TintaSiyasi.id -- Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah disepakati, kerusakan akibat perang yang berkepanjangan telah meninggalkan dampak mendalam. Terutama pada hak anak-anak Gaza untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sekolah-sekolah hancur akibat serangan, sementara ribuan anak terpaksa meninggalkan bangku pendidikan. Mereka trauma dan kehilangan tempat tinggal. Ada juga yang harus membantu keluarga bertahan hidup di tengah krisis. Konflik ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur pendidikan tetapi juga merampas masa depan generasi muda yang seharusnya menjadi harapan dan kekuatan bagi masyarakat Palestina.
Para guru Palestina membuat ruang kelas darurat di kamp-kamp pengungsi yang penuh dan sesak. Setidaknya 352 sekolah di Jalur Gaza telah rusak dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. (Antaranews.com, 10-01-2025).
Sementara itu, Pertahanan Sipil Gaza menyatakan serangan udara Israel ke sekolah yang menjadi tempat penampungan menewaskan delapan orang, termasuk dua anak-anak. (CNNIndonesia, 11-01-2025).
Genosida di Gaza terus berlangsung tanpa henti, menjadi luka mendalam bagi kemanusiaan. Serangan brutal, blokade ekonomi, dan penghancuran infrastruktur vital telah memupuskan harapan jutaan warga Palestina, termasuk anak-anak yang tak berdosa. Setiap hari, mereka harus menghadapi ancaman kematian, kehilangan keluarga, dan kehancuran rumah yang mereka tinggali.
Dunia Membisu
Dunia menyaksikan tragedi ini dengan beragam reaksi, namun penderitaan rakyat Gaza seolah tak pernah mendapatkan solusi. Konflik ini bukan hanya tentang perang, melainkan kejahatan sistematis yang menghancurkan masa depan satu generasi.
Perang yang terus berkecamuk di Gaza tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga memutus harapan anak-anak untuk mengenyam pendidikan, yang sejatinya merupakan modal utama membangun peradaban.
Serangan terhadap sekolah, penghancuran fasilitas belajar, dan kondisi hidup yang penuh tekanan telah menciptakan generasi yang terpaksa hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan ketidakpastian. Ironisnya, dunia internasional hanya menjadi penonton, meskipun data jumlah korban jiwa dan kerusakan sarana pendidikan telah jelas di depan mata. Ketidakpedulian ini menunjukkan betapa lemahnya komitmen global terhadap keadilan dan hak asasi manusia. Dunia abai, bukan hanya terhadap anak-anak Gaza, tetapi juga terhadap masa depan peradaban Palestina dan Islam secara keseluruhan.
Di tengah penderitaan yang terus berlanjut, tak ada cukup upaya nyata untuk menghentikan genosida atau memperbaiki kehidupan mereka yang hancur. Bahkan, Islam, yang menjadi identitas dan kekuatan bagi jutaan rakyat Palestina, kerap diposisikan sebagai musuh dunia. Ketidakpedulian ini menciptakan rasa ketidakadilan yang mendalam, di mana bukan hanya tanah Palestina yang terampas, tetapi juga hak untuk hidup bermartabat dan memperoleh pendidikan yang layak.
Masa depan anak-anak Palestina hanya bisa terselamatkan jika perjuangan untuk mengalahkan penjajahan Zionis berhasil diwujudkan. Selama pendudukan dan kekerasan terus berlangsung, harapan untuk pendidikan, keamanan, dan kehidupan yang layak semakin menjauh. Anak-anak Palestina, yang seharusnya tumbuh dalam suasana damai, terpaksa menghadapi kenyataan pahit setiap hari.
Perlu Jihad dan Khilafah
Untuk menyelamatkan dan membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan zionis Yahudi, dibutuhkan upaya konkret yang melampaui sekadar kecaman dan bantuan kemanusiaan. Jihad, dalam arti pengiriman tentara kaum Muslim yang terorganisir untuk melawan penjajahan, merupakan langkah strategis yang harus diwujudkan. Upaya ini tidak hanya membutuhkan keberanian, tetapi juga kekuatan politik yang mampu menyatukan potensi umat Islam di seluruh dunia.
Oleh karena itu, tegaknya Khilafah Islamiah sebagai institusi yang memimpin dan mempersatukan umat Islam menjadi kebutuhan mendesak. Dengan adanya khilafah, umat Islam memiliki kepemimpinan yang mampu menggalang kekuatan militer, diplomatik, dan ekonomi untuk mengakhiri kezaliman zionis. Mengembalikan kemuliaan umat Islam, khususnya di tanah Palestina.
Khilafah juga akan menjamin pendidikan gratis dan berkualitas bagi seluruh umat Islam, termasuk anak-anak Palestina. Dalam sistem khilafah, pendidikan bukan hanya dianggap sebagai hak dasar, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Dengan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islam, setiap individu akan dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang diperlukan untuk membangun peradaban. Generasi yang terdidik dengan tsaqofah Islam akan menjadi garda terdepan dalam menjaga kemuliaan dan peradaban Islam. Wallahu a'lam bishshawab. []
Umul Asminingrum, S.Pd.
Praktisi Pendidikan