Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ahli Fikih: Secara Realitas Politik, Khilafah Sudah Dekat

Rabu, 19 Februari 2025 | 15:14 WIB Last Updated 2025-02-19T08:20:53Z

Tintasiyasi.ID -- Ahli Fikih Islam K.H. M. Shiddiq Al-Jawi, M.Si. mengatakan bahwa kemungkinan datangnya khilafah semakin dekat daripada semakin menjauh jika dilihat banyaknya tanda-tanda positif daripada negatif.

 

"Apakah khilafah masih jauh atau dekat saya kira itu relative. Ketika kita mau bersikap berjuang atau mengupayakan tidak dengan pertimbangan itu jauh atau dekat. Walaupun sebenarnya kalau kita lihat realitas politik yang ada kemungkinan yang lebih tepat itu sudah dekat," ujarnya di kanal YouTube ALMIQYAS dalam judul Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah pada Minggu (16/02/2025).

 

"Tanda-tanda munculnya kembali khilafah itu lebih banyak ada tanda-tanda positif daripada tanda-tanda negatif yang semakin menjauhkan umat dari khilafah," tambahnya.

 

Lanjutnya, ia menjelaskan sebagai contoh di tahun 2019 pernah terdapat survei yang dilakukan untuk golongan milenial terkait khilafah. Hasil survey kemudian dimuat dalam sebuah hasil jurnal atau hasil survei dengan judul Indonesian Millennials Report.

 

"Salah satu pertanyaan yang ditanyakan ke golongan milenial, ‘Apakah Anda setuju di Indonesia diterapkan khilafah?’ Dan itu ternyata hasil survei dibuku itu Indonesian Millennials Report 19,5 persen milenial setuju khilafah," jelasnya.

 

Sehingga, ia merinci apabila 19,5 persen dari total milenial seluruh Indonesia sebanyak 67 juta orang maka menghasilkan  13 juta orang. "13 juta orang sama dengan penduduk Jakarta. Bayangkan penduduk Jakarta mendukung khilafah. Itu suatu bilangan yang sangat besar. Takbir!" terangnya tegas.

 

Lebih lanjut, ia juga menilai nama khilafah untuk saat ini sudah semakin dikenal. Berbeda halnya dengan 20 atau 30 tahun lalu dimana nama khilafah masih terasa jarang sekali didengar.

 

"Kecuali kalau mempelajari buku-buku Fikih seperti buku Fikih karya Sulaiman Rasyid, itu kan yang di bagian terakhir ada judulnya al-Khilafah. Mungkin yang membaca itu saja atau dibuku-buku yang lain. Tetapi apakah khilafah tahun 70-an, 80-an itu menjadi diskusi di ranah publik, jawabannya tidak berbeda dengan sekarang. Sekarang itu sudah marak diskusi tentang khilafah meskipun tantangannya juga berat," terangnya.

 

Alhasil, pria kelahiran Grobokan itu menceritakan bahwasanya dirinya pernah membuat situs dengan nama shiddiqaljawi.id, tetapi lantaran sering menyebut nama khilafah dan sering mengkritik pemerintah akhirnya situs tersebut di banned pemerintah melalui Kementerian Kominfo.

 

"Waktu itu masih menterinya Johnny G. Plate. Saya curhat dengan teman saya jika punya situs dakwah di banned oleh Menkominfo. Teman saya mengatakan semoga yang melakukannya segera mendapat balasan dari Allah Swt. Terus ketika dia ngirim WA-nya saya aminkan, ternyata 1 jam setelah itu Menkominfo Johnny G. Plate ditetapkan sebagai tersangka korupsi BTS 8,3 triliun," ucapnya mengisahkan.

 

Sehingga, Dosen STEI Hamfara tersebut mengambil kesimpulan jika orang-orang yang selama ini teriak NKRI harga mati dan saya Pancasila itu yang telah menyebut golongan yang menyuarakan khilafah sebagai radikal yang membahayakan bangsa.

 

"Orang-orang seperti ini yang membahayakan bangsa, membahayakan negara dengan korupsi yang mereka lakukan. Propaganda radikal ini bahaya sebenarnya untuk menutupi kejahatan korupsi yang mereka lakukan, supaya rakyat itu tersesat yang disebut bahaya kelompok yang berusaha menegakkan syariat ini, tetapi kemudian terlindungi kejahatan korupsi mereka," keluhnya.

 

"Alhamdulillah sekarang sudah mulai agak tersadar masyarakat itu dengan adanya tulisan Adili Jokowi, itu sebentar lagi akan berbalik, mudah-mudahan di bawah kepemimpinan Prabowo itu sedikit lebih baiklah dibanding sebelumnya," pungkasnya.[] Taufan

Opini

×
Berita Terbaru Update