TintaSiyasi.id -- Allah Itu ada dan tidak ada sesuatu pun menyertai-Nya dan sekarang pun Allah dalam kondisi semula (tidak berubah).
Pernyataan tersebut merujuk pada konsep Tauhid dalam Islam, khususnya dalam aspek Keesaan dan keabadian Allah Swt. Dalam teologi Islam, keyakinan ini selaras dengan beberapa prinsip dasar dalam akidah, seperti:
1. Allah Itu Ada (Wujud) – Keberadaan Allah adalah suatu kepastian yang tidak bergantung pada makhluk. Allah tidak diciptakan, melainkan Dia adalah Al-Awwal (Yang Maha Awal) dan Al-Akhir (Yang Maha Akhir).
2. Allah Tidak Berubah – Dalam keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, khususnya menurut pandangan ulama Asy'ariyah dan Maturidiyah, Allah tidak mengalami perubahan atau kondisi yang berubah-ubah. Ini berdasarkan prinsip bahwa Allah bebas dari segala sifat makhluk, seperti waktu, tempat, bentuk atau pergerakan.
3. "Tidak Ada Sesuatu pun yang Menyertai-Nya,". Ini bisa diartikan bahwa sebelum penciptaan alam semesta, Allah sudah ada tanpa memerlukan keberadaan selain-Nya. Ini juga menegaskan konsep tanzih (penyucian Allah dari sifat-sifat makhluk). Dalam Al-Qur’an, disebutkan:
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11).
Pernyataan ini mengingatkan kita akan keagungan Allah, sekaligus mengajarkan bahwa Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Keyakinan ini juga mendukung pemahaman bahwa Allah tidak membutuhkan alam, tetapi alam membutuhkan Allah.
Allah adalah Pencipta Segala Sesuatu
Benar sekali! Allah adalah Pencipta segala sesuatu, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
"Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu."
(QS. Az-Zumar: 62).
Makna "Allah adalah Pencipta segala sesuatu":
1. Allah Menciptakan dari Ketiadaan (Al-Khaliq)
o Allah menciptakan seluruh alam semesta tanpa ada sesuatu pun sebelumnya. Tidak seperti manusia yang membuat sesuatu dari bahan yang sudah ada, Allah menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan.
2. Segala Sesuatu Bergantung pada-Nya (Al-Muqtadir & Al-Qayyum)
o Semua makhluk, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, bergantung kepada Allah. Allah yang memberikan keberadaan, kehidupan, dan aturan bagi segala sesuatu.
3. Penciptaan Allah Meliputi Segala Hal
o Alam Semesta: Bumi, langit, bintang, planet, dan segala isinya.
o Makhluk Hidup: Manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk lainnya.
o Hukum-Hukum Alam: Seperti gravitasi, waktu, dan keteraturan kosmos.
o Peristiwa & Takdir: Semua yang terjadi di dunia berada dalam ilmu dan kehendak-Nya.
4. Allah Tidak Diciptakan
o Sebagai Al-Khaliq (Sang Pencipta), Allah tidak diciptakan dan tidak bergantung pada makhluk-Nya. Allah Al-Awwal (Yang Awal) dan Al-Akhir (Yang Akhir), tanpa permulaan dan tanpa akhir.
Pernyataan ini adalah inti dari Tauhid Rububiyyah, yaitu keyakinan bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur, dan memelihara segala sesuatu.
Segala sesuatu selain Allah, maka artinya tidak ada. Pernyataan ini merujuk pada konsep Wujud Allah dan ketiadaan makhluk secara hakiki dalam kajian tauhid dan filsafat Islam. Ini berkaitan erat dengan konsep tauhid dan kebergantungan makhluk kepada Allah.
Penjelasan Makna:
1. Allah adalah Satu-Satunya yang Benar-Benar Ada (Al-Wujud Al-Haqq)
o Hanya Allah yang memiliki eksistensi mutlak. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
"Segala sesuatu akan binasa, kecuali Wajah-Nya (Allah)."
(QS. Al-Qasas: 88).
o Makna ini menunjukkan bahwa keberadaan Allah tidak bergantung pada apa pun, sedangkan segala sesuatu selain-Nya bergantung kepada-Nya.
2. Makhluk Itu "Ada" tapi Keberadaannya Bergantung pada Allah
o Makhluk memang ada, tetapi keberadaannya hanya karena diciptakan oleh Allah. Jika Allah tidak menciptakan atau tidak menghendaki keberadaannya, maka ia tidak akan ada sama sekali.
o Misalnya, manusia ada di dunia ini karena Allah menciptakannya dan memberinya kehidupan. Begitu juga dengan alam semesta, waktu, dan segala sesuatu di dalamnya.
3. Makhluk adalah "Wujud yang Tidak Hakiki" (Wujud Majazi)
o Beberapa ulama sufi dan filsuf Islam, seperti Ibnu Arabi, menjelaskan bahwa segala sesuatu selain Allah hanyalah eksistensi sementara, bukan wujud hakiki.
o Dalam pandangan ini, hanya Allah yang memiliki wujud sejati, sementara makhluk hanya tampak ada karena kehendak-Nya.
4. Segala Sesuatu akan Kembali kepada Ketiadaan
o Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
"Semua yang ada di bumi akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan."
(QS. Ar-Rahman: 26-27).
o Ini berarti semua yang kita lihat saat ini suatu saat akan lenyap, kecuali Allah yang tetap abadi.
Kesimpulan
• Hanya Allah yang memiliki wujud mutlak dan hakiki.
• Makhluk ada, tetapi keberadaannya bersifat bergantung pada Allah.
• Jika dibandingkan dengan wujud Allah, wujud makhluk hampir seperti tidak ada, karena ia hanya ada selama Allah menghendakinya.
Semua harapan seorang mukmin hanya bertumpu kepada Allah Swt.
Benar sekali! Seorang mukmin harus menggantungkan seluruh harapannya hanya kepada Allah Swt. karena Dialah satu-satunya Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Mengapa Harapan Seorang Mukmin Harus Bertumpu pada Allah?
1. Allah adalah Pemilik Segala Sesuatu
o Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi..."
(QS. Al-Baqarah: 284).
o Ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang bisa memenuhi segala kebutuhan dan harapan manusia.
2. Allah Maha Mengabulkan Doa (Al-Mujib)
o Allah berjanji dalam Al-Qur’an:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
(QS. Ghafir: 60).
o Maka, siapa lagi yang lebih layak menjadi tempat berharap selain Allah?
3. Segala yang Ada di Dunia Bersifat Sementara
o Harapan kepada manusia, harta, jabatan atau hal duniawi lainnya sering kali berujung pada kekecewaan.
o Tetapi harapan kepada Allah tidak akan pernah mengecewakan, karena Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
4. Harapan yang Ikhlas kepada Allah adalah Bukti Keimanan
o Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah."
(HR. Tirmidzi).
o Dengan berharap hanya kepada Allah, kita membuktikan keimanan kita kepada-Nya.
Bagaimana Cara Mengamalkan Harapan Hanya kepada Allah?
✅ Berdoa dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan.
✅ Tawakal (berserah diri) setelah berusaha, karena hasil akhirnya di tangan Allah.
✅ Tidak menggantungkan hati pada makhluk, sebab makhluk hanyalah perantara, bukan pemberi rezeki atau solusi sejati.
✅ Bersabar dan tetap optimis, karena pertolongan Allah datang pada waktu yang tepat.
Kesimpulan
Seorang mukmin harus menjadikan Allah satu-satunya tempat berharap karena hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak untuk mengabulkan segala harapan.
"Cukup Allah sebagai penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung." (QS. Ali Imran: 173).
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo