"Apakah khilafah masih jauh
atau dekat saya kira itu relative. Ketika kita mau bersikap berjuang atau
mengupayakan tidak dengan pertimbangan itu jauh atau dekat. Walaupun sebenarnya
kalau kita lihat realitas politik yang ada kemungkinan yang lebih tepat itu
sudah dekat," ujarnya di kanal YouTube ALMIQYAS dalam judul
Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah pada Minggu (16/02/2025).
"Tanda-tanda munculnya
kembali khilafah itu lebih banyak ada tanda-tanda positif daripada tanda-tanda
negatif yang semakin menjauhkan umat dari khilafah," tambahnya.
Lanjutnya, ia menjelaskan sebagai
contoh di tahun 2019 pernah terdapat survei yang dilakukan untuk golongan
milenial terkait khilafah. Hasil survey kemudian dimuat dalam sebuah hasil
jurnal atau hasil survei dengan judul Indonesian Millennials Report.
"Salah satu pertanyaan yang
ditanyakan ke golongan milenial, ‘Apakah Anda setuju di Indonesia diterapkan khilafah?’
Dan itu ternyata hasil survei dibuku itu Indonesian Millennials Report 19,5
persen milenial setuju khilafah," jelasnya.
Sehingga, ia merinci apabila 19,5
persen dari total milenial seluruh Indonesia sebanyak 67 juta orang maka
menghasilkan 13 juta orang. "13
juta orang sama dengan penduduk Jakarta. Bayangkan penduduk Jakarta mendukung khilafah.
Itu suatu bilangan yang sangat besar. Takbir!" terangnya tegas.
Lebih lanjut, ia juga menilai
nama khilafah untuk saat ini sudah semakin dikenal. Berbeda halnya dengan 20
atau 30 tahun lalu dimana nama khilafah masih terasa jarang sekali didengar.
"Kecuali kalau mempelajari
buku-buku Fikih seperti buku Fikih karya Sulaiman Rasyid, itu kan yang di bagian
terakhir ada judulnya al-Khilafah. Mungkin yang membaca itu saja atau
dibuku-buku yang lain. Tetapi apakah khilafah tahun 70-an, 80-an itu menjadi
diskusi di ranah publik, jawabannya tidak berbeda dengan sekarang. Sekarang itu
sudah marak diskusi tentang khilafah meskipun tantangannya juga berat,"
terangnya.
Alhasil, pria kelahiran Grobokan itu
menceritakan bahwasanya dirinya pernah membuat situs dengan nama shiddiqaljawi.id,
tetapi lantaran sering menyebut nama khilafah dan sering mengkritik pemerintah
akhirnya situs tersebut di banned pemerintah melalui Kementerian
Kominfo.
"Waktu itu masih menterinya
Johnny G. Plate. Saya curhat dengan teman saya jika punya situs dakwah di banned
oleh Menkominfo. Teman saya mengatakan semoga yang melakukannya segera mendapat
balasan dari Allah Swt. Terus ketika dia ngirim WA-nya saya aminkan, ternyata 1
jam setelah itu Menkominfo Johnny G. Plate ditetapkan sebagai tersangka korupsi
BTS 8,3 triliun," ucapnya mengisahkan.
Sehingga, Dosen STEI Hamfara tersebut
mengambil kesimpulan jika orang-orang yang selama ini teriak NKRI harga mati
dan saya Pancasila itu yang telah menyebut golongan yang menyuarakan khilafah
sebagai radikal yang membahayakan bangsa.
"Orang-orang seperti ini
yang membahayakan bangsa, membahayakan negara dengan korupsi yang mereka
lakukan. Propaganda radikal ini bahaya sebenarnya untuk menutupi kejahatan
korupsi yang mereka lakukan, supaya rakyat itu tersesat yang disebut bahaya kelompok
yang berusaha menegakkan syariat ini, tetapi kemudian terlindungi kejahatan
korupsi mereka," keluhnya.
"Alhamdulillah sekarang
sudah mulai agak tersadar masyarakat itu dengan adanya tulisan Adili Jokowi,
itu sebentar lagi akan berbalik, mudah-mudahan di bawah kepemimpinan Prabowo
itu sedikit lebih baiklah dibanding sebelumnya," pungkasnya.[] Taufan