TintaSiyasi.id -- Menanggapi pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti bahwa masih ada kesenjangan pendidikan di Pulau Jawa dan di luar Jawa, Narator Supremacy mengatakan, strategi membangun pendidikan yang ideal hanya bisa terealisasi jika sistem Islam diterapkan.
"Strategi membangun pendidikan yang ideal ini tentunya hanya bisa terealisasi jika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh," ungkapnya di kanal YouTube YouTube Supremacy, Kamis (6/2/2025). Paradigma Pendidikan yang Shahih.
Oleh karena itu, ia menegaskan bila menginginkan pendidikan dengan mutu yang baik, maka secara paradigmatik pendidikan itu harus dikembalikan kepada asas Islam. Dengan asas ini, akidah Islam dijadikan penentu dari tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum, standar nilai ilmu, pengetahuan, kualifikasi guru juga budaya sekolah.
"Paradigma yang berasas akidah Islam ini harus dibangun secara berkesinambungan pada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Output dari pendidikan nantinya tercermin dari keseimbangan pada tiga kompetensi yaitu pembentukan kepribadian mulia, penguasaan tsaqafah Islam, dan penguasaan ilmu-ilmu kehidupan atau ilmu pengetahuan dan keterampilan," paparnya.
Hal ini berbeda sekali dalam paradigma pendidikan kapitalis yang basisnya sekuler, ketiga kompetensi ini terpisah dalam dua dimensi yaitu agama dan non agama, keduanya dengan proposi yang tidak seimbang sehingga berakibat pada kegagalan pembentukan karakter dan kepribadian siswa.
Ia membeberkan persoalan pendidikan saat ini yang tegak diatas sistem kapitalisme. Pertama, dasar penyelenggaraan pendidikan yang sekuler. Bisa dipastikan bahwa tujuan pendidikan sekuler ini tidak bakal jauh dari asasnya, yaitu sekadar membentuk manusia yang berpaham materialis.
Kedua, aspek kelemahan pada lembaga pendidikan. Hal ini terlihat dari kacaunya kurikulum dan tidak berfungsinya guru dalam proses pembentukan kepribadian para murid. Disamping itu, ada dua faktor di luar sekolah yang tidak kalah penting dalam menentukan mutu sekolah, meski pengaruhnya tidak secara langsung yaitu faktor keluarga dan masyarakat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, mengacu pada kondisi objektif pendidikan saat ini, maka diperlukan optimalisasi pada pembentukan kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiah). Selain itu, juga penguasaan tsaqafah Islam serta meningkatkan muatan bagi penguasaan ilmu kehidupan dan keahlian.
Kacaunya kurikulum saat ini, ia mengungkapkan, karena asasnya sekuler. Dalam penyusunan kurikulum itu sendiri tidak memberikan ruang yang semestinya pada proses penguasaan tsaqafah Islam dan pembentukan kepribadian Islam.
"Sementara tidak berfungsinya guru dan rusaknya proses belajar mengajar tampak dari peran guru yang sebatas berfungsi sebagai pengajar dalam proses transfer ilmu," ujarnya.
Ia menegaskan, hal ini menggantikan fungsi strategis guru dalam pembentukan nilai-nilai luhur dan kepribadian (transfer of value and personality). Karenanya terkait dengan berbagai program pendidikan saat ini dibutuhkan solusi strategis dan fungsional dengan menggagas pendidikan alternatif yang berpusat pada dua unsur strategis. Pertama, membangun pendidikan unggul dengan semua komponen berbasis Islam yaitu yang pertama kurikulum yang paradigmatik. Kedua, menyiapkan guru-guru yang amanah dan capable. Ketiga, proses belajar mengajar yang berlangsung secara islami, keempat menciptakan lingkungan dan budaya sekolah yang kondusif bagi terwujudnya pendidikan yang unggul.
"Kemudian, strategi lainnya membuka ruang interaksi yang lebar dengan keluarga dan masyarakat. Tujuannya agar kedua komponen tersebut bisa berperan secara optimal dalam menunjang proses pendidikan," tuturnya.
Kemudian, terkait dengan pendanaan penyelenggaraan pendidikan, semuanya ditanggung penuh oleh negara yang menerapkan sistem ekonomi Islam. Strategi membangun pendidikan yang ideal ini tentunya hanya bisa terealisasi jika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh.
"Maka sudah semestinya memang kita menerapkan sistem pendidikan Islam yang di support oleh sistem ekonomi dan juga sistem politik yang terintegrasi di dalam sebuah sistem yang disebut sebagai sistem khilafah islamiah," jelasnya.
Hal ini tentunya tidak terlepas dalam rangka kita melaksanakan perintah Allah untuk menjalankan Islam secara kaffah (keseluruhan). Sebagaimana firman Allah QS. Al Baqarah ayat 208; 'Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu'.[] Alfia Purwanti