TintaSiyasi.id -- Menanggapi maraknya kasus remaja wanita hamil diluar nikah, Pengamat Sosial dan Politik Ustaz Iwan Januar mengatakan, lndonesia memang negeri religius namun kehidupan sosialnyasangat liberal.
"Ternyata kita (Indonesia) kategori negara religius ibadah tinggi masjid banyak dibangun tapi sisi lain ternyata dari sisi pergaulan atau kehidupan sosial itu sangat bebas (liberal)," ungkapnya di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (6/2/2025), Hamil Duluan, Dinikahkan, Masalah Selesai.
Sehingga, bisa dikatakan Indonesia termasuk ke dalam kategori negara sekuler. Negara yang memang memisahkan agama dari kehidupan. Dalam hal ibadah cukup baik, luar biasa, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari itu ternyata jauh dari apa yang diberikan tuntunan dalam agama. Tidak mau menjadikan agama sebagai pilihan.
"Bahkan lebih memilih kehidupan yang serba liberal, hedonis. Dan ini kita sayangkan, tidak ada penanganan yang serius dari pemerintah," sesalnya.
Ia menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan generasi bebas berperilaku. Pertama banyak keluarga Muslim yang hanya fokus dalam masalah ibadah (shalat, puasa, zakat dan lain-lain). Tetapi orang tua tidak fokus memperhatikan pergaulan anak-anak muda. Di rumahnya mungkin mereka ibadah puasa menutup aurat gitu.
"Tetapi ketika bicara hubungan sosial pria dengan wanita, banyak orang tua yang kemudian abai, banyak memberikan pemakluman kalau anak mereka melakukan pacaran. Tanpa orang tua tahu bahwa pacaran yang terjadi itu sudah sampai kepada tingkat hubungan badan, kemudian yang namanya petting dan sebagainya seperti itu," paparnya.
Kedua, banyak keluarga itu malfunction atau tidak berfungsi. Berarti di mana peran orang tua tidak memberikan pengayoman. Tidak memberikan pendidikan, juga pencegahan pada anak remajanya. Karena tidak berfungsi, maka otomatis anak tidak punya aturan dalam hidup. Tidak ada yang dia takuti, taati, kemudian jatuh dalam kehidupan liberal.
Ketiga, tidak sedikit keluarga Muslim liberal. Walaupun bapak ibunya Muslim, mereka menikah dengan cara Islam, tetapi pola asuh, pola didik yang diberikan kepada anak-anak itu tanpa agama. Atau minim sekali pendidikan agama.
"Sehingga ketika kemudian anaknya itu pergi berkencan, sampai berhubungan badan, enggak sedikit orang tua juga yang sudah tidak ada perhatian," sesalnya.
Solusi
Ia menjelaskan, maraknya perzinahan dikalangan remaja tidak bisa diselesaikan secara individu. Sekarang ini, warga dan keluarga itu mereka auto pilot. Mereka (orang tua) harus menyelamatkan diri sendiri atau harus menanggung kehidupan sosial sendiri. Harus menanggung kebutuhan ekonomi juga sendiri tanpa peran yang signifikan dari negara.
"Apalagi dalam kehidupan sosial, orang tua kesulitan untuk bisa mengawasi. Kemudian memantau dan mencegah anak-anaknya ketika keluar dari rumah. Karena begitu kalau di rumah kan orang tua enggak bisa apa-apa. Siapa yang bisa berperan? Satu, lingkungan. Kedua, negara harus menciptakan aturan yang menjaga remaja kita," ujarnya.
Oleh karena itu, solusinya, negara kembali pada aturan yang shahih. Cuman satu, Islam. Bahwa satu-satunya aturan yang jelas memberikan perlindungan pada masyarakat cuma Islam. Dalam kehidupan sosial, Islam punya aturan bagaimana pergaulan dengan wanita. Dalam kehidupan keluarga juga punya aturan tentang peran bapak, peran ibu, peran anak. Juga bagaimana nafkah harus berjalan. Islam memberikan aturan bagaimana peran pemerintah dalam melindungi masyarakat dari kerusakan sosial.
"Sampai kepada penegakkan hukum jika sekiranya terjadi kerusakan sosial seperti berzinahan, kemudian pelecehan seksual, rudapaksa yang itu banyak di tengah masyarakat. Nah Islam sudah memberikan aturan kehidupan yang komplit, yang sangat cocok dan bisa diimplementasikan sepanjang zaman," jelasnya.
Persoalannya, kata Iwan, mau atau tidak kaum Muslimin khususnya, para pengambil kebijakan negara ini untuk menjadikan Islam sebagai aturan. "Kalau tidak mau maka Indonesia ini akan menjadi Indonesia cemas. Karena ternyata jumlah remaja yang terjebak dalam kehidupan sosial seperti itu yang rusak terus bertambah," pungkasnya.[] Alfia Purwanti