Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Takwa kepada Allah dan Silaturahmi

Senin, 20 Januari 2025 | 22:10 WIB Last Updated 2025-01-20T15:11:01Z
TintaSiyasi.id-- Takwa Kepada Allah dan Silaturrahim: Kunci Kehidupan yang Diberkahi. Takwa kepada Allah dan silaturrahim adalah dua aspek penting dalam Islam yang memiliki dampak besar pada kehidupan individu maupun masyarakat. Keduanya saling melengkapi dalam membangun hubungan yang harmonis, baik dengan Allah SWT maupun sesama manusia.

Takwa Kepada Allah

Takwa adalah inti dari keimanan seorang Muslim. Ia berarti kesadaran dan ketaatan penuh kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."
(QS. Ali Imran: 102)

Takwa bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga tercermin dalam akhlak, kejujuran, dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bertakwa, seseorang akan memiliki kompas moral yang kuat, sehingga segala tindakannya selalu selaras dengan nilai-nilai Islam.

Manfaat takwa meliputi:
1. Ketenangan Jiwa: Takwa mendekatkan seseorang kepada Allah, sehingga hatinya merasa tenteram.
2. Rezeki yang Berkah: Allah berjanji akan memberikan jalan keluar dan rezeki yang tidak disangka-sangka kepada orang yang bertakwa (QS. At-Talaq: 2-3).
3. Perlindungan dari Keburukan: Takwa menjadi pelindung dari dosa dan kesulitan hidup.

Silaturrahim

Silaturrahim adalah menjaga hubungan baik dengan keluarga, saudara, dan sesama manusia. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mempererat silaturrahim, karena ia merupakan wujud nyata dari kasih sayang dan kepedulian sosial. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Manfaat silaturrahim:

1. Mempererat Ukhuwah: Silaturrahim menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan saling mendukung.
2. Keberkahan Rezeki dan Umur: Dalam hadis di atas, Rasulullah menjelaskan bahwa silaturrahim dapat membawa keberkahan dalam hidup.
3. Menghapus Dosa dan Menambah Pahala: Dengan menyambung silaturrahim, dosa-dosa kecil dihapuskan, dan pahala bertambah.

Hubungan Takwa dan Silaturrahim

Takwa kepada Allah menjadi dasar dari silaturrahim. Orang yang bertakwa memahami bahwa menjaga hubungan dengan sesama adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Silaturrahim, pada gilirannya, memperkokoh ukhuwah Islamiyah yang menjadi cermin dari iman seseorang.

Allah SWT menegaskan hubungan ini dalam firman-Nya:
"...Bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan..."
(QS. An-Nisa: 1)

Praktik Takwa dan Silaturrahim dalam Kehidupan

1. Beribadah dengan Ikhlas: Shalat, puasa, dan amal ibadah lainnya sebagai wujud ketaatan kepada Allah.
2. Menyantuni Keluarga: Membantu keluarga yang membutuhkan, menjenguk yang sakit, dan memaafkan kesalahan.
3. Memberi Nasihat yang Baik: Mengingatkan satu sama lain dalam kebenaran dan kesabaran.
4. Berbuat Baik Kepada Tetangga dan Masyarakat: Membantu tetangga dan menjaga lingkungan sekitar.

Dengan menjalankan takwa dan silaturrahim, hidup akan lebih bermakna, berkah, dan damai. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang senantiasa bertakwa kepada Allah dan menjaga silaturrahim.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا  
“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. 
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” ( QS. An-Nisa’ (4) : 1 )

Sobat. Di dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada manusia agar bertakwa kepada Allah, yang memelihara manusia dan melimpahkan nikmat karunia-Nya. Dialah Yang menciptakan manusia dari seorang diri yaitu Adam. Dengan demikian, menurut jumhur mufasir, Adam adalah manusia pertama yang dijadikan oleh Allah. Kemudian dari diri yang satu itu Allah menciptakan pula pasangannya yang biasa disebut dengan nama Hawa. Dari Adam dan Hawa berkembang biaklah manusia.

Sobat. Dalam Al-Qur'an penciptaan Adam disebut dari tanah liat (al-Anam/6:2; as-Sajdah/32:7; Shad/38:71 dan dalam beberapa ayat lagi). Dalam an-Nisa/4:1 disebutkan "... dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari dirinya; ..." Kata-kata dalam Surah an-Nisa ayat pertama ini sering menimbulkan salah pengertian di kalangan awam, terutama di kalangan perempuan, karena ada anggapan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk Adam, yang sering dipertanyakan oleh kalangan feminis. Ayat itu hanya menyebut ... wa khalaqa minha zaujaha, yang diterjemahkan dengan menciptakan pasangannya dari dirinya; lalu ada yang mengatakan bahwa perempuan itu diciptakan dari rusuk Adam, dan pernyataan yang terdapat dalam beberapa hadis ini ada yang mengira dari Al-Qur'an. 

Di dalam Al-Qur'an nama Hawa pun tidak ada, yang ada hanya nama Adam. Nama Hawa (Eve) ada dalam Bibel ("Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup." (Kejadian iii. 20), (Hawwa dari kata bahasa Ibrani heva, dibaca: hawwah, yang berarti hidup). Pernyataan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki itu terdapat dalam Perjanjian Lama, Kitab Kejadian ii. 21 dan 22: "Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu."

Kemudian sekali lagi Allah memerintahkan kepada manusia untuk bertakwa kepada-Nya dan seringkali mempergunakan nama-Nya dalam berdoa untuk memperoleh kebutuhannya. Menurut kebiasaan orang Arab Jahiliah bila menanyakan sesuatu atau meminta sesuatu kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah. Allah juga memerintahkan agar manusia selalu memelihara silaturrahmi antara keluarga dengan membuat kebaikan dan kebajikan yang merupakan salah satu sarana pengikat silaturrahmi. 

Ilmu Hayati Manusia (Human Biology) memberikan informasi kepada kita, bahwa manusia dengan kelamin laki-laki mempunyai sex-chromosome (kromosom kelamin) XY, sedang manusia dengan kelamin wanita mempunyai sex-chromosome XX. Ayat di atas menjelaskan bahwa "manusia diciptakan dari diri yang satu dan daripadanya Allah menciptakan istrinya". Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa 'diri yang satu itu tentu berjenis kelamin laki-laki, sebab kalimat berikutnya menyatakan, 'daripadanya diciptakan istrinya. 

Dari sudut pandang Human Biology hal itu sangatlah tepat, sebab sex-chromosome XY (laki-laki) dapat menurunkan kromosom XY atau XX; sedang kromosom XX (wanita) tidak mungkin akan membentuk XY, karena dari mana didapat kromosom Y? Jadi jelas bahwa laki-laki pada hakikatnya adalah penentu jenis kelamin dari keturunannya. Diri yang satu itu tidak lain adalah Adam.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا  
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,” (QS. Al-Ahzab (33) : 70 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman supaya tetap bertakwa kepada-Nya. Allah juga memerintahkan orang-orang beriman untuk selalu berkata yang benar, selaras antara yang diniatkan dan yang diucapkan, karena seluruh kata yang diucapkan dicatat oleh malaikat Raqib dan 'Atid, dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. 
يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا  

“Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 71 )

Bila mereka tetap memelihara keimanan dan ketakwaan dan selalu mengatakan kebenaran, pasti Allah akan memperbaiki perbuatan dan mengampuni dosa-dosa mereka. Siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka jalan yang harus ditempuh hanyalah satu, yaitu menaati Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang besar di dunia dan akhirat.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update