Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Membentuk Sudut Pandang Hidup dengan Pemikiran Cemerlang

Jumat, 07 Februari 2025 | 21:40 WIB Last Updated 2025-02-07T15:50:25Z

Tintasiyasi.ID -- Dalam serial kajian Ngaji Kitab An-Nahdhoh (Falsafah Kebangkitan) bab “Pemikiran Cemerlang”, Aktivis Muslim Ahmad Rizal menyoroti pentingnya pemikiran yang cemerlang dalam membentuk sudut pandang manusia terhadap kehidupannya.

 

"Dengan pemikiran yang cemerlang manusia itu akan mampu memberikan batasan terhadap sudut pandangnya dalam kehidupan. Tanpa adanya pemikiran yang cemerlang manusia itu tidak akan mampu menentukan sudut pandang hidupnya dan manusia akan mengetahui makna keberadaan dirinya dalam kehidupan,” ucapnya menerjemahkan.

 

“Nah, ini adalah ciri khas dari pemikiran yang cemerlang," jelasnya di YouTube Muslim Pembelajar, Selasa, (04/02/2025).

 

Lebih lanjut, ia menggarisbawahi bahwa pemikiran cemerlang tidak sekadar berpikir, tetapi juga memahami keterkaitan antara sebab dan akibat dalam kehidupan.

 

“Dengan tidak adanya pemikiran cemerlang, maka manusia itu akan menyimpulkan keberadaan dirinya di dunia ini terjadi secara kebetulan aja atau terjadi begitu saja, tidak ada hikmah, tidak ada tujuan,” jelasnya.

 

Oleh karena itu, lanjutnya, manusia perlu bertanya tentang eksistensinya. “Jadi sebetulnya manusia itu kalau menginginkan pemikiran yang sampai pada derajat berpikir cemerlang, seharusnya dia itu cukup bertanya pada dirinya dulu," tuturnya.


"Apakah sebetulnya keberadaan kita semua kebetulan, ataukah ketika kita hidup di dunia itu ada maksud-maksud tertentu ada tujuan-tujuan tertentu yang harus kita pertanyakan dan kita berupaya untuk memperoleh jawabannya. Nah, ini yang harus kita tanya dalam diri,” bebernya.

 

“Perbedaan antara manusia dan makhluk lainnya adalah manusia dianugerahi akal yang membedakannya dari hewan. Ujian manusia terletak pada akalnya. Ia akan dihisab berdasarkan akalnya, apakah ia taat atau menyimpang,” paparnya

 

Tambahnya lagi, "Jika manusia hanya hidup untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mempertimbangkan nilai dan hukum, maka tidak ada bedanya dengan hewan. Kelebihan akal manusia agar dapat mempertimbangkan tindakan berdasarkan akal, bukan seperti hewan yang bertindak berdasarkan insting semata.”

 

Meskipun akal adalah anugerah, ia mengingatkan bahwa akal juga dapat menyesatkan manusia jika tidak digunakan dengan benar. "Akal ini bisa pisau bermata dua, bisa untuk semakin mengokohkan ajaran yang benar atau menyimpang dari naluri yang ada," ucapnya memperingatkan.

 

“Penyimpangan akal dari naluri, makanya ada manusia laki-laki sukanya sama laki-laki, perempuan suka sama perempuan. Ini menyimpang dari naluri. Menyimpang disebabkan karena manusia itu punya akal yang berpotensi menyimpang,” ungkapnya.

 

Tetapi akal itu juga tidak hanya berpotensi menyimpang saja, karena Allah selain memberikan jalan yang fasik, jalan yang jelek, Allah juga memberikan jalan takwa atau kebaikan. “Jadi yang namanya akal itu selain digunakan untuk memahami perkara-perkara yang baik, dia juga bisa menuntun manusia untuk perkara buruk,” terangnya secara rinci.

 

“Pemikiran Barat sering kali terjebak dalam metode ilmiah yang membatasi pemahaman mereka tentang Tuhan. Mereka membutuhkan bukti yang bersifat indrawi untuk mengakui keberadaan Tuhan. Padahal secara rasional keberadaan alam semesta yang teratur tidak mungkin terjadi tanpa adanya pencipta,” ujarnya.

 

Menutup kajian, ia mengajak hadirin untuk merenungi tiga pertanyaan mendasar dalam kehidupan, “Dari mana kita berasal? Untuk apa kita ada? Ke mana kita akan pergi setelah kehidupan ini?”

 

“Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menentukan arah dan sikap seseorang dalam menjalani hidupnya. Jika jawabannya benar, maka kehidupan akan dijalani dengan kebangkitan yang benar. Jika salah, maka kebangkitan itu akan menuju kesesatan,” pungkasnya.[] Aliya Ab Aziz

Opini

×
Berita Terbaru Update