TintaSiyasi.id—Dalam Islam, kebahagiaan yang hakiki (as-sa'adah al-haqiqiyyah) bukan hanya bersifat duniawi, tetapi juga mencakup kebahagiaan di akhirat. Kebahagiaan sejati tidak hanya diukur dari harta, jabatan, atau kesenangan fisik, tetapi dari ketenangan hati, keberkahan hidup, dan kedekatan dengan Allah SWT.
Ciri-Ciri Kebahagiaan Hakiki dalam Islam
1. Kedekatan dengan Allah SWT
o Kebahagiaan sejati berasal dari hubungan yang erat dengan Allah melalui iman dan takwa.
o Allah berfirman:
"Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra’d: 28)
2. Hati yang Tenang dan Ridha
o Bahagia bukan berarti hidup tanpa ujian, tetapi memiliki ketenangan dalam menghadapinya.
o Orang yang bersyukur dan ridha dengan ketentuan Allah akan merasakan kebahagiaan sejati.
3. Menjalankan Ibadah dengan Ikhlas
o Kebahagiaan sejati datang ketika seseorang merasa dekat dengan Allah melalui ibadah, seperti sholat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir.
o Rasulullah ﷺ bersabda:
"Dijadikan kebahagiaanku dalam shalat." (HR. Ahmad)
4. Memiliki Akhlak yang Baik
o Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita berbuat baik kepada orang lain.
o Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Thabrani)
5. Menghindari Hawa Nafsu dan Dosa
o Dosa membawa kegelisahan, sementara taubat membawa ketenangan.
o Allah berfirman:
"Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (QS. Thaha: 123)
6. Mencari Keberkahan, Bukan Sekadar Kekayaan
o Islam mengajarkan bahwa rezeki yang halal dan berkah lebih bernilai daripada kekayaan yang berlimpah tetapi diperoleh dengan cara haram.
7. Harapan dan Tawakal kepada Allah
o Orang yang bahagia adalah mereka yang percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik.
o Mereka bertawakal setelah berusaha dan yakin bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik.
Bahagia yang hakiki dalam Islam bukanlah kebahagiaan sesaat yang bergantung pada materi atau keadaan duniawi, tetapi ketenangan hati yang diperoleh melalui keimanan, ibadah, akhlak yang baik, dan ketundukan kepada Allah SWT. Kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang merasakan kedamaian dalam hidupnya dan memiliki keyakinan penuh bahwa Allah akan selalu mencukupi kebutuhannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Bahagia Menurut Ibnu Athaillah as-Sakandari
Ibnu Athaillah as-Sakandari, seorang sufi besar dan penulis Al-Hikam, memandang kebahagiaan sejati bukan sebagai kesenangan duniawi, tetapi sebagai ketenangan hati yang bersumber dari kedekatan dengan Allah SWT. Menurutnya, kebahagiaan hakiki adalah ketika seseorang tidak lagi bergantung pada dunia, tetapi sepenuhnya bersandar kepada Allah.
Prinsip Kebahagiaan Menurut Ibnu Athaillah
1. Bahagia adalah Ketika Hati Bersandar kepada Allah
o "Jangan bersedih jika permohonanmu belum dikabulkan, sebab yang lebih penting adalah tetap beribadah kepada-Nya."
o Artinya, kebahagiaan sejati bukan tentang mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi tentang menerima ketetapan Allah dengan hati yang lapang.
2. Lepaskan Keterikatan pada Dunia
o Ibnu Athaillah berkata:
"Siapa yang ingin hatinya bercahaya, hendaknya ia meninggalkan keterikatan kepada dunia."
o Dunia hanyalah tempat persinggahan, sedangkan kebahagiaan sejati ada dalam perjalanan menuju Allah.
3. Menerima Takdir dengan Ikhlas dan Ridha
o "Jika Allah membukakan pintu makrifat untukmu, maka tidak perlu risau dengan sedikitnya amalmu, sebab Dia hanya membukakan itu untukmu agar engkau mengenal-Nya."
o Kebahagiaan datang saat kita memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya, dan tugas kita adalah menerima dengan hati yang ikhlas.
4. Menemukan Cahaya di Tengah Ujian
o "Ketika Allah menghalangi sesuatu yang kau inginkan, itu adalah bentuk kasih sayang-Nya agar kau tidak terjebak dalam keinginan duniawi yang menyesatkan."
o Orang yang bahagia adalah mereka yang memahami bahwa ujian bukanlah hukuman, tetapi cara Allah mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya.
5. Kebahagiaan Ada dalam Ketundukan kepada Allah
o "Barang siapa mengenal Allah, maka tidak ada lagi kesedihan baginya."
o Seorang hamba yang selalu mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah akan merasakan kebahagiaan sejati, meskipun hidupnya penuh cobaan.
Kesimpulan
Menurut Ibnu Athaillah, kebahagiaan sejati bukanlah kesenangan duniawi yang sementara, tetapi ketenangan hati yang muncul dari keikhlasan, ketundukan, dan kesadaran akan kebesaran Allah. Orang yang bahagia adalah mereka yang ridha dengan ketetapan-Nya, tidak menggantungkan diri pada dunia, dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)