Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kepemimpinan Islam tidak Bisa Dipasangkan dengan Sistem Demokrasi

Sabtu, 18 Januari 2025 | 23:14 WIB Last Updated 2025-01-18T21:33:36Z

TintaSiyasi.id -- Pemerhati Keluarga dan Generasi, Ustazah Deasy Rosnawati, S.T.P., menyatakan kepemimpinan Islam tidak bisa dipasangkan dengan sistem demokrasi.

“Kepemimpinan Islam itu tidak bisa dipasangkan dengan sistem demokrasi," lugasnya pada kanal Fanpage Mutiara Muslimah Cinta Islam Lampung berjudul Peran dan Fungsi Ibu Berjalan Dalam Kepemimpinan Islam, Sabtu (12/12/2024).

Menurutnya, kepemimpinan Islam tidak berdiri sendiri, akan tetapi pemimpin dengan kapabilitas demikian tidak bisa dipasangkan dengan sistem demokrasi. Pasangannya adalah sistem Islam, yakni sistem khilafah.

"Di dalam kepemimpinan demokrasi terdapat  apa yang dinamakan politik populisme, dimana penguasanya menjual janji-janji pada rakyat agar mendapat legitimasi untuk berkuasa. Mereka melakukan hal tersebut supaya nama dan dirinya popular di tengah rakyat kebanyakan dan kemudian bisa medapat suara yang banyak, dan dari situ mendapat legitimasi untuk mereka berkuasa. Inilah politik populisme," jelasnya.

Lanjut ia katakan bahwa politik populisme adalah sebuah metode untuk penguasa mendapat dukungan dari rakyat. Dan menghasilkan dua dampak utama. Pertama, rakyat mendapat pemimpin yang tidak kapabel. Dampak dari politik populisme adalah adanya peluang yang besar bagi rakyat untuk mendapat pemimpin yang tidak kapabel dalam memimpin. Namun dibuat-buat seakan dia kapabel.

"Hal ini terjadi ketika pencitraan dari penguasa disampaikan melalui media secara berterusan. Dana yang banyak pula dikeluarkan oleh pihak yang berkepentingan," imbuhnya.

Kedua, lahirnya pemimpin populis otoritarianis. Ketika mereka merasa mendapat dukungan rakyat dan suaranya banyak, maka ada legitimasi bahawa dia boleh bersikap, berkebijakan semaunya. Sehingga, rakyat mengenal pemimpin demikian dengan nama penguasa populis otoritarianis.

Keperibadian Khas

Ia menjelaskan, seorang pemimpin Islam mempunyai keperibadian yang khas. Pola pikirnya tergambar bagaimana mengatur urusan rakyat. “Dia tahu apa yang diterapkan oleh seorang pemimpin dan di kepalanya tergambar bagaimana mengurus rakyat, bukan sekadar dia soleh pribadi” ucapnya.

Lanjut ia katakan, sikap seorang penguasa adalah lemah lembut, tetapi tegas. Nafsiahnya adalah nafsiah al hakim yaitu dia lemah lembut kepada rakyat, tetapi penuh ketegasan dalam menerapkan hukuman dan mau mendengar saran dan kritik dari rakyat.

"Kita harus mengkaji kepemimpinan Islam dan memahami bedanya dengan kepemimpinan sekarang dan menjadi orang-orang yang merindui kepemimpinan Islam," tegasnya.

Menurutnya, sesungguhnya kepemimpinan Islam yang disandingkan dengan sistem Islam yang menyejahterakan, ditambah dengan profilnya yang luar biasa, menjadi sebab kerinduan kaum Muslimi pada pemerintahan Islam lebih lagi. 

"Sehingga, menjadi keinginan yang kuat untuk lebih belajar Islam, membina diri dengan Islam kaffah dan mendakwahkannya kepada yang lain” pungkasnya.[] Rahmah

Opini

×
Berita Terbaru Update