Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Cendekiawan Muslim: Salah Satu Kapabilitas Pemimpin Adalah Mampu Merumuskan Visi Bersama

Rabu, 05 Februari 2025 | 06:56 WIB Last Updated 2025-02-05T00:01:31Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan bahwa salah satu kapabilitas yang amat penting diperlukan dari seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam merumuskan visi bersama.

 

"Salah satu kapabilitas yang amat penting diperlukan dari seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam merumuskan visi bersama," ujarnya dalam Catatan Dakwah majalah media politik dan dakwah Al-Wa'ie edisi Januari tahun 2025 berjudul Pemimpin Visioner, Jumat (01/01/2025).

 

UIY menyatakan, “Visi itu akan menjadi panduan ke mana langkah akan diayun. Ibarat bahtera, visi akan menentukan arah ke mana kapal itu berlayar, berikut tahapan-tahapan perjalanan yang harus ditempuh. Tanpa visi, perjalanan akan berlangsung tanpa arah.”

 

Ia menjelaskan, bukan hanya memberi arah, visi yang gamblang juga memasok energi besar yang sangat diperlukan dalam menggalang usaha bersama. "Perjalanan yang berat tentu akan semakin membosankan bila tidak jelas ke mana sebenarnya arah yang hendak dituju," ungkapnya.

 

“Di sinilah letak pentingnya pemimpin yang visioner. Dia akan menjadi lokomotif yang menghela perjalanan gerbong idealisme bersama. Di tangan pemimpin dengan visi yang kuatlah tercetak persitiwa-peristiwa besar dunia," imbuhnya.

 

Ada empat visi yang disampaikan Rasulullah kepada umat Islam. “Pertama, orientasi utama hidup seorang Muslim adalah bagaimana meraih kebahagiaan hidup yang kekal abadi di akhirat kelak,” ujarnya.

 

"Semua manusia pasti akan melalui satu fase kehidupannya di dunia. Dengan kesadaran bahwa hidup yang sesungguhnya adalah nanti di akhirat, maka kehidupan dunia adalah sebagai mazra’ah al-akhirat (sawah-ladang akhirat); tempat menanam kebaikan untuk dituai hasilnya nanti di akhirat," ujarnya

 

Kedua, kendati hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat nanti, hidup di dunia sekarang tak boleh dilupakan.

 

"Kehidupan dunia tetap harus dijalani dengan sebaik-baiknya. Dengan segala daya dan upaya, umat Islam didorong untuk meningkatkan kualitas kepribadian, pengetahuan untuk meraih keberhasilan segala bidang," ungkapnya.

 

Ia menambahkan lagi, keberadaan risalah Islam yang diturunkan Allah justru memang untuk mengatur hidup manusia di dunia, bukan di akhirat.

 

"Jadi salah besar bila ada seorang Muslim yang menjauhi dunia, uzlah, withdrawal (menarik diri) atau apapun istilahnya dengan alasan untuk meraih akhirat. Sikap eskapis (melarikan diri) seperti itu sama sekali tidak dibenarkan,” tuturnya.

 

“Itu hanya dalih saja untuk menutupi semacam kepengecutan  jiwa yang tidak mau atau gagal dalam menghadapi tantangan kehidupan dunia. Secara faktual sikap seperti ini juga sangat berbahaya. Ini kontra produktif dengan semangat untuk mewujudkan keunggulan Islam di semua segi,” tambahnya.

 

Ketiga, dalam kehidupan di dunia manusia tidak mungkin melepaskan diri dari interaksi dengan orang lain.

 

"Interaksi ini diperlukan sebagai upaya rasional untuk meraih kemaslahatan bersama. Sikap seperti apa yang dibangun dalam pergaulan antar manusia akan menentukan kualitas interaksi di antara mereka,” jelasnya.

 

Tentu pada akhirnya, lanjutnya, akan menentukan pula apakah kemaslahatan bersama yang diinginkan itu bisa dicapai atau tidak.

 

“Menyangkut hal ini, Allah mengingatkan kita untuk membangun interaksi dengan cara berbuat baik kepada sesama manusia sebagaimana Allah berbuat baik kepada kita. Semestinya begitulah interaksi di antara manusia dibangun, yakni  dengan semangat akhlaqul-karimah,” ungkapnya.

 

Keempat, peringatan untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi. "Kehidupan di dunia dan interaksi sesama manusia akan berjalan dengan sebaik-baiknya bila didasarkan pada tatanan yang benar dan dilakukan oleh manusia-manusia yang berakhlak mulia,” terangnya.

 

“Peringatan untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi menandaskan pentingnya menjaga terus-menerus agar tatanan yang benar, yakni syariat Islam yang menjadi dasar seluruh interaksi di antara manusia tetap tegak berjalan,” tegasnya.

 

“Bila tegaknya syariat menjamin perwujudan kebaikan, berarti pengingkaran terhadap syariat akan berujung pada kerusakan. Ini harus dicegah!" yakinnya.

 

Ia memungkasi bahwa memang luar biasa pengaruh visi dalam memandu orang untuk berbuat.[] Hidayah Muhammad

Opini

×
Berita Terbaru Update