Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Refleksi 2024: Sangat Suram

Selasa, 14 Januari 2025 | 20:00 WIB Last Updated 2025-01-14T13:00:40Z
TintaSiyasi.id -- Menyoroti peristiwa politik sepanjang tahun 2024 di berbagai level baik nasional maupun internasional, Pengamat Politik Dr. Riyan, M.Ag. menilai kondisinya sangat suram.

"Memang kalau kita bicara sepanjang 2024 tampaknya sangat-sangat suram," tuturnya dalam program live: Refleksi Akhir Tahun 2024 dan Prediksi 2025 di kanal YouTube Rayah TV, Jumat (27/11/2024). 

Ia memaparkan, lebih dari lima puluh ribu jiwa menjadi korban gejolak politik di berbagai belahan dunia di tahun 2024, mulai dari perang Rusia-Ukraina, gejolak di Suriah, juga genosida yang belum berhenti yang dilakukan Zionis Israel terhadap Palestina.

Sementara itu, di dalam negeri, ia menuturkan betapa suksesi kepemimpinan yang dari pilpres, pileg, hingga pilkada mengharu-biru dengan hasil yang menampakkan puncak akumulasi kekuasaan dengan adanya politik dinasti. Di samping itu, menurutnya, kekuasaan pada periode lalu menampakkan rezim yang populis otoritarian, yang membuat sekian banyak pencitraan mulai dari gorong-gorong hingga IKN, tetapi produk yang dihasilkan secara politik telah melakukan kezaliman di berbagai bidang, di antaranya dalam penetapan hukum seperti Omnibus Law, Undang-Undang IKN, juga Undang-Undang Pilkada.

"Poinnya adalah bahwa dari peristiwa internasional, nasional, maupun di tingkat lokal seperti provinsi, saya melihat memang ada banyak yang membuat suram," ungkapnya.

Hal itu menurutnya terjadi karena negeri ini masih mengemban sistem sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan, dan kapitalistik yang orientasi dalam mengelola negara hanya untuk segelintir orang-orang serakah.

"Kita tidak akan bisa berharap dari sistem sekuler. Itu jelas menjauhkan agama dari kehidupan. Demokrasi basisnya tetap aja kemudian pada manusia. Tidak sekedar rakyat tapi manusia. Kemudian, kapitalistik. Ya, kapitalisme tentu orientasinya adalah hanya untuk segelintir daripada keserakahan para pemodal," ujarnya.

Ada Harapan

Namun demikian ia tetap optimis ada harapan di balik kesuraman yang ada. "Tetapi, di tengah kesuraman ini kita tetap memiliki sebuah harapan," ucapnya. 

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kunci untuk mengembangkan atau menumbuhkan harapan tersebut hanya satu, yakni kembali kepada Islam. Menurutnya, kembali kepada Islam adalah solusi tuntas untuk menyelesaikan problematika negeri ini, sebagaimana Allah telah memerintahkan agar masuk kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), karena dengan menerapkan Islam secara kaffah, semua bisa diubah dengan perubahan yang mendasar. Ia memandang, esensi dari politik harapan atau politik untuk perubahan adalah perubahan secara menyeluruh dengan paradigma Islam.

Dakwah

Ia menilai, tidak ada solusi lain untuk mencampakkan sistem sekuler, kecuali dengan kembali pada aturan agama secara utuh dan total, bukan parsial. Karena itu menurutnya, dibutuhkan dakwah secara kolektif untuk memahamkan umat akan pentingnya memahami Islam secara komprehensif, termasuk para tokoh yang semestinya menjadi pelopor atau garda terdepan untuk menyuarakan Islam sebagai solusi perubahan. 

"Karena di tengah-tengah kondisi seperti sekarang ini, yang harus dimunculkan itu adalah opini tentang Islam yang terus semakin mendominasi. Karena kita tidak ingin (bila) justru solusi-solusi yang disampaikan hatta termasuk kepada pemerintah yang baru ini, itu sekadar menjadi wacana," terangnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, menyampaikan atau mendakwahkan syariat Islam adalah bentuk dari ekspresi keimanan. "Menyampaikan syariat Islam adalah satu ekspresi keimanan. Jadi, kalau Anda beriman maka Anda harus bersama-sama mendukung tegaknya syariat Islam," tambahnya.

Ia juga mengingatkan betapa besar pengaruh suara bagi dakwah menegakkan syariat.

"Saya mengingatkan bahwa semua dari kita, yaitu rakyat, masyarakat dan umat ini, semua punya kekuatan. Kekuatan itu yaitu suara Anda. Suara untuk menyaringkan, melantangkan keinginan untuk tegaknya syariat. Suaranya harus kencang. Dan pesannya adalah Islam itu rahmatan lil alamin," pungkasnya.[] Tenira

Opini

×
Berita Terbaru Update