Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Takutlah terhadap Makar Allah Swt

Rabu, 01 Januari 2025 | 16:51 WIB Last Updated 2025-01-01T09:52:45Z
TintaSiyasi.id  Frasa "Takutlah terhadap makar Allah Swt" mengandung pesan yang mendalam dalam ajaran Islam. Ia adalah peringatan kepada manusia agar tidak merasa aman dari hukuman Allah atau terlalu percaya diri sehingga mengabaikan perintah dan larangan-Nya.

Makar Allah merujuk pada rencana atau kehendak Allah yang bisa menjadi bentuk balasan atas kesombongan, kezaliman atau pelanggaran manusia. Ini bukan berarti Allah melakukan kejahatan karena Allah Maha Suci dari sifat buruk, melainkan bahwa Allah bisa membalas tipu daya dan kejahatan manusia dengan cara yang bijaksana dan tidak terduga.

Dalil Al-Qur'an, Allah berfirman:

أَفَأَمِنُواْ مَكۡرَ ٱللَّهِۚ فَلَا يَأۡمَنُ مَكۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ 

"Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.
(Surah Al-A'raf: 99).

Makna Ayat:

1. Jangan Merasa Aman dari Azab Allah: Rasa aman dari hukuman Allah menunjukkan kesombongan atau kelalaian seseorang terhadap dosa-dosanya.
2. Rasa Takut yang Positif: Takut kepada makar Allah mengarahkan seorang hamba untuk senantiasa bertakwa, beristighfar dan menjalankan syariat Islam.

Cara Menghindari Makar Allah:
1. Beristighfar dan Bertaubat: Sadar akan dosa dan selalu memohon ampun kepada Allah.
2. Bertakwa: Menaati Allah dan menjauhi larangan-Nya.
3. Hindari Kesombongan: Tidak merasa diri paling benar atau aman dari hukuman-Nya.
4. Tawakal: Percaya kepada kehendak Allah dan tetap menjalani perintah-Nya dengan ikhlas.

Peringatan ini mengingatkan kita untuk selalu introspeksi diri dan menguatkan hubungan dengan Allah Swt. sehingga hidup penuh berkah dan terhindar dari kemurkaan-Nya.

Orang yang merasa aman terhadap makar Allah adalah jahil. Orang yang merasa takut terhadap makar Allah adalah arif.

Pernyataan ini sangat selaras dengan pandangan Islam tentang keimanan dan kesadaran terhadap sifat-sifat Allah. Berikut adalah penjelasannya:

1. Orang yang Merasa Aman terhadap Makar Allah adalah Jahil
● Jahil berarti bodoh atau tidak memahami hakikat Allah Swt dan kekuasaan-Nya. Orang yang merasa aman dari makar Allah biasanya memiliki:
● Kesombongan hati, merasa tidak perlu khawatir atas dosa atau pelanggarannya.
● Kelalaian terhadap sifat Allah, seperti sifat-Nya sebagai Al-Muntaqim (Yang Maha Pembalas) dan sifat-Nya sebagai Al-Adil (Yang Maha Adil).
● Kehilangan rasa takut kepada Allah, yang membuatnya merasa bebas dari konsekuensi amal buruknya.
Dalam hal ini, kejahilan berarti tidak memahami bahwa Allah memiliki kekuasaan mutlak untuk memberikan hukuman atau membalikkan keadaan manusia kapan saja sesuai hikmah-Nya.

2. Orang yang Merasa Takut terhadap Makar Allah adalah Arif
● Arif berarti orang yang memiliki pengetahuan mendalam (makrifat) tentang Allah Swt. Mereka memahami:
o Sifat-sifat Allah secara utuh, baik sifat rahmat-Nya maupun sifat murka-Nya.
o Kehinaan diri di hadapan Allah, sehingga mereka senantiasa waspada terhadap kekurangan diri dalam memenuhi perintah-Nya.
o Kesadaran akan akibat dosa, yang membuat mereka takut akan pembalasan Allah yang bisa datang kapan saja jika mereka lalai.
Takut terhadap makar Allah tidak membuat seorang arif kehilangan harapan, melainkan mendorong mereka untuk terus memperbaiki diri, bertakwa, dan bertawakal kepada Allah.

Mengapa Jahil dan Arif Dibedakan?
● Jahil menunjukkan kebodohan hati dan akal karena lalai dari perenungan tentang sifat Allah. Mereka hanya memikirkan nikmat dan rahmat-Nya tanpa mengingat ancaman dan hukuman-Nya.
● Arif menunjukkan kecerdasan hati dan jiwa yang seimbang antara rasa takut (khauf) dan harap (raja’). Mereka memahami bahwa hidup adalah ujian yang menuntut kehati-hatian dalam bersikap terhadap perintah dan larangan Allah.

Kesimpulan

Rasa aman dari makar Allah adalah tanda kebodohan dan kelalaian. Sebaliknya, rasa takut terhadap makar Allah adalah tanda kebijaksanaan dan keimanan yang mendalam. Mari kita belajar menjadi seorang arif yang senantiasa mengingat Allah dengan penuh rasa cinta, takut, dan harap.

Aisyah ra berkata, "Ayahku, Abu Bakar ra memiliki satu doa yang sering diucapkannya di pagi dan sore hari : "Ya Allah jadikanlah ujung usiaku dalam kebaikan, ujung amalku dalam kebaikan dan saat berjumpa dengan-Mu dalam kebaikan."

Doa yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu ini adalah salah satu bentuk permohonan yang sangat mendalam dan penuh hikmah. Doa ini mencerminkan keinginan seorang hamba untuk menjaga konsistensi dalam kebaikan hingga akhir hayatnya. Berikut adalah ulasannya:

Teks Doa Abu Bakar ra.
"Ya Allah, jadikanlah ujung usiaku dalam kebaikan, ujung amalku dalam kebaikan, dan saat berjumpa dengan-Mu dalam kebaikan."

Makna Doa

1. “Jadikanlah ujung usiaku dalam kebaikan”
● Ujung usia (akhir kehidupan) adalah momen yang paling menentukan keadaan seseorang di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada akhirnya." (HR. Bukhari dan Muslim).
● Permohonan ini menunjukkan keinginan agar Allah menjaga seseorang tetap berada dalam keimanan dan amal saleh hingga ajal menjemput.

2. “Ujung amalku dalam kebaikan”
● Doa ini mencerminkan harapan agar semua amal perbuatan ditutup dengan amal yang terbaik, seperti istiqamah dalam ketaatan, bertaubat dari dosa, dan melakukan amal saleh sebelum meninggal.
● Penutup amal yang baik adalah tanda husnul khatimah (akhir yang baik), yang merupakan harapan setiap Muslim.
3. “Saat berjumpa dengan-Mu dalam kebaikan”
● Doa ini memohon agar ketika berjumpa dengan Allah, seseorang berada dalam keadaan yang diridhai-Nya, dengan iman yang utuh dan amal yang diterima.
● Ini juga mencerminkan keinginan untuk mendapatkan pengampunan dan rahmat Allah saat berada di hadapan-Nya.

Hikmah dari Doa Ini

1. Mengajarkan Kerendahan Hati:
● Abu Bakar ra., meskipun dijamin masuk surga, tetap memohon kepada Allah agar dijaga hingga akhir hayatnya. Ini menunjukkan betapa pentingnya sikap tawadu dan tidak merasa aman dari makar Allah.

2. Menguatkan Harapan dan Ketergantungan kepada Allah:
● Doa ini mengajarkan bahwa kebaikan akhir hidup dan amal hanya bisa dicapai dengan izin dan pertolongan Allah.

3. Mengingatkan Pentingnya Husnul Khatimah:
● Husnul khatimah adalah salah satu nikmat terbesar yang bisa Allah berikan kepada seorang hamba. Doa ini mengingatkan kita untuk selalu berusaha mencapainya.

Penerapan dalam Kehidupan
Kita bisa mengamalkan doa ini dalam rutinitas harian, seperti saat pagi, sore atau setelah salat. Dengan melafalkannya, kita senantiasa diingatkan untuk:
• Berusaha menjaga keimanan hingga akhir hayat
• Fokus pada amal yang diridhai Allah
• Selalu memohon kepada Allah untuk mengakhiri hidup kita dalam keadaan yang terbaik

Semoga Allah memberikan kepada kita semua husnul khatimah dan mempertemukan kita dengan-Nya dalam keadaan diridhai. آمين يا رب العالمين

Dr Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update