TintaSiyasi.id -- Pelaksanaan makan bergizi gratis (MBG) yang merupakan program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka telah dimulai. Prabowo menjelaskan, program makan bergizi gratis merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat. Pasalnya, memerangi kemiskinan dan kelaparan menjadi agenda global, yang ditandai dengan tema besar G20 di Brasil baru-baru ini. (nasional.kompas.com, 2025/01/05)
Setelah berjalan beberapa hari, beragam keluhan muncul dari siswa, seperti tidak adanya susu, makanan yang terasa hambar, hingga menu yang kurang disukai oleh siswa. (jurnalaceh.com, 9/1/2025)
Program awalnya dikenal sebagai "makan siang gratis," program ini kini berubah nama menjadi makan bergizi gratis dengan menyerap anggaran sebesar Rp71 triliun dari APBN 2025. Pada tahap awal, program ini menargetkan 3 juta anak. Namun, Badan Gizi Nasional (BGN) hanya mampu menyediakan makanan untuk 600 ribu anak di fase awal. Program ini diluncurkan di 190 lokasi di 26 provinsi. (jurnalaceh.com, 9/1/2025)
Program MBG ini dijadikan sebagai suatu langkah pemerintah untuk mengentaskan masalah pemenuhan gizi masyarakat nya khusus nya pelajar. Dana yang cukup besar telah digelontorkan untuk menjalankan program ini. Pada dasarnya, program tersebut baik namun perlu dipelajari lebih mendalam apakah dengan hanya memberikan makanan bergizi gratis akan mampu menyelesaikan masalah kebutuhan gizi dinegeri ini? Lalu bagaimana dengan anak-anak yang tidak sekolah tentu nya mereka tidak menjadi sasaran mendapatkan makanan bergizi.
Jika kita teliti lebih mendalam bahwa kurang terpenuhinya kebutuhan gizi serta problem kelaparan yang terjadi adalah sebab penerapan sistem ekonomi kapitalis di negeri ini. Pada akhirnya menyebabkan masyarakat tidak sejahtera bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan sehingga berimbas pada kelaparan dan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi. Apalagi kondisi saat ini naiknya harga bahan pokok, sembako, mahalnya biaya pendidikan, kesehatan dan segala bentuk kebutuhan masyarakat mengakibatkan kondisi masyarakat semakin terjepit.
Begitulah ironi kehidupan dalam sistem pemerintahan kapitalisme yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Segala kebijakan diambil berdasarkan hawa nafsu dan terbatasnya kemampuan manusia dalam memutuskan keadilan bagi masyarakat. Kapitalisme menjadi biang kerusakan ekonomi ditengah masyarakat. Kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin dalam kapitalisme sangat terasa. Melalui kebijakan yang dibuat oleh penguasa yang menyebabkan harta kepemilikan umum yang seharusnya dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat, namun hal itu tidak terjadi sebab para penguasa dan para pemilik modal telah menguasai harta milik umum.
Maka, jika kita ingin mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan menuntaskan kelaparan tidak lain hanyalah dengan mengganti sistem kapitalisme ini menjadi sistem Islam. Islam menjadikan ideologi negara bersumber dari Sang Maha Pencipta yaitu syariat Allah SWT. Seluruh aturan yang diterapkan dalam setiap aspek kehidupan wajib berstandar pada syariat Islam. Para pemimpin dalam Islam juga akan menjalankan amanah untuk meraih ridha Allah SWT. Sebab para pemimpin di dalam sistem Islam adalah pemimpin yang mencintai rakyatnya dan rakyatnya pun mencintainya. Sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. Al-Ma'idah ayat 8.
Islam memandang anak-anak merupakan generasi penting untuk menggerakkan peradaban, maka negara akan berupaya maksimal menjamin keberlangsungan hidup yang baik untuk mewujudkan tujuan tersebut. Mulai dari memenuhi kebutuhan pangan individu per individu bahkan memastikan makanan yang disajikan dari keluarga maupun makanan yang dijual atau dijajakan adalah makanan yang halal dan baik (terpenuhi gizinya). Negara akan memastikan setiap laki-laki mampu memenuhi nafkah keluarganya dengan baik. Negara akan menjamin tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dengan begitu akan terjaminnya perekonomian keluarga.
Maka sejatinya hanya Islam yang mampu menuntaskan kemiskinan, kelaparan dan terpenuhi segala kebutuhan. Semua itu hanya bisa diwujudkan dalam naungan Daulah Khilafah Islamiah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Yusniah Tampubolon
Aktivis Muslimah