TintaSiyasi.id -- Mubaligah Nasional Ustazah Kholisoh Dzikri mengatakan, seorang pemimpin bisa terkategori baik ataupun buruk dapat dilihat dari relasinya dengan rakyat.
"Apakah pemimpin kita itu terkategori pemimpin yang terbaik atau yang terburuk? Kita bisa lihat dari relasi antara pemimpin dengan rakyat," tuturnya dalam Risalah Akhir Tahun (RATU) 2024: "Kepemimpinan Sekuler Menyengsarakan, Kepemimpinan Islam Harapan Masa Depan" di Palembang, Ahad, 22 Desember 2024.
Hal itu ia sampaikan berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Muslim. Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).
Menurutnya, relasi antara pemimpin dan rakyat yang saling membenci adalah gambaran pemimpin yang paling buruk. Dalam relasi tersebut rakyat tidak mendoakan pemimpin dan pemimpin pun tidak mendoakan rakyat.
Mengenal konsep kepemimpinan dalam Islam, profil pemimpin dalam Islam dan bagaimana relasi pemimpin terhadap rakyatnya dalam Islam ini menurutnya sangat penting karena kepemimpinan adalah pangkal tegaknya syariat Islam.
"Ini sangat penting ini sekali karena kepemimpinan ini adalah pangkalnya syariat Islam. Tanpa adanya kepemimpinan, kita tidak bisa melaksanakan syariat Islam secara kafah. Hanya aspek ibadah ubudiyah yang kita laksanakan. Karena pucuknya ini tidak kita terangkan," ujarnya.
Mengutip pendapat Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, mujtahid dan pendiri gerakan dakwah Hizbut Tahrir dalam kitab Syakhsiyah Islamiyah jilid II ia menerangkan bahwa ada tiga hal yang harus dibangun oleh pemimpin dalam relasinya dengan rakyat sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt.
Pertama, Allah telah memerintahkan kepada pemimpin agar pemimpin itu meliputi rakyatnya dengan nasihat takwa. Kedua, Allah melarang pemimpin itu menyentuh harta rakyat. Sedikit pun tidak boleh. Ketiga, Allah mewajibkan pemimpin itu hanya menerapkan hukum Islam saja, tidak boleh menerapkan hukum selain hukum Islam.
"Inilah relasi yang dibangun antara pemimpin atau penguasa dengan rakyatnya," pungkasnya.[] Saptaningtyas