Tintasiyasi.ID -- Dalam serial kajian Ngaji Kitab An-Nahdhoh (Falsafah Kebangkitan) bab “Pemikiran Cemerlang”, Aktivis Muslim Ahmad Rizal menyoroti pentingnya pemikiran yang cemerlang dalam membentuk sudut pandang manusia terhadap kehidupannya.
"Dengan pemikiran yang
cemerlang manusia itu akan mampu memberikan batasan terhadap sudut pandangnya
dalam kehidupan. Tanpa adanya pemikiran yang cemerlang manusia itu tidak akan
mampu menentukan sudut pandang hidupnya dan manusia akan mengetahui makna
keberadaan dirinya dalam kehidupan,” ucapnya menerjemahkan.
“Nah, ini adalah ciri khas dari
pemikiran yang cemerlang," jelasnya di YouTube Muslim Pembelajar, Selasa,
(04/02/2025).
Lebih lanjut, ia menggarisbawahi
bahwa pemikiran cemerlang tidak sekadar berpikir, tetapi juga memahami
keterkaitan antara sebab dan akibat dalam kehidupan.
“Dengan tidak adanya pemikiran
cemerlang, maka manusia itu akan menyimpulkan keberadaan dirinya di dunia ini
terjadi secara kebetulan aja atau terjadi begitu saja, tidak ada hikmah, tidak
ada tujuan,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, manusia perlu bertanya tentang eksistensinya. “Jadi sebetulnya manusia itu kalau menginginkan pemikiran yang sampai pada derajat berpikir cemerlang, seharusnya dia itu cukup bertanya pada dirinya dulu," tuturnya.
"Apakah sebetulnya keberadaan
kita semua kebetulan, ataukah ketika kita hidup di dunia itu ada maksud-maksud
tertentu ada tujuan-tujuan tertentu yang harus kita pertanyakan dan kita
berupaya untuk memperoleh jawabannya. Nah, ini yang harus kita tanya dalam diri,”
bebernya.
“Perbedaan antara manusia dan
makhluk lainnya adalah manusia dianugerahi akal yang membedakannya dari hewan. Ujian
manusia terletak pada akalnya. Ia akan dihisab berdasarkan akalnya, apakah ia
taat atau menyimpang,” paparnya
Tambahnya lagi, "Jika
manusia hanya hidup untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mempertimbangkan nilai
dan hukum, maka tidak ada bedanya dengan hewan. Kelebihan akal manusia agar dapat
mempertimbangkan tindakan berdasarkan akal, bukan seperti hewan yang bertindak
berdasarkan insting semata.”
Meskipun akal adalah anugerah, ia
mengingatkan bahwa akal juga dapat menyesatkan manusia jika tidak digunakan
dengan benar. "Akal ini bisa pisau bermata dua, bisa untuk semakin
mengokohkan ajaran yang benar atau menyimpang dari naluri yang ada,"
ucapnya memperingatkan.
“Penyimpangan akal dari naluri, makanya
ada manusia laki-laki sukanya sama laki-laki, perempuan suka sama perempuan.
Ini menyimpang dari naluri. Menyimpang disebabkan karena manusia itu punya akal
yang berpotensi menyimpang,” ungkapnya.
Tetapi akal itu juga tidak hanya
berpotensi menyimpang saja, karena Allah selain memberikan jalan yang fasik,
jalan yang jelek, Allah juga memberikan jalan takwa atau kebaikan. “Jadi yang
namanya akal itu selain digunakan untuk memahami perkara-perkara yang baik, dia
juga bisa menuntun manusia untuk perkara buruk,” terangnya secara rinci.
“Pemikiran Barat sering kali
terjebak dalam metode ilmiah yang membatasi pemahaman mereka tentang Tuhan. Mereka
membutuhkan bukti yang bersifat indrawi untuk mengakui keberadaan Tuhan.
Padahal secara rasional keberadaan alam semesta yang teratur tidak mungkin
terjadi tanpa adanya pencipta,” ujarnya.
Menutup kajian, ia mengajak
hadirin untuk merenungi tiga pertanyaan mendasar dalam kehidupan, “Dari mana
kita berasal? Untuk apa kita ada? Ke mana kita akan pergi setelah kehidupan
ini?”
“Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini akan menentukan arah dan sikap seseorang dalam
menjalani hidupnya. Jika jawabannya benar, maka kehidupan akan dijalani dengan
kebangkitan yang benar. Jika salah, maka kebangkitan itu akan menuju
kesesatan,” pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz