Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menyikapi Maraknya Fenomena Brain Rot, Psikolog: Pentingnya Literasi Digital

Rabu, 08 Januari 2025 | 15:06 WIB Last Updated 2025-01-08T08:18:59Z
Tintasiyasi.ID -- Menanggapi maraknya fenomena brain rot, Rr. Finandita Utari, M.Psi., Psikolog, CTC, CGA menerangkan cara menyikapinya dengan memperhatikan pentingnya literasi digital.

"Pertama, pentingnya literasi digital, yaitu sebagai orang tua bisa mengajak anak untuk bicara. Mencari tahu apa yang anak suka, sehingga bisa menunjukkan ini baik, ini tidak baik," paparnya dalam Brain Rot Mengintai Gen Z | Halo Indonesia di kanal YouTube DAAI Magazine, Jumat (13/12/2024).


Kedua, pemaparan-pemaparan yang edukatif. “Bisa mengalihkan dengan kegiatan lain yang disukai anak atau yang pernah dilakukan di masa lampau," terangnya.


Ia menambahkan, dengan membandingkan dirinya dari masa sebelumnya ketika dia berbuat kebaikan. "Pada dasarnya, orang tidak suka jika dibandingkan dengan orang lain, sehingga bandingkanlah dengan dirinya sendiri," tuturnya.


Jika memang sudah tidak bisa ditangani, lanjutnya, terlihat tanda-tanda stres berkelanjutan, maka menurut Fani, ajak ke profesional baik itu konselor maupun psikolog.


“Berikutnya ketika sudah tidak bisa ditangani, didekati sulit, ajak ke profesional. Bisa ke konselor atau psikolog untuk ditangani, apabila sudah terlihat indikasi stres berkepanjangan,” jelasnya.


Menurutnya, persoalan seperti itu memang membutuhkan strategi. Bisa dengan membuat jadwal kapan dibolehkan dan kapan tidak. Mengatur waktu penggunaan gawai, serta mengontrol untuk menyelesaikan kewajibannya terlebih dulu.


“Jangan dibalik, kayak bunda kasih dulu gawainya habis itu belajar. Strateginya adalah lakukan dulu kewajibanmu, lalu dapat reward belakangan,” terangnya.


Selain itu, tambahnya, dengan terus mengajak anak untuk berdiskusi, agar terstimulasi otaknya guna kebutuhan kognitif di masa nanti.


“Kemudian selain mengatur waktu dan membuat jadwal adalah ajaklah diskusi. Anak perlu dilatih untuk berdiskusi, karena di masa nanti dia kuliah, dia kerja, dia butuh kognitif yang lebih tinggi, maka sering diajak diskusi, jadi otak akan berstimulus,” pungkasnya.[] Sin

Opini

×
Berita Terbaru Update