“Khilafah yang telah hilang
menyebabkan tiada lagi perlindungan dan keamanan bagi umat Islam,” terangnya di
kanal Facebook Abdul Hakim Othman dengan judul Seminar Khilafah dan
Alam Melayu, Sabtu (25/01/2025).
Ia menyatakan, umat Islam pada
hari ini bukan saja menghadapi penindasan dan kezaliman, tetapi juga keliru
kepada siapa mereka harus meminta pertolongan.
"Tidak pernah ada di mana-mana
zaman pun, apabila umat Islam dibunuh dan dibantai, tidak ada yang melindungi.
Kita orang Islam sendiri merasa bingung dan keliru, kepada siapa harus kita
minta pertolongan atas segala kezaliman yang kita hadapi,” ujarnya.
“Khilafah pernah memainkan
peranan penting dalam kesatuan dan perlindungan bagi umat Islam. Hilangnya khilafah,
bagaimanapun telah menyebabkan umat Islam kehilangan banyak perkara penting,
termasuk perlindungan dan kesatuan," tuturnya.
Menurutnya, khilafah adalah
kepimpinan umat Islam di seluruh dunia. “Ia bukanlah sesuatu yang aneh. Ada
ilmuwan yang belajar hingga ke Timur Tengah, tetapi kata khilafah telah disalahartikan
dengan perkataan ‘khilafiah' (perbedaan pendapat). Sampai seperti itu hilangnya
khilafah dari kehidupan, kesadaran, dan jiwa kaum Muslim,” ungkapnya.
Urgensi Khilafah
Ia menjelaskan, khilafah adalah
kepimpinan umum di seluruh dunia, karena Rasulullah saw. diutus untuk menjadi rahmatan
lil-‘alamin.
“Khilafah bukan khusus untuk
orang Arab atau tempat tertentu saja. Rasulullah saw. diutus untuk menjadi rahmatan
lil-‘alamin, bukan rahmatan lil-Arab atau rahmatan lil-Melayuwi,”
bebernya.
Ia menyatakan bahwa Islam
mengatur kehidupan dalam seluruh aspek kehidupan termasuk pemerintahan.
“Jika hendak buang air kecil saja
Islam mempunyai peraturan, maka tidak mungkin tidak ada peraturan tentang
sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan dalam Islam adalah sistem khilafah.
Khilafah itu negaranya, khalifah itu pemimpinnya,” jelasnya.
Sabda Rasulullah saw.,
“Barangsiapa yang mati sedangkan di pundaknya tiada baiat (kepada khalifah),
maka matinya seperti mati jahiliah.” (HR Muslim).
Menyikapi hadis di atas, ia
menegaskan tentang pentingnya berusaha untuk mengajak kepada penegakan kembali khilafah
agar terlepas dari dosa seperti mati jahiliah.
“Saya yakin kalau kita sampaikan
tentang khilafah dalam perbincangan dengan kawan-kawan atau siapa pun yang kita
jumpa, Allah Swt. akan mengeluarkan kita dari dosa mati dalam keadaan jahiliah
ini. Sebab kita berusaha agar umat Islam membaiat seorang khalifah,” ungkapnya.
Dalam konteks Nusantara, Ia
menjelaskan bahwa Khilafah Utsmaniah memainkan peranan penting dalam sejarah
hubungan dengan kesultanan di Nusantara, terutamanya dengan Kesultanan Aceh dan
Kesultanan Malaka.
Menurutnya, terdapat surat
menyurat antara Kesultanan Aceh dan Khilafah Utsmaniah berkaitan pengiktirafan Sulaiman al-Qanuni sebagai khalifah.
"Sultan dari Aceh telah
menulis surat dan menyatakan Sulaiman al-Qanuni diakui sebagai khalifatul
fil ardh," tuturnya.
Lanjutnya, Khilafah Utsmaniah
juga memberikan gelaran pasha kepada Sultan Melayu Malaka sebagai bukti adanya
hubungan erat pada waktu itu.
“Sultan Mansur Shah dari Malaka
turut diberikan gelaran "Mansur Pasha" oleh Khilafah Utsmaniah pada
tahun 1471,” ujarnya.
Ia menerangkan, selepas kejatuhan
khilafah hubungan diplomatik antara Nusantara dan khilafah terputus dan
kehidupan umat Islam diatur dengan sistem sekuler.
“Namun setelah keruntuhan sistem
Khilafah, sistem sekuler telah menggantikan sistem syariat Islam yang akhirnya
menghancurkan kekuatan umat Islam,” katanya.
Ia menegaskan bahwa umat Islam
berhadapan dengan situasi yang semakin menekan di seluruh dunia dan perlunya
kesadaran akan pentingnya khilafah dan semangat kebangkitan untuk
mengembalikannya.
"Semangat kebangkitan dan
mengembalikan khilafah perlu menjadi agenda utama umat Islam pada hari ini.
Dalam satu hari kita perlu berdiskusi dengan orang mengenai kewajiban
menegakkan khilafah, mengenai perkara-perkara baik yang akan kita dapatkan ketika
khilafah kembali tertegak,” pungkasnya.[] Rahmah