"Baik buruk menurut seorang Muslim
itu bukan hanya didasarkan kepada enak dan tidak enak, baik dan tidak baik
menurut akal manusia. Tetapi bagi seorang Muslim, baik dan buruk adalah menurut
Allah Swt.,” terangnya, Selasa (26/03/24).
Ada satu ayat di antara yang
menggambarkan ini. “Misalnya dalam surah al-Baqarah ayat 221. Ketika Allah Swt.
menerangkan kepada kita tentang larangan untuk menikahi orang-orang musyrik dan
musyrikah," tuturnya.
Allah swt berfirman:
Dan janganlah kamu berkawin
dengan perempuan-perempuan kafir musyrik sebelum mereka beriman (memeluk agama
Islam); dan sesungguhnya seorang hamba perempuan yang beriman itu lebih baik
daripada perempuan kafir musyrik sekalipun keadaannya menarik hati kamu. Dan
janganlah kamu (kawinkan perempuan-perempuan Islam) dengan lelaki-lelaki kafir
musyrik sebelum mereka beriman (memeluk agama Islam) dan sesungguhnya seorang
hamba lelaki yang beriman lebih baik daripada seorang lelaki musyrik, sekalipun
keadaannya menarik hati kamu. (Yang demikian ialah kerana orang-orang kafir itu
mengajak ke neraka sedang Allah mengajak ke Surga dan memberi keampunan dengan
izinNya.
“Jadi kita harus mengambil apa
yang jadi patokan dari Allah Swt. Kalau Allah katakan baik, kita mengatakan
baik, kalau Allah katakan buruk, kita katakan buruk, karena ada
konsekuensinya," tegasnya.
Bagi seorang mukmin, bahkan bagi
sesiapa pun, kalau sudah dibandingkan dengan surga tidak ada apa-apanya. "Maka
sekali pun itu cantik, sekalipun kaya raya, cerdas segala macam dimiliki, tetapi
kalau itu mengajak kepada neraka, itu jelas jauh jika dibandingkan dengan surga
yang luasnya seluas langit," ungkapnya.
“Maka begitulah seorang mukmin
selalu menjadikan syariat sebagai miqyasul amal (standar perbuatan). Apa
yang dikatakan baik oleh syariat, itu baik. Apa yang dikatakan buruk, itu
adalah buruk, dan harus ditinggalkan sekalipun itu menarik bagi kalian,"
pungkasnya.[] Hidayah Muhammad