindungan Allah yang Maha Hebat
o Allah adalah Penjaga dan Pelindung terbaik. Dia lebih mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dan lebih kuat dari segala ancaman.
o Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
“Dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, dan Dia adalah yang Maha Penyantun di antara para penyantun.” (QS. At-Tawbah: 129)
o Ketika kita menghadapi ketidakadilan atau ancaman, kita harus berserah diri kepada-Nya, karena perlindungan-Nya lebih kuat dan lebih sempurna daripada perlindungan manusia.

2. Allah adalah Maha Menjaga
o Dalam surat Al-Falaq dan An-Naas, kita diajarkan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan makhluk yang jahat:
"Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya yang Dia ciptakan..." (QS. Al-Falaq: 1-2)
o Ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah yang memiliki kekuatan mutlak untuk melindungi kita dari kejahatan.

3. Menghadapi Musuh dengan Tawakal kepada Allah
o Ketika kita menghadapi musuh atau orang zalim, kita harus berusaha dengan cara yang benar, tetapi hasilnya tetap diserahkan kepada Allah.
o Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk berdoa dan berusaha, namun tetap meyakini bahwa hanya Allah yang memberi kemenangan.
o Tawakal (berserah diri kepada Allah setelah berusaha) adalah kunci dalam menghadapi setiap ancaman.

4. Doa Sebagai Perlindungan
o Selain usaha dan tawakal, doa merupakan senjata yang sangat kuat. Rasulullah ﷺ mengajarkan banyak doa untuk memohon perlindungan dari segala bentuk kezaliman dan bahaya.
o Doa adalah cara kita mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan-Nya.

Kesimpulan:

Ketika menghadapi orang-orang zalim atau ancaman dari musuh, jangan mengandalkan kekuatan manusia semata. Sebaliknya, menghadaplah kepada Allah, yang memiliki kekuatan yang tak terbatas untuk memberikan perlindungan dan penjagaan. Tawakal, doa, dan keyakinan kepada Allah adalah jalan terbaik untuk menghadapi setiap cobaan dan ancaman dalam hidup. 

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update