Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Midlife Crisis Gen Z, Buah Sekularisme

Selasa, 28 Januari 2025 | 18:16 WIB Last Updated 2025-01-28T11:16:55Z

Tintasiyasi.id.com -- Bicara mengenai generasi tentu tidak akan ada habisnya, terlebih lagi generasi Z (Gen Z) yang kini menjadi penduduk mayoritas di zaman sekarang. Generasi Z dianggap sebagai agen perubahan peradaban, tetapi sayangnya kini justru mengalami penurunan kualitas generasi.

Banyak berita yang mengabarkan kondisi Gen Z saat ini, Gen Z dinyatakan telah mengalami Midlife Crisis (krisis paruh baya) lebih awal dari seharusnya. Krisis paruh baya ini memiliki gejala seperti; stress, emosi tidak stabil, kecemasan terhadap ekspetasi dan kesehatan mental lainnya. 

Seperti kabar yang dikutip dari Okezone.com (18/01/2025) -fakta mengejutkan baru-baru ini mengungkapkan bahwa Gen Z tengah menghadapi krisis paruh baya (midlife crisis) lebih awal dari seharusnya. Studi mengungkapkan bahwa sebanyak 38% dari mereka mengalami Krisis paruh baya akibat tekanan finansial yang luar biasa.

Menurut Ahli Bedah umum dari Amerika serikat , Dr Viviek Murthy memberikan komentar tentang survei kesejahteraan global yang menemukan bahwa usia 15-24 tahun semakin kurang bahagia dibandingkan generasi yang lebih tua. Dikutip dari Daily Mail, Jumat (17-1-2025).

Sebagai informasi, Midlife Crisis (krisis paruh baya) biasanya dialami oleh generasi yang berusia 40 tahun, tetapi kini kerap dialami oleh Gen Z yang kisaran usianya belum mencapai 40 tahun. Begitu ironis, pasalnya Gen Z adalah Agen perubahan peradaban yang didambakan, tetapi kini mengalami penurunan yang mencemaskan, yakni menjangkit kesehatan mental.

Faktor Midlife Crisis pada Gen Z
Jika ditelisik lebih lanjut, begitu banyak faktor yang menyebabkan terjadinya krisis paruh baya pada Gen Z. dan faktor utamanya adalah sekulerisasi kehidupan yang kini diterapkan, sehingga tujuan utama kehidupan generasi sekarang berpatokan pada kesenangan dunia yang diukur pada materi semata. Faktor lainnya yakni, lingkungan yang mendorong untuk berekspetasi tinggi. Sehingga pencapaiannya adalah kesuksesan dunia.

Lifestyle atau Gaya Hidup sekarang, mendorong adanya krisis paruh baya, terlebih keadaan finansial sekarang yang tidak stabil sehingga Gen Z merasa tertekan jika tak berpenghasilan yang diekspetasikan.

Selain itu kemajuan teknologi sekarang justru digunakan sebagai ajang pameran kekayaan atau juga digunakan sebagai tempat mengeluh dan adu nasib yang diimplementasikan oleh Gen Z. 

Sehingga Gen Z merasa minder, insecurity terhadap hal yang tidak mereka miliki atau bisa jadi malah pasrah karna ada yang senasib, sehingga menghambat perubahan sebab pemikiran mereka yang stagnan.

Ganti Mindset dengan Pemikiran Islam

Agar Gen Z tidak mengalami krisis paruh baya, maka perlu baginya untuk ganti mindset dengan pemikiran yang islami, yakni pemikiran tentang kehidupan yang berpatokan pada hukum syara’ sehingga ridho Allah sebagai kesenangan yang dicapai, bukan dunia kesenangan yang sementara.

Pemikiran islami ini tidak akan tercapai dengan sistem sekuler, pasalnya dari sistem inilah gaya hidup bebas diterapkan sehingga menimbulkan Gen Z yang terjangkit penyakit Mental Health atau stress yang berlebihan. Bahkan dapat menimbulkan masalah masalah yang lain.

Berbeda halnya dengan Islam, dalam Islam seluruh perbuatan dan juga pemikiran harus bertolak ukur pada hukum Allah swt. Pasalnya kebangkitan manusia itu terletak pada cara berfikir. Maka dari itu agar manusia bangkit perlu adanya proses berfikir yang cermelang. Sehingga menghasilkan pemahaman serta perbuatan yang berlandaskan pada syariat Allah swt.

Oleh karena itu wajib bagi kita semua sebagai Hamlu Dakwah (Pengemban Dakwah) dan juga Gen Z agen perubahan, untuk terus berdakwah menyadarkan generasi saat ini. Agar generasi di era ini memiliki pemikiran yang cemerlang dan baik sehingga Midlife Crisis dapat berkurang hingga akhirnya terentaskan. Selain itu dengan berdakwah, manusia juga dapat melanjutkan kehidupan dengan sistem Islam secara kaffah. Wallahu a’lam Bishshawwab.[]

Oleh: Amalia Dzihni. M
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update