TintaSiyasi.id—Refleksi kondisi ekonomi sepanjang 2024,peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dr. M. Rizal Taufikurahman mengatakan, menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) adalah kebijakan paling berani dan mengerikan. Hal itu disampaikan dalam Spesial Fokus UIY: Refleksi Akhir Tahun 2024 dan Masa Depan Umat Islam, Selasa (31-12-2024) di YouTube UIY Official.
Pertama, kenaikan barang dan jasa di berbagai sektor. "Walaupun pemerintah mengatakan khusus barang mewah tetapi pelaku ekonomi di perusahaan tidak bisa menerjemahkan itu, faktanya sekarang di semua sektor naik harganya," katanya.
Ia menjelaskan, pertama kali yang terdampak adalah para pelaku usaha, karena biaya produksi naik, kalau bahannya barang mewah dan itu impor pasti akan terdampak, setelah barang jadi dan akan dijual kena pajak lagi. "Oleh karena itu, mereka lebih memilih menghabiskan stok dulu daripada produksi. Jika pun pelaku usaha lebih memilih bukan barang mewah, pasti karena permintaan barang tidak mewah tinggi juga akan naik. Ini multiplayer efek dan ini ada sensitivitasnya yang akan berpotensi menaikkan harga-harga," urainya.
Kedua, penawaran menurun. "Kenaikan PPN akan berdampak di berbagai sektor barang atau jasa. Hal itu akan menurunkan daya beli. Parahnya, pemerintah tidak akan mampu mengendalikan pasar barang maupun jasa. Kalau pemerintah bisa, oke. Namun, ini negara liberal, ini pasarnya sudah liberal, apa bisa mengendalikan?" paparnya.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi gagal. "Pertumbuhan ekonomi yang digadang-gadang akan tinggi ini akan susah bagaikan pungguk merindukan bulan. Katanya mau meningkatkan ekonomi, tetapi kok malah dibebani?" jelasnya.
Menurutnya, 2024 dulu pertumbuhan memastikan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 5,2% di APBN. "Namun, 2024 jor-joran tahun politik, bansos juga luar biasa, tetapi tidak menggeret ekonomi, justru konsumsi rumah tangga kelas menengah itu makin menurun. Bahkan di indikator pemerataan pertumbuhan ekonomi, justru yang menikmati itu yang kaya dan jumlahnya cuma 10%," tuntasnya. [] Ika Mawar