TintaSiyasi.id-- Peliharalah rasa syukur, karena ia adalah kunci untuk menjaga nikmat yang telah Allah berikan sekaligus jalan untuk mendatangkan nikmat yang lebih besar. Rasa syukur adalah tanda pengakuan bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Allah dan bahwa kita bergantung sepenuhnya pada-Nya.
1. Syukur sebagai Penjaga Nikmat
Syukur membuat nikmat tetap bertahan dan menjauhkannya dari hilang. Ketika seseorang bersyukur, ia mengakui pemberian Allah, dan Allah pun berjanji untuk menjaga serta menambah nikmat tersebut. Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.’" (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menunjukkan bahwa rasa syukur tidak hanya menjaga nikmat, tetapi juga memperbanyaknya. Sebaliknya, lupa bersyukur dapat mengundang kehilangan dan kesulitan.
2. Syukur sebagai Pembawa Nikmat
Syukur adalah magnet bagi nikmat-nikmat baru. Ketika kita bersyukur, Allah membuka pintu-pintu rezeki dan kemudahan dalam hidup kita. Rasa syukur juga membawa ketenangan hati dan kebahagiaan batin, yang merupakan nikmat tak ternilai.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa tidak bersyukur atas yang sedikit, maka ia tidak akan mampu bersyukur atas yang banyak.”
(HR. Ahmad)
Ini mengingatkan kita untuk menghargai nikmat sekecil apa pun, karena syukur kepada nikmat kecil adalah jalan menuju nikmat yang lebih besar.
3. Cara Memelihara Rasa Syukur
• Merenungi Nikmat yang Telah Diberikan: Melihat segala sesuatu sebagai pemberian Allah, baik besar maupun kecil.
• Menggunakan Nikmat untuk Kebaikan: Syukur yang sejati adalah dengan memanfaatkan nikmat untuk tujuan yang Allah ridai.
• Mengucapkan Alhamdulillah: Melafalkan rasa syukur secara verbal, baik dalam keadaan senang maupun sulit.
• Membantu Orang Lain: Bersyukur dengan tindakan, seperti membantu mereka yang membutuhkan, menunjukkan bahwa kita menghargai nikmat Allah.
• Hindari Membandingkan: Fokus pada nikmat yang kita miliki, bukan pada apa yang belum kita dapatkan.
4. Syukur sebagai Pembersih Hati
Rasa syukur menghilangkan sifat tamak, iri, dan mengeluh. Orang yang bersyukur merasa cukup dan bahagia dengan apa yang dimilikinya, sehingga hatinya lebih tenang.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka Aku akan menambah nikmat kepadamu...”
(QS. Ibrahim: 7)
Dengan syukur, hidup terasa lebih ringan, dan hubungan dengan Allah menjadi lebih dekat.
5. Refleksi: Jadilah Hamba yang Bersyukur
• Syukuri Waktu: Nikmat waktu yang Allah berikan adalah peluang untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
• Syukuri Kesehatan: Nikmat tubuh yang sehat adalah modal utama untuk beribadah dan berbuat baik.
• Syukuri Ujian: Bahkan dalam kesulitan, syukur tetap berlaku karena Allah selalu memberi hikmah di balik setiap ujian.
Peliharalah rasa syukur, karena ia adalah kunci kehidupan yang penuh keberkahan dan ketenangan. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang selalu bersyukur, dalam keadaan lapang maupun sempit. Aamiin.
Bersihkan Jalanmu dari dosa dan maksiat.
Membersihkan jalan hidup dari dosa dan maksiat adalah langkah penting untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Dosa dan maksiat adalah penghalang terbesar antara seorang hamba dengan Tuhannya. Oleh karena itu, berusaha untuk menjauhkan diri dari keduanya adalah bentuk ibadah dan ketaatan yang sangat mulia.
1. Dosa dan Maksiat Menghalangi Keberkahan
Dosa dan maksiat tidak hanya merusak hubungan kita dengan Allah, tetapi juga membawa dampak buruk dalam kehidupan:
• Menghalangi doa: Dosa membuat doa seseorang sulit diijabah.
• Menghilangkan keberkahan: Rezeki, waktu, dan usaha menjadi tidak berkah akibat dosa.
• Menyempitkan hati: Pelaku dosa sering merasa gelisah, resah, dan tidak tenang.
Allah berfirman:
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri...”
(QS. Asy-Syura: 30)
2. Bersihkan Jalan dengan Taubat
Taubat adalah langkah pertama dalam membersihkan dosa dan maksiat. Allah membuka pintu ampunan bagi siapa saja yang tulus bertaubat, berjanji untuk tidak mengulang dosa, dan memperbaiki diri.
Allah berfirman:
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”
(QS. An-Nur: 31)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi)
3. Langkah-Langkah Membersihkan Jalan dari Dosa
1. Introspeksi Diri:
Kenali dosa-dosa yang telah dilakukan, baik yang kecil maupun besar, dan akui kesalahan di hadapan Allah.
2. Bertaubat dengan Tulus:
o Menyesali perbuatan dosa.
o Berhenti dari maksiat tersebut.
o Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
3. Perbanyak Istighfar:
Lafazkan Astaghfirullah sesering mungkin. Istighfar adalah cara terbaik untuk memohon ampunan Allah.
4. Gantikan Dosa dengan Amal Kebaikan:
Allah memerintahkan kita untuk menghapus dosa dengan memperbanyak amal baik.
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.”
(QS. Hud: 114)
5. Jauhi Penyebab Maksiat:
Hindari lingkungan, kebiasaan, atau orang-orang yang dapat memicu kita kembali terjerumus dalam dosa.
4. Manfaat Membersihkan Jalan dari Dosa
• Hati menjadi tenang: Terbebas dari rasa bersalah dan gelisah akibat dosa.
• Keberkahan hidup: Rezeki, usaha, dan hubungan sosial menjadi lebih baik.
• Dekat dengan Allah: Merasakan nikmatnya beribadah dan ketenangan jiwa.
• Doa dikabulkan: Jalan menuju keberhasilan dunia dan akhirat menjadi lebih mudah.
5. Renungan: Jadikan Hidupmu Bersih dari Dosa
• Mulailah hari dengan istighfar dan doa: Mintalah Allah membimbing kita untuk menjauhi maksiat.
• Jadikan takwa sebagai panduan hidup: Takwa adalah benteng dari segala dosa dan maksiat.
• Dekatkan diri pada orang-orang saleh: Lingkungan yang baik akan membantu kita tetap istiqamah.
Bersihkan jalanmu dari dosa dan maksiat, karena kebersihan hati adalah awal dari kedekatan dengan Allah dan keberkahan dalam hidup. Semoga Allah menguatkan langkah kita untuk terus berada di jalan yang lurus. Aamiin.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)